Hujan sudah mulai mereda ketika kami beranjak dari Lombok International Airport. Mas Teguh, guide kami dan Pak Ketut, driver kami, menyambut ramah dan hanya dalam waktu sebentar saja, kami sudah asyik bercengkerama.
Entah sudah keberapa kalinya saya menyambangi Lombok dan tetap terpesona dengan segala pesona yang ditawarkannya. Mulai dari keindahan alamnya, kekayaan budayanya, keramahtamahan orangnya, dan tentu tak lupa kelezatan kulinernya. Membayangkan semua kuliner khas Lombok saja sudah membuat air liur saya menetes.
Monica sendiri baru pertama kali ke Lombok, jadi menyenangkan melihat dia begitu antusias sejak tiba di Lombok. Saya pun ingin mengenalkan banyak tempat-tempat yang cantik yang bisa dikunjungi di Lombok.
Namun datang di awal tahun ke Lombok sepertinya bukan ide yang terlalu bagus karena memang bulan Januari adalah musim penghujan. But hey, siapa yang bisa prediksi cuaca saat ini? Iya kan? Kadang kita prediksinya cerah eh hujan. Prediksinya hujan, eh cerah. Ya jadi berpasrah lah sudah.
Tapiiiiiiiii, Lombok masih tetap bisa dinikmati meski di musim penghujan. Ini beberapa destinasi yang bisa saya sarankan untuk teman-teman.
-
Desa Adat Sukarara
Sebagai pecinta kain tenun, berkunjung ke Desa Adat sangatlah menyenangkan buat saya. Di samping saya bisa melihat ragam kain tenun cantik yang dijajakan, saya juga bisa ikut belajar cara menenun meski hanya dalam waktu singkat saja.
Sebenarnya jika ingin belajar menenun secara serius boleh lho asal bersedia berkomitmen minimal satu bulan tinggal di desa dan serius belajar menenun, pasti bisa, pasti jadi. Maukah kamu?
Selain itu naluri belanja kain tenun pasti tak tertahankan kalau sudah berkunjung ke Desa Sukarara. Habisnya kain tenunnya cantik-cantik sekali, pengen dibawa pulang semuanya.
Harga kain tenunnya berkisar dari Rp 100.000,- hingga jutaan per lembar kainnya. Kalau di sentra tenun, kadang harga tenunnya sudah fix dan tidak bisa ditawar. Tapi kalau beli langsung di pengrajinnya kadang masih bisa ditawar jadi pintar-pintarlah ya…
-
Desa Adat Sade
Ini adalah Desa Adat favoritku sejak kunjungan pertamaku ke Lombok beberapa tahun silam. Meski katanya sekarang Desa Sade ini dipenuhi banyak sekali wisatawan lokal dan mancanegara, desa ini masih tetap apik dan sambutan masyarakatnya masih tetap hangat.
Bajang (sebutan untuk pria muda dalam bahasa Sasak) Semeru (namanya memang terinspirasi dari gunung tertinggi di tanah Jawa), menyambut saya dan Monica dan mengajak kami berkeliling. Saya senang sekali melihat masyarakat lokalnya mengembangkan desa mereka sendiri, menyambut dan menjelaskan desa mereka dengan cara yang menarik.
Di Desa Sade ini saya bertemu dengan Wani, gadis seusia saya. Saya mampir ke kiosnya dan membeli gelang-gelang cantik yang dianyam sendiri oleh gadis-gadis di Desa Sade (ini hal favorit yang senang saya lakukan saat berkunjung ke Desa Sade).
Setelah bertukar sapa, seorang teman Wani tiba-tiba menghampiri, menggoda Wani, dan mengatakan kepada saya kalau Wani itu perawan tua, karena belum ada lelaki yang melaik dia.
“Melaik” adalah istilah proses penculikan perempuan Sasak untuk dinikahi. Penculikannya dalam arti baik ya karena si perempuan memang harus setuju untuk “diculik”. Setelahnya barulah prosesi adat perkawinan berlangsung dan salah satunya adalah “Nyongkolan”.
Entahlah apa yang dirasakan Wani saat temannya berkata seperti itu tetapi Wani tetap sumringah dan tertawa-tawa. Ah, semoga kamu segera bertemu dengan jodohmu, yang terbaik, ya Wani. Pernikahan memang bukan kompetisi, namun pasti akan sedikit berat buat perempuan yang lahir dan dibesarkan di desa kecil.
Kami tak berlama-lama di Desa Sade. Adzan maghrib berkumandang, menjadi pertanda kami harus segera keluar dari sana karena selepas maghrib tidak ada pengunjung yang masih berkeliaran di sekitar desa karena seluruh warga akan beribadah dan beristhirahat.
Tak lupa sebelum meninggalkan Desa Sade, saya membeli satu kain tenun dengan warna peach. Ya, kalau memang ada rejeki lebih, bantulah perekonomian masyarakat dengan membeli hasil kerajinan tangan mereka ya. Jika membel langsung di desa pengrajinnya, harganya tidak semahal di toko atau di pameran kerajinan kok.
-
Mencicipi Kuliner Lokal
Nah! Ini nih favorit saya kalau lagi berkunjung ke satu tempat dan cuaca sedang mendung tak mendukung, opsi yang paling bener ya wisata kuliner hahaha. Makan, makan, makan, makan, makan!
