Edukasi Whale Shark dan Arogansi Derawan Fisheries

Whale Shark

Sejak kecil, saya dibekali buku-buku cerita bergambar karakter biota laut. Dan dari seluruh karakter, saya paling suka paus dan hiu paus, dua makhluk terbesar seantero samudera.

Meski sama-sama punya nama paus, hiu paus sebenarnya bukan paus, melakinkan jenis hiu. Karena ukurannya besar seperti paus dengan panjang 6-18 meter, disebutlah hiu paus (Whale Shark).

Adalah satu mimpi dimana saya ingin sekali melihat mereka di lautan bebas, bukan di akuarium. Tapi sampai sekarang keinginan itu belum terpenuhi. Tak apa. Satu waktu kita pasti jumpa ya.

Untuk berjumpa dengan paus memanglah susah. Paus biasa berenang di perairan dalam dan hanya sesekali naik ke permukaan laut.

Satu-satunya yang mungkin bisa dilihat dari dekat adalah hiu paus atau Whale Shark, yang memang dikenal sebagai perenang yang lambat dan sering naik ke permukaan untuk makan plankton dan ikan-ikan kecil.

Acap kali dia disebut sebagai ‘raksasa lembut’. Dulu, satu-satunya titik yang saya tahu untuk melihat hiu paus di Indonesia hanya di Taman Nasional Cenderawasih yang ada di Kwatisore, Teluk Cenderawasih, Papua.

Saya baru tahu bahwa hiu paus juga bisa ditemui di perairan Sabang, Situbondo, Bali, Nusa Tenggara, Alor, Flores, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua.

Lalu satu-dua tahun belakangan diketahui keberadaan sekelompok ikan hiu paus di Talisayan, Berau, Kalimantan Timur dan di Botubarani, Bone Bolango, Gorontalo.

Hiu paus dikenal dengan bentuk kepalanya yang lebar dan gepeng dengan mulut, garis insang dan sirip punggung (dorsal) pertama yang besar serta pola totol-totol putih dan garis di kulitnya yang cenderung berwarna keabu-abuan.

Ada hipotesa yang menyatakan bahwa pola tersebut merupakan bentuk kamuflase dan adaptasi untuk memfilter sinar ultraviolet (UV) karena hiu paus termasuk jenis ikan yang banyak menghabiskan waktu di dekat permukaan laut (Colman, 1997).

Sama seperti jenis hiu lainnya, hiu paus tumbuh dan berkembang dan proses menjadi dewasanya berjalan lambat dan cenderung berumur panjang. Karakteristik ini yang menjadikan hiu paus rentan terhadap eksploitasi karena kemampuan reproduksinya yang rendah (Colman, 1997).

Oleh karena itulah dikeluarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 18/Kepmen-KP/2013 Tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu Paus (rhincodon Typus).

Berdasarkan keputusan itu, hiu paus dinyatakan resmi telah dilindungi secara penuh di perairan Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa segala bentuk eksploitasi terhadap ikan ini dilarang.

Pariwisata dan Whale Shark

Kemunculan Whale Shark yang terkenal “ramah” kepada manusia ini dan dikombinasikan dengan social media power membuat wisatawan berbondong-bondong ingin berenang dan berinteraksi langsung dengan hiu paus.

Siapa sih yang tidak ingin melihat hiu paus dari dekat? Saya pribadi pun ingin sekali berjumpa dengan mereka.

Namun, kegiatan wisata berbasis hiu paus yang kurang terkontrol dapat memberikan dampak yang negatif terhadap perubahan perilaku hiu paus.

Menurut Craven (2012), pemberian makan di Oslob-Cebu, Filipina dapat menyebabkan hiu paus mengasosiasikan manusia dengan makanan sehingga mereka akan cenderung mendekati manusia.

Petunjuk berinteraksi yang sudah ditetapkan, harus dipastikan pelaksanannya melalui pengawasan dan penegakan aturan di lapangan untuk mengurangi dampak kegiatan wisata dan menjaga kealamian interaksi dengan hiu paus (Quiros, 2007).

Seperti itulah kondisi yang terjadi di Talisayan, Berau, Kalimantan Utara. Kemunculan hiu paus di sekitaran kawasan bagan-bagan ikan di Talisayan dimanfaatkan untuk mempromosikan pariwisata bahari dengan atraksi utama berenang dengan hiu paus.

Nelayan bagan rutin memberikan makan hiu paus agar mereka selalu mendekat ke bagan lalu para wisatawan dapat berenang berdekatan.

