“Mong, tanggal 29 Maret sampai 1 April nanti Mama bisa pergi nggak?” tanya saya lewat sambungan telepon jarak jauh.
“Pergi ke mana Kak? Hari apa itu? Kalau pas lagi barang masuk, ya Mama nggak bisa lah”, jawabnya di ujung sana sambil melayani pembeli yang menanyakan harga sekilo cabai merah.
Mama, atau Momong (panggilan gaul dari anak-anaknya) berprofesi sebagai pedagang sayur mayur di pasar. Setiap hari Momong berjualan dari jam 2 subuh hingga 6 sore. Momong jadi distributor sayur mayur di kota kecil kami, Sibolga.
Tak ada tanggal merah dalam kalender kerjanya. Hanya hari Minggu yang menjadi hari libur karena itu hari Tuhan, katanya. Begitulah kehidupan sehari-hari ‘parengge-rengge’ atau pedagang di pajak (pasar).
Karena kesibukannya itu, keluarga kami memang jarang sekali jalan-jalan sejak kecil, apalagi sejak Bapak berpulang ke rumah Tuhan sewaktu saya berumur 7 tahun.
Tak ada lagi yang mengajak jalan-jalan piknik, meski sekedar duduk di tepi Pantai Panjang Bengkulu sore-sore untuk menyeruput kelapa muda atau makan sate.
Hari Minggu juga biasanya hanya dipakai Mama untuk ke gereja pagi dan tidur seharian setelahnya. Jadi jangan harap bisa jalan-jalan jauh di hari Minggu karena Mama pasti lebih memilih pergi ke pulau mimpi. Itu juga kenapa saya jadi seringnya solo traveling sejak kecil.
“Iya Mong, tanggal itu jatuhnya hari Rabu sampai Minggu. Tapi kakak mau ajak Mama pergi ke Singapura tanggal segitu” jawab saya lagi lewat telepon.
“Eh, ke mana Kakak bilang? Singapura? Ah cem betul lah” jawab Mama sambil tergelak.
“Iya serius Mooongg, habis trip dari Myanmar, kakak extend di tiga hari. Mama ikut ya sama Kakak ke Singapura ya”, pinta saya.
“Ah, cem mana lah itu kalau pas jadwal masuk barang. Nggak jualan nanti kita, merepet Bapakmu. Lagian macam dikasi Bapak lah aku pigi, ke luar negeri pula. Mama juga nggak punya paspor. Eeee mimpi ajalah pigi pigi ke Singapura” jawab Mama lagi sambil masih melayani pembeli.
Momong memang sudah menikah lagi dengan pria yang sekarang saya panggil Bapak. Orangnya pendiam, jarang berbicara apalagi tertawa. Saya mengerti akan sangat susah mengajak Mama pergi berdua saja dengan saya tanpa seizinnya.
Yang ada nanti terjadi huru-hara di rumah kalau Mama pergi diam-diam. Selain itu, Mama juga belum punya paspor. Namun masih ada waktu 3 minggu sebelum keberangkatan dan seharusnya paspor Mama sudah selesai dalam kurun waktu itu.
“Ma, Mama kan mau ulang tahun sebentar lagi. Ini sebenarnya hadiah dari Kakak buat Mama. Kakak malu lo sudah pergi ke sana ke mari tapi nggak pernah ajak Mama jalan-jalan. Mau ya Ma ya ke Singapura ya”, bujuk saya lagi.
Mama terdiam untuk beberapa waktu namun telepon masih tersambung.
“Ya sudah, Mama pikir-pikir dulu ya. Mama cari cara nanti ngomong sama Bapakmu dan kalau masih ada waktu ya bikin paspor” jawabnya setelah hening beberapa lama.
Dalam hati, saya ngomong ke diri sendiri betapa gayanya Mama ini diajak ke luar negeri mikir-mikir dulu. Hahahaha…
“Eh Kak, tunggu dulu. Kakak bilang kakak dari Myanmar ke Singapura. Mama dari Medan ke Singapura. Berarti Mama berangkat sendiri?” tanya Mama.