Ada banyak pilihan kuliner Lombok yang bisa kamu cobain. Buat kamu penyuka pedas seperti saya, tentu jangan lewatkan untuk menyantap Ayam Taliwang yang tersohor dan Plecing Kangkung nya yang nggak kalah “nendang” pedasnya!
Salah satu rekomendasi tempat untuk makan Ayam Taliwang di Lombok ya RM Taliwang Irama. Ada beberapa cabang di Mataram dan semuanya enak kok!
Cobain juga Sop Bebalung nya yang disajikan hangat dan cocok menjadi teman di kala musim hujan. Eh, ada lagi tahu gorengnya yang lembut dan wajib dicoba. Entah kenapa tahunya berbeda dengan tahu-tahu goreng di daerah lain. Agak sedikit susah menjelaskannya jadi dicobain sendiri ya.
Namun dari semua kuliner Lombok, favorit saya tetap Sate Sapi Rembiga Bu Ririn yang lokasinya di Rembiga.
Ah ya mungkin belum banyak dari kalian yang tahu bahwa nama-nama kuliner khas di Lombok memang berasal dari nama daerah tempat masakan itu pertama kali dikenal.
Ayam Taliwang ya dari Desa Taliwang, Sate Rembiga ya dari Rembiga, Nasi Balap Puyung ya dari Desa Puyung. Hahahaha… Mudah banget diingat kan?
Untuk Nasi Balap Puyung ini, karena lokasinya di dekat bandara, paling enak memang menyantapnya sebelum terbang pulang ke rumah. Sebenarnya bisa juga jadi penganan pertama yang disantap saat baru tiba di Lombok kalau memang sangat lapar. Tempat yang saya rekomendasikan adalah RM Cahaya yang lokasinya hanya 5 menit dari Lombok International Airport.
Nasi Balap Puyung ini juga sering saya beli beberapa bungkus untuk dibawa pulang ke Jakarta. Sambalnya yang pedas nendang itu juga bisa dibungkus untuk dibawa pulang lho!
-
Taman Narmada
Tidak jauh dari pusat kota Mataram, ada satu tempat bernama Taman Narmada. Dibangun oleh Raja Mataram pada 1727, Anak Agung Ngurah Karang Asem, taman ini difungsikan sebagai lokasi upacara “Pakelem” dan juga sebagai tempat peristhirahatan keluarga Raja.
Di bagian dalam taman ada Pura tempat beribadah dan juga kolam pemandian. Ada juga Balai Petirtaan yang di dalamnya ada satu mata air yang konon katanya, jika kita konsumsi akan membuat kita selalu awet muda karena bersumber langsung dari Rinjani. Banyak orang yang datang ke sana dan membawa jerigen kecil untuk menampung air itu. Hmm, balik ke masing-masing orang sih ya, percaya atau tidak percaya.Saya juga baru tahu bahwa nama Narmada diambil dari Narmadanadi, nama anak sungai Gangga di India. Pura Kelasa / Pura Narmada yang ada di bagian dalam taman adalah satu diantara 8 pura tua di Lombok dan masih digunakan sebagai tempat beribadah bagi umat Hindu hingga sekarang.
-
Islamic Centre Mataram
Mungkin teman-teman sudah tahu bahwa beberapa waktu silam, Nusa Tenggara Barat terutama Lombok mendapat penghargaan sebagai Destinasi Halal Terbaik di Indonesia.
Dan sejak 2013 lalu, Lombok memiliki ikon baru yakni Islamic Centre Mataram yang dibangun dengan arsitektur khas lumbung Suku Sasak, dengan ukiran Samawa dan Mbojo yang dikenal dengan ‘Sasambo’.
Saya terkagum-kagum saat memasuki Islamic Centre ini karena memang megah dan bagus sekali. Di dindingnya terpahat 99 Asma’ul Husna (nama-nama Allah) dan ada menara 99 meter dimana kita bisa melihat panorama Kota Mataram 360 derajat. Tenang saja, ada lift-nya kok, jadi tidak harus naik tangga untuk sampai ke lantai 13.
Sayang saat berkunjung ke sana, sedang ada grup besar yang berkunjung dan mereka sudah melakukan reservasi sebelumnya dan saya harus menunggu sekitar 1,5 jam. Karena keterbatasan waktu, saya tidak jadi naik ke atas dan mungkin akan berkunjung lagi. Saya tetap masih penasaran ingin melihat panorama Kota Mataram secara langsung dengan mata kepala saya.
Oh iya jika ingin berkunjung ke Islamic Center ini, diwajibkan untuk mengenakan pakaian sopan, terutama untuk perempuan, harus tertutup dari atas hingga bawah. Waktu ke sana, saya tidak mengenakan hijab, hanya membalut kepala saya dengan selendang, namun tetap memakai baju lengan panjang dan celana panjang yang tidak ketat.
Nah, itu dia rekomendasi destinasi yang asyik dikunjungi saat cuaca hujan di Lombok. Tetap mengasyikkan bukan? Jadi jangan bersedih kalau cuaca sedang tidak mendukung. Meski mendung, jangan biarkan sedih merundung *rhyming.
Kalau kamu? Punya rekomendasi destinasi yang asyik dikunjungi saat musim hujan di Lombok? Share di kolom komentar, ya. 😉