Sayangnya, masih banyak yang belum tahu tentang bagaimana seharusnya berinteraksi dengan hiu paus. Dan sangat disayangkan, tidak hanya wisatawan, tetapi tour organizer juga tidak mengetahui peraturan ini.

Jadi, bagaimana seharusnya berinteraksi dengan Hiu Paus/Whale Shark?

Pada 22 Januari 2013 lalu, Taman Nasional Teluk Cenderawasih mengeluarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Wisata Whale Shark. Pun begitu dengan Balai Pengelolaan Sumber Daya dan Pesisir Laut yang kurang lebih sama. Ini yang perlu diketahui oleh kita semua. Semua. Tak terkecuali. Tolong dibaca dengan baik ya.

  1. Kapal/perahu harus mengurangi kecepatan maksimum 10 knot dalam jarak 1 km dan 2 knot dalam jarak 50 meter dari bagan dengan Hiu Paus.
  2. Kapal/perahu harus diparkir di sisi lain bagan yang tidak ada hiu pausnya.
  3. Kapal/perahu harus menjaga jarak dengan Hiu Paus dan tidak boleh lebih dekat dari 20 meter.
  4. Hanya boleh ada 1 kapal/perahu dengan 1 grup per bagan.
  5. Pemimpin tur harus melakukan briefing singkat, 10-15 menit sebelum masuk ke air. Isi briefing harus mencakup ucapan selamat datang dan perkenalan diri, pengaturan waktu dan destinasi, pengenalan terhadap Hiu Paus, aturan untuk berinteraksi dengan hiu paus dan undangan untuk bertanya. Briefing dapat dilakukan dalam perjalanan menuju bagan.
  6. Selama kegiatan berlangsung, kapal/perahu harus tinggal di air dengan mesin mati. Siap untuk memberikan bantuan medis.
  7. Tidak diperbolehkan lebih dari 10 orang dalam satu grup per bagan dan 5 adalah angka yang ideal.
  8. Durasi kunjungan adalah antara 60 – 90 menit untuk tiap grup.
  9. Pemimpin tur turun pertama kali, diikuti oleh para tamu. Di dalam air, pemimpin tur berperan sebagai pemimpin grup yang harus memperhatikan dan siap membantu semua peserta.
  10. Snorkeler harus mengikuti instruksi dari pemimpin tur.
  11. Snorkeler harus masuk ke dalam air setenang mungkin.
  12. Snorkeler harus menjaga jarak untuk memberi ruang kepada Hiu Paus. 2 meter dari tubuh Hiu Paus dan 3 meter dari ekornya.
  13. Snorkeler tidak boleh mengeluarkan suara keras, melakukan gerakan yang mendadak dan memercikkan air yang dapat memprovokasi atau mengganggu Hiu Paus.
  14. Tidak boleh menyentuh dan atau mengejar hiu paus secara aktif. Bila Snorkeler didekati oleh Hiu Paus, Snorkeler harus tetap tenang dan berenang ke samping.
  15. Snorkeling adalah pilihan yang paling baik untuk mengamati hiu paus, namun penggunaan scuba masih diperbolehkan asalkan jumlahnya dibatasi, hanya 1-2 orang penyelam dalam satu grup dan jarak antara penyelam dengan hiu paus dan Snorkeler harus diatur (penyelam harus mengamati dari jarak yang lebih jauh, sementara Snorkeler dapat mengamati dari jarak yang lebih dekat. Hal ini penting untuk dilakukan agar setiap pengunjung dapat menikmati kunjugannya. Snorkeler tidak akan terganggu dengan gelembung dari penyelam).
  16. Penggunaan kamera diperbolehkan namun penggunaan flash harus dibatasi. Flash diperbolehkan bila pengambilan gambar diambil dari jarak empat meter.
  17. Para tamu harus segera berenang kembali ke kapal/perahu sesuai durasi kunjungan.
  18. Pemimpin tur harus menjadi orang yang terakhir keluar dari air.
  19. Pemimpin tur dapat menanyakan komentar para tamu tentang kegiatan mereka.
  20. Pemimpin tur harus menyiapkan kuesioner yang harus diisi oleh penyelam berisi tentang hiu paus yang dijumpai. Di koordinat berapa, garis kedalaman berapa dan prediksi ukurannya.
  21. Setiap pengunjung operator wisata dan kapal/perahu harus mematuhi standar operasional ini demi kelestarian Whale Shark. Bila melanggar peraturan, maka pihak yang berwenang memiliki hak penuh untuk memberikan sanksi berupa pembatalan tur sampai pencabutan izin operator wisata atau kapal/perahu untuk masuk ke kawasan.