“Iya Ma. Hahahahaha. Tapi nanti Kakak kasitahu acaranya bagaimana kita bisa ketemu di Bandara Changi-nya” jawab saya.
“Ah *^$#%@^&!^%#*&^*” jawab Mama.
Bisa kalian tebak apa yang Mama katakan pada saya? Hahahaha…
Momong merepet (ngomong tanpa henti) tentang saya yang dianggap ngerjain dia karena nggak pernah ke mana-mana terus harus terbang ke luar negeri seorang diri dan nggak bisa berbahasa Inggris.
“Ma, kakak saja bepergian ke mana-mana sendirian. Berarti Mama juga bisa dong, ya kan ya kan?” ujar saya.
“Itu kan kau! Mama mana bisa. Udah ah, nggak mau Mama ikut kalau harus berangkat sendiri. Nggak ngerti-ngerti aku itu” jawab Mama ketus.
Lah yaaaaa kok jadi ketus si Mama. Hahaha…
Singkat cerita, beberapa hari kemudian, saya ajak ngobrol lagi dan Mama akhirnya setuju untuk berangkat sendirian ke Singapura.
Setelah paspor Mama jadi, saya membelikannnya tiket dengan jadwal ketibaan di Singapura dua jam lebih dulu dari pada saya. Dalam pikiran saya waktu itu skenarionya akan jadi seperti ini :
-
- Mama terbang dari Medan ke Singapura, berteman dengan orang yang duduk di sebelahnya (ini saya minta ke Mama untuk berkenalan dengan orang di sebelahnya di pesawat. Tidak akan susah baginya karena mamaku orangnya periang dan supel).
- Mama pasti bisa mengisi formulir imigrasi dengan contoh yang sudah saya kirimkan saat saya ke Singapura. Aman lah ya.
- Mama dengan teman yang ia temui di pesawat akan mengambil bagasi bersama-sama. Lalu Mama akan naik skytrain dari T1 ke T2. Hal yang paling terpenting yang saya minta Mama lakukan adalah mengaktifkan wi-fi Changi jadi begitu saya mendarat dari Myanmar, saya bisa menghubunginya dan bersama-sama liburan di Singapura.
Pada kenyataannya, tidak seperti itu…
Saya sebenarnya sudah menyiapkan notes yang saya kirim lewat whatsapp ke Mama yang ia tulis ulang di secarik kertas. Itu adalah info dirinya dalam bahasa Inggris, jadi ketika ia kesulitan, Mama bisa memberikan kertas itu pada orang lain dan bisa ditolong.
Begitu pesawat saya mendarat dari Yangon di Singapura, saya orang pertama yang bergegas keluar dari pesawat agar secepat mungkin menghubungi dan menemukan Mama. Begitu wi-fi Changi di ponsel saya aktif, saya langsung mengirim whatsapp ke Mama dan cuma centang satu.
Lutut saya langsung lemas karena itu artinya Mama tidak berhasil menghidupkan wi-fi di ponselnya. Lemas dan cemas apakah Mamaku sudah sampai di Changi atau belum.
Saya hubungi adik saya dan katanya Mama sudah berangkat sesuai jadwal dari Medan. Bergegas saya mengecek ke flight panel untuk mengecek apakah pesawat Mama sudah mendarat dan ternyata sudah mendarat dua jam lalu. Saya bingung.
Bagaimana mencari Mama di Bandara Changi yang super luas ini?
Di notes yang saya kasih ke Mama, saya memintanya begitu keluar dari Skytrain di T2, Mama langsung ke information center di arrival.
Mungkin terdengarnya ribet ya, tapi itu satu-satunya cara agar Mama gampang ditemukan. Saya langsung antri di imigrasi dan bergegas ke informasi di arrival T2. Ternyata Mama juga tak ada di sana.
