Matahari masih belum tampak di ufuk timur ketika saya berjalan menuruni tangga-tangga untuk menuju satu destinasi yang kini banyak diperbincangkan para penikmat keindahan alam dan penyuka tantangan. Air terjun Tumpak Sewu namanya.
Dua tahun ke belakang, destinasi ini sering sekali dibicarakan sejak berseliweran di tab explore Instagram. Fotografer lokal dan mancanegara berlomba-lomba membuat potret terbaik dari air terjun ini, khususnya foto udara / aerial shot-nya.
Saya, tentu saja tidak mau ketinggalan, saya penasaran apakah memang benar sebagus itu ya? Atau cuma editan semata?
Kalian tahu nggak kenapa namanya Tumpak Sewu?
Dinamakan ‘Tumpak Sewu’ karena air terjun ini terdiri dari banyak aliran mata air yang bertumpuk-tumpuk sehingga disebut “sewu” yang dalam bahasa Jawa sendiri berarti seribu. Seribu aliran air yang bertumpuk.
Lokasinya berada di Jawa Timur, tepatnya di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Meski banyak juga yang bilang Air Terjun Tumpak Sewu ini masuk daerah administratif Kabupaten Malang. Memang benar kalau dilihat di peta, dia ada di perbatasan, sehingga bisa dikunjungi dari pintu masuk Lumajang maupun Malang dan saya memilih masuk dari Lumajang.
Ada banyak air terjun di sekitaran Kabupaten Malang dan Lumajang. 3 hari kayaknya nggak cukup.
Kami tiba malam hari setelah berkendara naik mobil dari Banyuwangi (iya waktu itu saya dan teman saya road trip keliling Jawa Tengah dan Jawa Timur selama dua minggu) dan Lumajang adalah destinasi terakhir kami sebelum Malang dan kembali ke Jogja (sebagai start point kami).
Syukurlah seorang teman baik saya yang pernah ke sana merekomendasikan satu penginapan, “Win Homestay” namanya. Saya diberikan nomor telepon beliau untuk memberi tahu waktu kedatangan kami dan Ibu Win berbaik hati sekali menunggu kami yang baru tiba di Lumajang hampir tengah malam dan membukakan pintu gerbang.
Oh iya, kalian harus tahu kalau jalanan menuju Lumajang di malam hari benar-benar gelap, berkelok-kelok pula. Jadi harus ekstra hati-hati menyetir di sana, ya! Syukurlah homestay yang direkomendasikan teman saya ini, terletak persis di depan pintu masuk kawasan Air Terjun Tumpak Sewu, jadi keesokan paginya kami langsung meluncur jalan kaki tanpa harus naik kendaraan lagi.

Dari pintu masuk kawasan, pengunjung wajib membayar retribusi Rp 10.000,- per orang baru dipersilakan melewati jalan setapak beton yang menurun, kurang lebih 10 menit untuk tiba di titik pos panorama Air Terjun Tumpak Sewu.
Hampir seluruh wisatawan yang berkunjung ke sini akan berhenti untuk mengambil potret diri berlatarbelakang panorama air terjun Tumpak Sewu setinggi 120 meter itu. Selain pos panorama, kita juga bisa turun ke lembahannya untuk melihat air terjun lebih dekat lagi yang sering dibilang ‘mangkok air’.
Tak ayal Tumpak Sewu ini cocok bagi penyuka tantangan karena memang tidak mudah mencapai lembah mangkok air. Medannya cukup terjal dengan tangga bambu yang sudah reot dan ada bagian di mana kita harus pakai tali untuk menuruni batu yang dialiri air cukup deras dan licin. Saya tidak menyarankan untuk lansia atau anak balita menyusuri jalur ini, namun percayalah segala rasa letih terbayarkan begitu kita sampai di tujuan.
Jika ingin leluasa berfoto datanglah saat pagi-pagi buta ketika belum banyak pengunjung. Kalau saya berangkat pagi-pagi sekali dengan tujuan yang sedikit berbeda, bukan hanya sekedar mengambil foto selfie bersama air terjun, saya ingin menerbangkan drone untuk melihat satu panorama yang tak tampak dari pos tersebut. Ya, memang foto-foto yang kalian lihat di Instagram itu, semuanya diambil pakai drone.
Begitu drone saya lepas untuk terbang dan menghadap ke air terjun, saya terus melihat pemandangan lewat layar ponsel hingga mendapatkan apa yang saya cari. Meski langit masih sedikit gelap karena belum waktunya matahari untuk terbit, saya sudah bersorak riang karena melihat sesuatu di kejauhan berdiri gagah dan megah.
Ya, saya gembira sekali begitu melihat Gunung Semeru menjulang tinggi dengan air terjun Tumpak Sewu sebagai foreground-nya.
Pemandangan inilah yang saya cari, gunung dan air terjun tampak dalam satu bingkai gambar yang rasanya surreal.

