Camping di Ranca Upas Bandung

84

Akibat cedera kaki, saya harus terima kenyataan selama beberapa bulan tidak boleh naik gunung untuk sementara waktu. Jangankan naik gunung, berlari saja tidak boleh. Hzzzz, tersiksa sekali.

Padahal saya sudah sangat merindu bau rumput dan kayu basah serta dinginnya gunung. Sudah tak tahan. Lalu terpikirlah ide untuk kemping ceria di bumi perkemahan dan memilih Bumper Ranca Upas di selatan Bandung.

Namanya juga perjalanan mendadak, persiapannya pun semuanya dadakan. Selesai menyiapkan bahan logistik jam 11 malam, kami berangkat menuju Ranca Upas dengan naik motor. Tak lupa kami memakai pakaian hangat yang menutupi wajah hingga kaki karena pasti udara akan dingin menusuk selama perjalanan. Namanya juga Bandung ya kan?

Enaknya jalan malam hari itu ya nggak terkena macet. Jalanan menuju Ranca Upas, Ciwidey dan sekitarnya memang kecil, jadi kita harus ekstra hati-hati berkendara. Di akhir pekan dan libur nasional, macet sudah jadi langganan. Jadi kalau kalian nanti mau kesana naik kendaraan roda empat, perhitungkan waktu tempuh yang akan berkali-kali lipat lebih lama. Waktu libur lebaran kemarin, temanku yang naik mobil terjebak macet selama 10 jam dalam perjalanan dari Ranca Upas ke Bandung. Whew….

Untuk menuju Ranca Upas dari Bandung, kami memilih jalan lewat Dayeuhkolot – Margahayu – Katapang – Soreang – Pasir Jambu – Ciwidey – Rancabali. Gampang banget kok jalannya. Tinggal nyalain GPS saja. Kalau nggak punya GPS, tinggal tanya orang saja jalan ke Ciwidey. Semua orang Bandung pasti tahu.

Kami pun sempat bertanya dengan beberapa pedagang jagung bakar di tepi jalan karena gerbang Ranca Upasnya nggak kelihatan padahal menurut GPS kami sudah sampai di lokasi. Ternyata memang karena gelap dan tidak ada lampu jalan, kami sudah kelewatan gerbangnya sekitar 100 meter. Gerbangnya ada di sebelah kanan jalan jika datang dari arah Bandung. Kalau dari arah Garut berarti ada di sebelah kiri. Terdapat satu gerbang besar bertuliskan “Kampung Cai Ranca Upas”.

Kampung Ranca Upas
Gerbang masuk Ranca Upas

Sepeda motor melaju masuk ke dalam kawasan dan tak berapa jauh kami tiba di loket Bumi Perkemahan Ranca Upas. Kami datang ke Ranca Upas saat libur lebaran jadi sudah maklum jika harus berebut lahan perkemahan dengan banyak orang. Di gerbang, kami diminta membayar Rp 48.000 untuk dua orang dan satu kendaraan serta biaya berkemah di Ranca Upas. Padahal setahu saya dari websitenya, setiap orang membayar Rp 10.000,-; kendaraan roda empat Rp 5.000,-; kendaraan roda dua Rp 3.000,- dan kendaraan roda enam Rp 20.000,-. Apakah karena itu libur lebaran sehingga harganya dinaikkan? Entahlah…
Pintu Masuk Ranca Upas
Pintu masuk Ranca Upas. Bayar tiket masuk dulu ya…

“Kang, rame pisan yah pas libur lebaran begini. Ada tempat yang lebih sepi nggak sih buat kemping?” tanyaku pada Bapak paruh baya yang berjaga di loket masuk.

“Oh ada Teh. Nanti begitu ketemu kandang rusa, belok kiri aja, masuk ke dalam. Di situ ada lahan gede juga untuk bikin tenda” ujar si Bapak.