Mong, di mana sih Mong?
Saya lalu meminta petugas informasi untuk memanggil nama Mama saya di pengeras suara meski saya tahu itu sia-sia. Mama kan tidak bisa berbahasa Inggris, mana ngerti dia. Tapi tetap saya coba sambil ngider bolak-balik dari pintu keluar skytrain dan arrival area.
Sudah lebih 1 jam saya mencari Mama dan tak kunjung ketemu. Saya akhirnya memakai cara terakhir, menelepon ke seluler Mama. Saya tahu roaming-nya akan mahal luar biasa telpon dari nomor Indonesia ke nomor Indonesia di luar negeri. Tapi rasanya tak ada cara lain yang lebih baik.
Telepon saya tersambung dan saya begitu lega mendengar suara Mama di ujung sana.
“Mong, sudah di Changi? Di mana sekarang? Mama coba lihat sekitar Mama ada apa, tulisan atau gambar apa? Biar kakak ke sana sekarang?” ujar saya dalam satu tarikan nafas.
“Mama ada di mana ini ya… Duh apa ini ya Kak ya… Mama cuma lihat ada pokemon besar kali di sini” ujar Mama.
Habis mendengar jawaban itu, telepon saya terputus. Pulsanya habis. Duh!
Saya segera mencari petugas Changi dan bertanya di mana saya bisa menemukan tempat yang bisa melihat pokemon besar.
Dengan sedikit mengernyit, petugas itu mengatakan bahwa event bertemakan Pokemon sudah lewat berbulan-bulan lalu dan sudah tidak ada lagi instalasi Pokemon di Changi.
Saya makin bingung harus ke mana lagi mencari Mama. Saya coba tanya lagi petugas airport yang lain dan jawabannya tetap sama, mereka tidak tahu di mana ada Pokemon dalam area Changi.
Akhirnya jalan terakhir adalah mengisi pulsa lagi dan menelepon seluler Mama lagi. Bangkrut deh kena roaming.
“Ma, sekarang juga kasih handphone Mama ke siapa pun di samping Mama biar kakak bicara dan tahu posisi Mama di mana” ujar saya cepat begitu telepon tersambung.
Saya dengar Mama cuma mengatakan ‘hello’ dan ‘please’ kepada orang di sebelahnya (pintar ya Mama) dan orang itu menjawab telepon saya. Dalam bahasa Inggris, saya menanyakan kepada orang itu posisi Mama saya. Dan ternyata, Mama ada di…
Departure T2 Changi.
Ya ampun. Saya menarik nafas lega, menutup telepon setelah mengucapkan banyak terima kasih.
Saya naik ke atas dan menemukan Mama memang sedang duduk di area check in/departure dan tepat di depannya ada renovasi bandara dengan tempelan poster 3 pokemon/Pikachu raksasa.
Mama memang nggak salah, yang ada di depan matanya memang pokemon. Iya Ma?
Niat hati mau merepet karena Mama tidak pergi ke tempat yang sudah kami sepakati, begitu meliahat wajahnya, saya hanya memeluk Mama erat-erat dan mencium pipinya. Akhirnya Mama di sini, aman, selamat bersama saya.
Saya tahu pasti membingungkan buat Mama duduk hampir 3 jam di bandara yang dia tidak mengerti orang-orang ngomong apa. Saya tak sabar mendengarkan petulangannya mulai dari masuk pesawat hingga tiba di depan Pokemon. Dan memang super seru.
Mulai dari teman di sebelah kursinya adalah Cina Medan yang tidur sepanjang penerbangan dan tidak bisa dimintai tolong hingga Mama minta tolong hidupin wifi sama petugas imigrasi (syukur nggak dimarahin). Hahaha…
3 hari setelahnya, kami sangat menikmati jalan-jalan berdua saja di Singapura. Mama sangat senang dan minta diambilkan potretnya di setiap sudut jalan, terutama kalau ada bunga.
