Banyak mitos-mitos yang beredar bahwa perempuan itu tidak diperbolehkan naik gunung karena dianggap ‘kotor’, ‘gampang ditempelin’, bisa kesurupan dan masih banyak mitos lainnya. Padahal sebenarnya naik gunung saat datang bulan itu bisa-bisa saja asal kita tahu triknya.
Namun, saya menulis ini berdasarkan pengalaman pribadi, ya. Saya paham bahwa setiap perempuan berbeda-beda dalam menghadapi si ‘tamu bulanan’ ini. Ada yang sakitnya sedang-sedang saja, ada yang sakitnya sampai bikin nggak bisa bangun-tidur, ada juga yang tidak merasakan sakit apa-apa (serius ada kok).
Nah, karena banyaknya pertanyaan dari teman-teman perempuan bagaimana tips mendaki gunung saat datang bulan, ini dia tips dari saya:
-
Kenali tubuhmu sendiri
Ya, ini yang pertama yang harus kamu lakukan.
Kalau saat datang bulan biasanya rasa sakit kram-nya nggak karu-karuan dan bikin nggak bisa bangun dari tempat tidur, ya sebaiknya tidak mendaki gunung atau melakukan aktifitas berat.Isthirahat saja yang cukup dulu di rumah ya. Jangan memaksakan diri karena kamu yang tahu tubuhmu sendiri.
-
Bawa pembalut kemana saja
Karena siklus tamu bulanan saya kadang suka berantakan, sekarang kemana saja pasti selalu ada pouch di tas saya yang berisikan pembalut dan pantyliner. Penting memang ada di tas karena ketika kita dadakan kedatangan tamu bulanan, kita nggak panik kalang kabut cari ‘sumpelan’.
Nah, kalau lagi mendaki gunung, susah kan cari sesuatu untuk menyumpal? Makanya minimal bawa 6 pembalut di carrier. Beratnya kayak bulu begitu ya nggak akan menambah beban siginifikan. Bawa saja kemana-mana.
Oh iya, pilihlah pembalut yang berukuran panjang dan tebal supaya bisa menyerap lebih banyak karena ketika kita beraktifitas mendaki gunung, biasanya lebih deras alirannya.
-
Minum air putih yang banyak
Ini sebenarnya yang harus dilakukan setiap hari, tidak hanya saat datang bulan saja. Karena tubuh yang ter-hidrasi itu penting, setiap hari.
Ketika sedang menstruasi saat mendaki gunung, minum banyak air putih akan membantu untuk meredakan rasa sakit (ini berdasarkan pengalaman saya lho ya) dan kalau bisa air putih saja terus-terusan.Hindari minuman dengan pewarna dan pemanis buatan serta soda.
-
Jujur kalau sedang datang bulan kepada teman pendakian
Nah, kemarin waktu mendaki Gunung Sumbing, saya tiba-tiba kedatangan tamu bulanan yang tidak sesuai jadwalnya. Aman sih karena bawa pembalut di carrier, tetapi saya akui sakit kram-nya bikin saya beberapa kali harus berhenti atau sedikit lambat karena bukan hanya karena capek, tapi kram perut-nya seperti sedang ‘ditonjok’ banyak orang.
Ya, saya jujur dengan dua teman pendakian saya yang keduanya lelaki bahwa saya sedang menstruasi dan mendadak. Mereka baik dan pengertian sekali menunggui saya yang jadi lebih sering berhenti di jalur bahkan menawarkan untuk membawa turun carrier saya.
Aduh… mereka memang manis sekali tapi saya masih mampu kok untuk memanggul carrier saya sendiri.
-
Bawa suplemen penambah darah
Di kotak P3K saya, suplemen penambah darah ini selalu ada karena saat kita melakukan aktifitas berat dan melelahkan seperti naik gunung, kita butuh asupan zat besi.
Nah, karena ketika kita sedang kedatangan tamu bulanan akan kehilangan banyak darah, suplemen penambah darah ini bisa membantu agar kita tidak cepat lemas.
-
Minum pereda nyeri haid
Sebenarnya saya pribadi belum pernah minum obat pereda nyeri haid. Namun saya pernah mendaki bersama teman perempuan yang sedang datang bulan dan dia bilang dengan minum obat pereda nyeri, dia lebih merasa nyaman untuk terus berjalan karena rasa sakitnya jauh berkurang.
Hmmmmm, kalau teman-teman perempuan yang lain bagaimana? Pernah minum pereda nyeri haid juga saat naik gunung?
-
Ganti pembalut setiap 4 jam sekali
Nah, kalau tips yang ini sepertinya sudah sering disiarkan dimana-mana. Karena pembalut itu menampung darah kotor tentu saja banyak bakteri yang tidak baik untuk daerah kewanitaan.
Jadi diusahakan mengganti pembalut setiap 4 jam sekali agar selalu merasa ‘segar’.
-
Buang & simpan pembalut bekas dengan benar
Ini nih yang penting sekali kita ketahui.
Agak dilematis juga untuk menuliskan ini karena untuk membuangnya butuh kantong plastik. Biasanya, langkah-langkah yang saya lakukan adalah membersihkan area kewanitaan dengan tisu basah. Lalu, pembalut bekas-nya diganti dengan pembalut baru (tentu saja) dan yang bekasnya saya bungkus dengan plastik pembungkus bekas pembalut baru-nya (ngerti kan?) dan dimasukkan ke kantong plastik kecil.
Nah, kantong plastik kecil-nya saya masukkan lagi ke kantong plastik yang lebih besar dan biasanya saya simpan di kantong samping carrier.
Kenapa harus berlapis-lapis plastiknya?
Ya agar bau amis atau bau anyir-nya tidak tercium. Ada juga yang bilang bagus ditetesin sedikit minyak kayu putih agar baunya lebih tidak tercium lagi.
Teman-teman punya solusi nggak ya buat kantong plastik untuk membuang pembalut bekas? Apakah dengan kantong kertas menurut kalian akan lebih efektif?
-
Lakukan gerakan-gerakan ini saat kram perut menyerang
Nah, ketika sedang mendaki gunung dan kram perut menyerang nggak karu-karuan, biasanya saya melakukan gerakan ini.
Buat saya pribadi, gerakan ini sangat ampuh untuk mengurangi rasa nyeri. -
Nikmati pendakianmu & jangan menggerutu di jalur
Ingatlah bahwa pikiran itu yang paling penting. Kalau kamu tetap tenang, santai meski pun rasa sakit kram sedang menyerang, niscaya kamu akan tetap bisa melanjutkan pendakian.
Harus positive thinking ya!
Tapi pada akhirnya pun sama seperti poin 1 di atas, kamu yang paling mengerti badanmu. Jadi kalau memang dirasa tidak sanggup lagi, utarakan kepada teman pendakian jika kamu memilih untuk turun. Apa pun yang dipaksakan itu tidak baik kan?
Dan juga tenang saja, gunung-nya nggak kemana-mana. Yang terpenting bukan sampai puncak gunung tetapi sampai di rumah dengan selamat. Betul?
Nah, itu 10 tips dari saya untuk teman-teman perempuan yang datang bulan saat melakukan pendakian. Jika ada yang mau menambahkan, monggo ya, dituliskan saja di kolom komentar di bawah.