Tak lama kemudian, matahari terbit dari timur dan menyinari langit dengan warna jingga keemasan dan harus saya akui itu adalah salah satu pemandangan tercantik yang pernah saya lihat di dalam hidup saya.
Untuk mendapatkan pemandangan Gunung Semeru yang bersih tak berselimut awan kabut, aku menyarankan untuk tiba di sana sebelum jam 7 pagi. Dari pos panorama, Gunung Semeru juga terlihat namun hanya sepertiganya saja dan pemandangan duapertiganya lagi memang hanya bisa dinikmati dari pantauan drone.
Setelah puas menikmati panorama itu, saya sudah pasti sudah menuruni lembah untuk tiba di dasar Air Terjun Tumpak Sewu, nggak mungkin saya lewatkan itu hohohoho. Kita sebaiknya memakai pakaian yang nyaman untuk trekking dan alas kaki yang tepat. Tidak disarankan menuruni lembah dengan memakai sandal jepit karena rawan tergelincir apalagi jalur yang akan dilewati cukup terjal dan basah licin. Sandal gunung atau sepatu trekking adalah pilihan alas kaki terbaik. Pakailah pakaian dry-fit atau bawa pakaian ganti karena siapapun yang berkunjung ke bawah sana harus bersiap basah kuyup.
Butuh waktu sekitar 30-45 menit untuk turun ke lembah dengan meniti tangga-tangga bambu dan juga aliran-aliran sungai kecil. Kita harus berhati-hati dan bersiaplah untuk sedikit bergelantungan pada tali, merangkak, merayap di tengah jalur, ya.
Butuh waktu dua kali lipat untuk kembali ke atas karena jalurnya memang terjal dan melelahkan. Setelah tiba di ujung jalur, kita harus berjalan sedikit lagi ke arah kanan, mengikuti bunyi gemuruh air yang sangat jelas terdengar di telinga dan tibalah di mangkok air terjun Tumpak Sewu.

Begitu tiba dan berdiri dekat dengan air terjun, kita akan disambut dengan tempias air terjun yang dingin sejuk seolah-olah disambut angin segar setelah basah kegerahan berkeringat menuruni lembah. Akan tampak jelas tebing tinggi yang dikelilingi aliran air melimpah deras dari atas.
Sungguhlah pemandangan yang menakjubkan dan kita bebas untuk berfoto di atas batu dengan latar belakang air terjun yang jauh terlihat lebih megah karena dilihat dari angle bawah. Menurutku tak kalah megah kok dengan pemandangan dari pos panorama atas. Disarankan untuk membawa dry bag untuk melindungi barang elektronik yang dibawa dan pakai sarung pelindung anti air jika ingin memakai kamera atau ponsel untuk mengabadikan pemandangan Tumpak Sewu ya.
Nah, kita juga harus memerhatikan aturan untuk turun ke bawah hanya diperbolehkan maksimal jam 3 sore dan jika sedang hujan, siapa pun tidak diperkenankan untuk turun ke bawah, tak terkecuali. Tentu peraturan itu dibuat untuk menjaga keselamatan setiap pengunjung Air Terjun Tumpak Sewu dikarenakan debit air terjun akan lebih tinggi dan bisa meluap tiba-tiba jika sedang hujan deras. Kalau lagi meluap, besar kemungkinan kita akan tersapu air.
Pokoknya kita harus ingat bersama-sama ya, safety first!
Ini dia penampakan jalur untuk turun ke bawah Air Terjun Tumpak Sewu. Terjal juga kan.

Semua dari kita pasti ingin punya foto bagus dan ciamik saat jalan-jalan, namun tetap yang harus diutamakan adalah keselamatan.
Selamat menikmati eksotika Air Terjun Tumpak Sewu dan terkagum-kagum dengan kemegahannya.
2 thoughts on “Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang dan Gunung Semeru yang Gagah Megah”
it's simply the most beautiful waterfall in Java, and possibly in Indonesia.. duuh kapan yaa bisa jelajah ke sana 🙁
@Kak Bara: Iyessss, aku pribadi pun menobatkan Tumpak Sewu ini sebagai air terjun tercantik yang pernah aku kunjungi Kak Bara. Habis pandemi, mau keliling Jawa Timur lagi ah berkunjung ke Lumajang, masih banyak air terjun lain yang bisa dijelajahi hohohohoh…