Saya ajak Mama ke Merlion Park, Gardens By The Bay (saya sedih karena pas ke SG, GBTB nya lagi maintenance padahal ini highlight-nya untuk Mama karena dia suka sekali bunga), Bugis Street, China Town, Haji Lane dan semuanya kami tempuh dengan berjalan kaki.
Saya tanya apakah Mama capek dan mau naik MRT/Bus saja. Katanya tak usah, Mama mau menikmati setiap sudut Singapura pelan-pelan dengan berjalan kaki.
Ketika kakinya pegal karena seharian berjalan kaki, Mama tidak mengeluh dan hanya melepas sandalnya, jalan dengan kaki telanjang dan menenteng sandalnya. Kami berdua berjalan menelusur gemerlapnya negara maju itu sambil bergandengan tangan.
“Nggak apa-apa nya nyeker di sini kan Kak?” tanya Mama.
“Ya nggak apa-apa Ma, nggak ada yang kenal kita ini di sini”, jawab saya sambil tertawa.
Saya masih teringat betapa berharganya setiap waktu yang saya habiskan bersama Mama di Singapura. Umur saya sudah seperempat abad namun baru kali ini saya jalan-jalan berdua saja dengan Mama.
Saya tertawa (sekaligus terharu) setiap melihat Mama excited dengan hal baru yang ditemuinya, entah itu kamar hotel, sprei hotel, bath tub, makanan hotel, kolam renang, gedung tinggi, semua-semuanya yang tidak pernah dia lihat dan rasakan di Sibolga.
Hingga tiba saat liburan kami berakhir dan akan berpisah di Bandara Changi (saya terbang ke Jakarta, Mama terbang ke Medan), saya bertanya pada Mama.
“Jadi Ma, gara-gara kejadian kemarin Mama jadi takut ke luar negeri sendiri lagi nggak?” ujar saya.
“Nggak dong, sekarang Mama sudah berani. Ajak Mama jalan-jalan ke luar negeri lagi ya Kak. Terima kasih untuk kado ulang tahunnya. The best!” ujarnya sambil memeluk, mencium kening dan pipi saya.
Saya mengantarnya sampai ke batas pintu imigrasi dan tak sadar ada bulir-bulir air hangat mengalir dari pelupuk mata. Namun bahagia di hati saya membuncah sambil berujar ke diri sendiri.
Iya Ma, masih banyak tempat yang ingin kujelajahi berdua sama Mama. Nanti kita pasti keliling dunia ya Ma. Pasti.

Cheers,
49 thoughts on “Cerita Momong Liburan dan Tersesat ke Luar Negeri Pertama Kali”
Mamanya keren berani ya flight sendiri gitu, kalo saya mesti nemenin takut nyasar mbak, eh salam kenal ya mbak
Hehehe.. cocok nih dikasih judul "Finding Momong" :))
Anak baik 🙂
Ya ampun aku nangis baca ini hahahha..
Euhhhh aku mah anak yang selalu bikin kepala Mamaku geleng-geleng Mbookkk. Hahahaha. Semoga makin sering jalan berdua sama Mama sehabis ini 😀
Sekuelnya Finding Nemo dan Finding Dory ya Kapiya. Hahahaha. Dan Momong persis macam Dory, polos polos menggemaskan xD
Iya ujung-ujungnya Mamaku memang nyasar Kak. Syukur bisa ditemukan ya. Hahahaha. Salam kenal jugaaaa Kak Evrina~ :*
Super sweet!! Aku suka sekali bacanya. Sama dengan mamaku ini momongmu. Cuma mamaku TETAP nggak terima kalau diminta terbang sendiri, padahal di Indonesia sudah semua pulau besar sampai pelosok dia kunjungi SENDIRIAN. Hahaha. #jagokandang
Salam untuk Momong ya Satya!
keren u kak satya… momong juga berani banget!! semoga bakal sering trip berdua lagi yah
Akuuu suka ceritanya. Seruuuu..