Masuklah kami ke dalam bumi perkemahan mengikuti arahan si Bapak. Setelah belok kiri dari kandang rusa kami menemukan jembatan kayu yang masih bisa dilewati kendaraan roda dua. Namun begitu maju, kami menemukan rawa yang dihubungkan dengan dua batang kayu kecil yang tidak bisa dilewati.

Akhirnya motor kami parkirkan di lahan parkir yang sudah tersedia lalu menggendong carrier ke lokasi camp yang sudah kami pilih. Si Bapak tadi benar, lokasi yang ia tunjukkan benar-benar sepi. Hanya ada kami. Berbeda sekali dengan kawasan yang tadi kami lewati. Penuh dan padat dengan tenda serta banyak polusi cahaya sehingga kita tidak bisa melihat bintang-bintang di langit dengan jelas.

Kamping Ranca Upas
Lahan camp yang kami pilih sepi sekali…

Kami tiba sekitar pukul satu malam dan dinginnya benar benar menusuk tulang. Secepat mungkin kami unpacking dan bangun tenda. Kami sengaja membangun tenda menghadap ke timur. Jadi sebelum tenda dibangun, kami mengecek kompas terlebih dahulu. Tujuannya? Supaya begitu buka tenda langsung dapat pemandangan matahari terbit. Satu menyiapkan trangia untuk membuat minuman hangat, satu lagi menyiapkan api. Kayu bakarnya kami beli di warung dengan harga Rp 10.000,- satu ikat.
Malam di Ranca Upas
Apa yang lebih enak daripada menjerang air panas untuk menyeduh kopi dan cokelat di depan api unggun.

Bimasakti di Ranca Upas
Milky way over Ranca Upas. Sayang nggak bisa dapat full langitnya karena tertutup pepohonan.

Kami sudah membawa tenda sendiri sehingga tidak mengeluarkan biaya tambahan lagi. Jika teman-teman ingin camp tapi tidak punya tenda, tidak usah khawatir karena ada penyewaannya. Untuk tenda ukuran sedang yang kapasitasnya empat orang, biaya sewanya Rp 80.000,- sedangkan untuk tenda besar, biaya sewanya Rp 300.000,-. Nggak tahu caranya masang tenda? Tenang, tendanya dipasang dan dibongkar sama petugas camp Ranca Upas. Tinggal terima beres deh pokoknya.

Soal makanan nih. Jika tidak punya peralatan masak di alam seperti trangia, tidak perlu khawatir. Banyak warung makanan yang berjejer di dekat parkiran. Menunya bervariasi mulai dari nasi uduk, nasi rames, sate dll. Namun yang paling laku ya mie instan untuk disantap di malam hari ya. Kami sih lebih memilih untuk memasak sendiri dan sudah mempersiapkan seluruh bahan makanan sewaktu akan berangkat.

Makanan Kamping Ranca Upas
Hasil masakanku dan Janatan untuk camping ceria di Ranca Upas…

Warung Ranca Upas
Warung makan di Ranca Upas

Toilet di Ranca Upas
Toilet bersih dan tempat kami mengambil air untuk memasak

Apa yang lebih enak dari memasak dan menyantap masakan sendiri di alam terbuka? Apalagi kalau langitnya dihiasi berjuta bintang. Memang paling enak menginap di hotel bintang lima juta. Hotel bintang lima mah kalah.

Pilihan untuk ngecamp menghadap timur memang tepat! Pukul 05.30 WIB, alarm kami berbunyi dan aku langsung bergegas membuka risleting tenda walaupun masih menggelung dalam sleeping bag.
Begitu dibuka, pemandangannya yang kami dapatkan benar-benar memanjakan mata. Warna ungu, merah muda, jingga menghiasi seluruh penjuru langit. Tidak ingin ketinggalan moment, saya mengajak travelmate saya, Janatan, untuk keluar tenda dan berjalan-jalan ke padang rumput untuk mengabadikan momen sang surya bangkit dari peraduan.

