![]() |
Ketan Abon |
Tak henti kupandangi parasnya yang cantik dan lembut. Siapa sangka usia beliau sudah 70 tahun lebih. Dengan mengenakan daster batik, beliau tak henti menebar tawa, bahkan kepada kami, orang asing yang baru datang untuk pertama kali. Cantiknya terpancar dari hati.
Ketan Susu Lorong. Nama sederhana yang disematkan kepada tempat menjual ketan susu di alun-alun kota Batu. Lokasi penjualnya memang ada di lorong, namun tersedia pula beberapa kursi dan meja di bagian luar lorong yang menghadap ke alun-alun.
Kursi dan meja yang ada di luar lorong sudah penuh ditempati oleh orang-orang yang sedang asyik menikmati ketan susu di dinginnya malam kota Batu. Kami masuk ke lorong dan memesan beberapa menu yang kami baca di kertas yang ditempel di dinding.
![]() |
Menunya masih murah-murah ya. |
![]() |
Hanya ada beberapa kursi dan meja di bagian luar yang menghadap ke alun-alun Batu. Di sini yang asyik buat nikmatin ketan susu nya ya 😉 |
Mbak Donik atau yang kerap aku panggil Ibu Peri mengajakku masuk ke dalam ruang tamu kecil. Di sanalah kami bertemu dengan Mbah Suyatni yang cantik. Dengan ramah kami disambut, dipersilahkan duduk di sofa nya yang mungil.
Bersama salah satu anaknya Mbah, kami larut dalam pembicaraan yang hampir separuhnya sukar kumengerti karena mereka berbicara dalam bahasa Jawa yang halus. Walau aku Batak tembak langsung, masih ada beberapa kalimat yang aku mengerti. Hehehe.
![]() |
Mbak Donik dan Mbah Suyatni. Bisakah saya secantik itu sewaktu umur 70an 🙂 |
Mbak Donik yang kebetulan mengenal beberapa orang yang dikenal Mbah (ah, betapa kecilnya kota Batu ini sehingga semua orang hampir saling kenal) dan menjadi pembuka pembicaraan kami malam itu.
Berikutnya, Mbah mulai bercerita dan memberikan nasihat kepada kami para gadis.
![]() |
I adore her. So pretty <3 |
Walau sudah ditinggalkan oleh suaminya, Mbah Suyatni merasa bahwa hidupnya sangat bahagia sudah bisa menunaikan haji bersama-sama. Anak-anaknya sudah dewasa dan memberikan nya cucu-cucu yang lucu. Tak lupa Mbah bercerita tentang bahagianya beliau sering dihubungi oleh cucunya yang di luar kota walau sekedar menanyakan sudah makan atau belum.
Ah, andai saja aku masih bisa melakukan itu kepada Opung Doli (kakek) dan Opung Boru (Nenek). Sayang keempatnya sedang bersenang-senang di surga yang tidak ada sinyal.
Sambil berbincang, seorang lelaki paruh baya masuk ke ruang tamu dan mengantarkan dua piring ketan susu dan ketan susu keju yang masih hangat.
Tak lupa juga si Bapak mengantarkan dua teh Pokak yang kami pesan. Begitu di seruput, semua rasa bercampur di lidah saya karena minuman ini dibuat dari gula merah, merica, pala bubuk, kayu manis yang dibakar, cengkeh dan jahe. Agak sedikit pedas tapi saya suka.
![]() |
Ketan Keju Susu. Enyak enyak enyak 😀 |
![]() |
Teh Pokak pedas tapi enak 🙂 |
Sekali suap, ketan susu yang meleleh di mulut membuatku ketagihan. Apalagi ditambah dengan parutan keju, makin sedap rasanya. Mbah sendiri yang memilih ketannya hingga keluar kota. Beliau tahu betul membedakan dan memilih ketan berkualitas sangat baik.
Selain ngobrol hangat, kami juga diajak untuk melihat rumah bagian belakang yang baru saja selesai direnovasi. Bangunan bertingkat yang minimalis tetapi nyaman.
Mbah menawarkan kami untuk menginap namun kami tolak dengan halus karena kami akan pulang ke rumah Mbak Donik. Kami katakan nanti jika ada kesempatan lagi kami bersedia menginap di sana. Tentu saja saya sangat senang bisa berbagi cerita lebih banyak dengan beliau.
Kalau teman-teman berkunjung ke Batu, cobalah datang ke Kedai Ketan Lorong. Cobalah ketan dan teh Pokak nya dan jika bertemu dengan Mbah Suyatni, ajaklah beliau mengobrol dan rasakan hangatnya lorong itu. 🙂
1 thought on “Cerita Hangat dari Ketan Susu Lorong, Batu”
Kami selaku generasi penerus Beliau Alm. Eyang kami ibu Suyatni Menghaturkan terima kasih banyak atas artikel ini. Semoga Kesehatan dan kebahagiaan menyertai Anda beserta keluarga. Amin