Apalagi pas Satsat cerita langsung kemarin, kerasa degdegannya.
Keren kalian berdua!
Makasiii Kare… Aku nanti ngebayangin Embun akan sering jalan-jalan berdua sama kamu. Mother and daughter time… <3 <3 <3
Hahahahha ternyata Mama ketagihan Kak. Pusing lah mikirin beli tiket lagi ya kan. Semoga ada rejeki ya buat ajak Mama lanjalan biar keliling dunia kayak Kak Lenny :*
Ajegileeeee keren kali Mamamu Kak Bulan, pantaslah dia punya anak petualang juga macam kamu hahahahaa. Ternyata traveling sama Mama itu juga nggak kalah seru. Hohohohohoho~ Salam untuk Mama Kak Bulan juga yaaa~
Mbak, saya deg-degan pas baca cerita cari-cari mama. Ngebayangin kalau saya yang ngalamin pasti bakal panik banget hehehe
Senangnya baca ceritanya. Apalagi si eda yang diajak anaknya jalan-jalan ke Singapore ya 💙. Sama simbok, aku juga mewek bacanya, dikit 😉
Baca ceritanya sprti saya membaca sebuah novel mengharukan.. tulisan the best dari Mbak SatyaWinnie… Keren ceritanya… Jd trinspirasi ngajak ortu jalan-jalan juga ke tempat2 indah di muka bumi..
ya ampun kak seneng banget bacanya bisa ngebahagiaan mama 😀
Tips sih meskipun agak aneh, aku biasanya kalo jalan sama ibuku beliaunya kupaksa beli sepatu keds biar nggak cakep hahahaha
Aaaaaaaaaaaakkk bagus. Suka ceritanya. Runtuh juga ini air mata 🙁
Ka satyaaaaa…
hihihih seruuuu, belum pernah sih kalo nyuruh Mama Papa berangkat sendirian ke luar trus ketemu di sana, pastinya bakalan sama kayak kamu Sat agak hectic di Bandara. Tapi overall trip ke negara lain sama orang tua emang seru loh Sat. Papa aku bisa tuh tiba2 kenal sama orang di hotel padahal si Papa gak terlalu paham bahasa Inggris juga, ntah gimana awalnya mereka ngobrol hahahahah
Keren yah ceritanyaaa.. kalo aku uda panik banget tuh pasti. Aku juga mo ngajakin emak jalan2 ke singapore sama malaysia deh akhir taun, moga lancar,
Eniwey, salam kenal sat!
Hahaha…lucu dan seru, kak Sat! 😀 waktu2 yang membahagiakan ya pastinya bisa spend time ama mama. 🙂
Terharu ak sat,ad lucuny jg momong hahaha pokemon raksasa.salam sma momong y
Terharu dan mewek nih….. Bisa ngajak Mamanya jalan2 dengan biaya dr anaknya…. Diberkati dirimu…. # tidak semua anak bisa membahagiakan mamanya dan ngajak jalan2 Karna waktu yang tidak bisa diputar….
Uuuhhh so sweet tapi juga lucuuuu hahaha bacanya jd bayangin orang batak ngomong, apalagi bagian momongnya ngomel-ngomel 😀
Yaowoh sekalinya baca, langsung logat medan kental di sini ahhahahha..
Keren lah myulik ibu dengan cara yang berbeda untuk liburan 🙂
Koq baca ini Saya jadi nangis ya, keinget almarhumam Mama, padahal cita-cita Saya dari dulu pengen traveling bareng nyokap, tapi ga kesampean. Bersyukur ya Mba bisa ajak mamanya traveling bareng 🙂
aku terhaaruuuu adekkkk…senantiasa sehat kamu dan momong serta lancar rezeki biar bs jalan-jalan lagi sama Momong ya, aminn 🙂
Hahahahhaa Mamaku kalau ngomong tentu dengan logat Batak yang sangat sangat kental. Hahahaha~ Makasih ya Ulu sudah mampir ke blogku 😉
Hai Kak Darma terima kasih sudah mampir ya Kak. Iya aku sadar waktu nggak bisa diputar jadi mau bikin kenangan manis sebanyak-banyaknya 😀
Serunya pas nggak ketemu di Changi! Eh, mamaknya SatSat cantik banget yaaaa.