Jingga Ranca Upas
Pas buka tenda, langsung dapat pemandangan beginiiiii *jatuh hati*

Sunrise Ranca Upas
Brrrrrr……….

Bekuuuuuu…. Kuku kakiku kaku….

Pagi-pagi di Ranca Upas sama dinginnya dengan lembah Mandalawangi di Gunung Pangrango. Saya yang sudah memakai baju tiga lapis ditambah jaket windbreaker saja masih menggigil. Jadi jangan lupa untuk membuat diri kalian nyaman di Ranca Upas dengan membawa pakaian hangat, sarung tangan, kaos kaki, kupluk, syal.

Camping Ground Ranca Upas
Kabut menyelimuti Ranca Upas. Beneran bekuuuuu tangan dan kaki pagi-pagi.

Kabut Ranca Upas
Ray of Light Ranca Upas

Tenda dan Kabut Ranca Upas
Selain kemping ceria, kita bisa melakukan banyak aktivitas lainnya di Ranca Upas. Favorit saya adalah penangkaran rusa. Rusa yang ada dalam penangkaran adalah Rusa Jawa (Cervus timorensis) yang dilindungi (sekaligus menggemaskan).

Rusa Ranca Upas
Halo Rusa yang lucuuu…

Penangkaran Rusa Ranca Upas
Kita bisa ikut memberi makan rusa dengan wortel yang dihargai Rp 5000,- per kantongnya. Sebenarnya saya ingin sekali untuk turun dari pos pengamatan rusa dan bermain bersama rusanya. Sayangnya waktu itu pawangnya tidak ada, sedangkan tertulis peraturan jika ingin turun harus bersama pawangnya. Akhirnya saya harus berpuas hati hanya memberi makan rusa dari atas pondok kayu.
Kasih Makan Rusa Ranca Upas
Memberi makan rusa dengan wortel. Beli pakannya lima ribu rupiah sekantong

Tempat penangkaran rusa ranca upas
Ranca Upas ini pas sekali untuk liburan keluarga dimana orang tua bisa memperkenalkan si anak untuk menikmati dan beraktifitas di alam bebas. Mengajak mereka belajar, bermain dan mengenal flora dan fauna yang ada di area perkemahan. Terdapat pula arena outbound (Tegal Kawani), pemancingan, restoran dan kolam renang di dalam kawasan bumi perkemahan Ranca Upas.
Area Berkemah Ranca Upas
Waterpark Ranca Upas
Waterpark di Ranca Upas. Cocok untuk anak-anak. Tapi airnya dingin kalau pagi-pagi…

Ada beberapa cara untuk menuju Ranca Upas, bisa dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum.
Untuk kendaraan pribadi (mobil) dari Jakarta keluarnya di Gerbang Tol Kopo, lalu mengarah ke Soreang lalu ke Ciwidey. Pasang GPS pasti gampang kok petunjuk jalannya.

Kalau mau naik kendaraan umum, bisa naik bus dari Kampung Rambutan ke Terminal Leuwipanjang. Dari Depok (domisili saya) biasanya saya naik bus MGI ke Terminal Leuwipanjang. Lebih enak dibandingkan naik Travel yang biasanya berhenti di Pasteur , Dipatiukur atau Surapati. Dari Terminal, cari ELF yang tujuannya ke Ciwidey dengan membayar ongkos sebesar Rp 6.000,-. Setibanya di Ciwidey, kita harus naik angkutan lagi yaitu angkot dengan jurusan Ciwidey – Situ Patengan dan bayar ongkos sebesar Rp 6.000,-. Bilang sama Abang angkotnya untuk menurunkan kamu di Kampung Cai Ranca Upas. Jalan kaki deh ke dalam area Bumpernya.

Jadi, kapan kita ke Ranca Upas? Saya mau banget kembali kesana lagi…

About the author

An adventurous girl from Indonesia. She loves to soaring the sky with gliders, dive into ocean, mountain hiking, rafting, caving, and so on.

Related Posts