Hahahaha ini siapa nih yang komentar anonymous. xD Makasihhh lhooo, salam balik dari Mamaku ya mwah!
Iyaaaa Kak Tracy. Kalau tinggal dekat sama Mama pengen bisa sering-sering ajak Mama jalan-jalan. Ini masalahnya tinggalnya jauh. :'
Hai Betzy! Salam kenal juga ya. Ahhh serunya bisa ajak Mama jalan-jalan ke SG dan Malaysia, semoga jadi perjalanan yang super seru dan menyenangkan buat kalian berdua yaaa. Salam buat Mama Betzy :*
Dan memang benar hectic di airport nya ya Mei, apalagi Changi yang sebesar itu. hahahaha, ajaib ya Papamu yaaaa. Jadi siapa bilang kendala jalan-jalan ke luar negeri itu bahasa? Ada-ada aja ya cerita seru kalau lagi jalan sama orang tua. Semoga kita bisa terus bahagiain orang tua kita ya Mei yaaaa.
Hahahaha kalau kubaca lagi runtuh juga air mataku Benaaaa :"
Ah Fika juga anak baik ngebahagiain Mama dibellin sepatu keds. hahahaha. Kayaknya aku juga harus membelikannya untuk Mamaku nanti. hahahaha xD
Ahhhh terima kasih Lazwardy sudah mampir yaaaa…. Aminnnn aminnn aku doain biar kita selalu dipermudah rejekinya untuk bahagiain orang tua yaaaa. 🙂
Ah lebih senang aku melihat petualangan Mama Shasy dan Biyan. Hahahaha xD Ternyata jalan-jalan Ibu anak itu seru pisan yaaa 😀
Aku panik sedikit Mba tapi lebih berasa capek karena habis terbang tiga jam dari Myanmar terus harus muter-muter Changi buat cari Mama. Hahahaha xD
Ahhhh memang tugas kita sebagai anak buat bahagiain orang tua kan ya Kak. Amin semoga rejeki kita dipermudah buat ajak Mama kita jalan-jalan ya 😀
Ah Dinda jangan sedihhhh… Aku jg dari dulu traveling nya pas kecil sama Bapak eh bapak pergi ke surga pas umur aku masih 7 tahun, jadi nggak bisa jalan-jalan sama Bapak lagi. Yang penting orang tua kita sekarang sudah senang ya dan damai ya 🙂
Bisanya kau baca artikel ini dengan gaya batak ternyata ya. Hahahaa, Iya donggg culik Ibu dong sesekali…. :p
Aduh Mamaku bisa terbang hidungnya kalau baca komentar Mbater nih. hahahaha. Ah Mamaku aja yang cantik, yang diturunin ke anaknya gak seberapa. hahahaha xD
Ngakak parah Kak pas bagian Pokemon hahahahahaha. Tapi Momong hebaaat! Hihi 😀
keren dan seru banget…. salam kenal
keren dan seru banget… salam kenal..
Hahahahaa duh Acis maafin aku baru lihat komentar kamu. Iyaaaaa hahahaha kadang orang tua kita memang lucu kalau diajak jalan-jalan ke tempat baru, negeri orang pula xD
Terima kasih sudah mampir Mas Agus, salam kenal juga ya 🙂
Aku nangis bacanya kak. Terharu banget!! You are the best
Tuty, terima kasih banyak sudah mampir yaaa. Senang kalau kamu nikmatin ceritanya. Horas 😉