Coba dibaca poin 14 dimana tertulis “Tidak boleh menyentuh dan atau mengejar hiu paus secara aktif. Bila Snorkeler didekati oleh Hiu Paus, Snorkeler harus tetap tenang dan berenang ke samping”. Peraturan ini jelas-jelas ada namun seakan diabaikan oleh orang-orang yang sangat ingin eksis dan jadi keren di dunia maya.

Cobalah bandingkan tulisan Berenang Bersama Whale Shark di Indonesia dengan Berenang Bersama Whale Shark di Western Australia yang dituliskan Mas Fedi Fianto atau Berenang Bersama Whale Shark di Oslob, Filipina yang ditulis oleh Ismarul Nizam.

Untuk menjadi gambaran, bagaimana seharusnya kegiatan berenang bersama Whale Shark, dilakukan. Coba kalian telaah sendiri ketiga tulisan tersebut.

Ada juga tertulis di website WWF tentang Tips Berinteraksi dengan Hiu Paus :

  1. Jaga jarak. Beri ruang untuk hiu paus sejauh 2 m dari badannya dan 3 m dari ekornya bila berenang bersama. Walaupun hiu paus bergerak secara perlahan, tapi sangat berisiko terkena hempasan ekornya atau badannya yang besar.
  2. Sebaiknya jangan menggunakan alat selam atau menyelam di sekitar hiu paus. Pun kalau ada, pastikan hanya dua penyelam dalam satu kelompok. Ini karena hiu paus akan mudah terganggu dengan gelembung udara ketika menyelam.
  3. Mohon antre. Kalau mau Snorkeling bersama hiu paus, digilir per kelompok. Satu grup maksimal 6 orang dan satu pemandu. Jadi kalau kamu dan rombongan mau Snorkeling, bikin kloter berkali-kali ya jangan sekali brek!
  4. Kamera buat selfie? Boleeeeh asal matikan flash-nya ya! Kilatan cahaya bisa ganggu hiu pausnya loh.
  5. Kalau di dalam air, usahakan setenang mungkin.
  6. Jangan teriak-teriak di dalam air atau nyipratin air bak film India ke hiu paus ya, bakalan mengganggu hiu pausnya.
  7. Ini yang paling penting, jangan memegang dan mengejar hiu paus. Kalau dideketin, usahakan tenang ya.
  8. Ingat, hiu paus adalah satwa liar.

Arogansi Tour Organizer bernama Derawan Fisheries

Kasus ini terjadi kemarin, saat saya di-mention oleh teman saya Ruby @rubyperkasa di salah satu foto yang dimiliki akun Instagram @derawanfisheries.

Saya melihat sang empunya foto sedang tiduran santai di atas floaties (pelampung berbentuk kasur) dan menyentuh kepala Whale Shark yang ada di hadapannya.

Saya cek akun Instagramnya dan ternyata ada banyak sekali foto-fotonya yang lain berinteraksi sangat dekat dengan Whale Shark.

Saya mencoba menegur dengan baik, namun yang saya dapat malah makian kasar. Meski sekarang jika mengecek akun Instagramnya, foto dan komentar-komentar sudah dihapus, namun screencapture-nya masih saya simpan. Seperti yang bisa teman-teman lihat di bawah ini.

Derawan Fisher 1 Derawan Fisher 2 Derawan Fisher 3

Derawan Fisher 4
Isi percakapan dengan Derawan Fisheries

Derawan Fisher 5 Derawan Fisher 6

Saya sangat menyayangkan bahwa kalimat kasar tersebut, keluar dari Tour Organizer yang tampaknya cukup terkenal di Derawan. Pun, ia merupakan pemilik dari penginapan yang berbasis “eco” yang dinamakan Derawan Fisheries.

Ah, apa iya berbasis “eco” padahal pemiliknya sendiri tidak mengerti apa yang dimaksud dengan istilah “eco”, “eco-tourism” atau “eco-friendly”?

Setelah kata makian “anj**g” yang diketikkannya, saya sudah malas menanggapi. Screencapture tersebut lalu saya upload ke media sosial pribadi, Path, yang lalu membuat banyak teman-teman geram. Mereka turut berkomentar dan memberi nasihat di akun tersebut namun teman-teman saya itu juga turut disebut “anj**g”.

Ternyata tidak hanya saya. Ada banyak orang sebelumnya yang sudah berusaha untuk menegur dan menasihati Bapak Harry Gunawan dari Derawan Fisheries tersebut yang hanya dianggap sebagai angin lalu.

Hary Gunawan 1

Derawan Fisher 7
Bahkan Om @pinneng seorang master dive yang berekelebat lama di dunia bawah laut ikut berkomentar.

“Gitu z kok repot, santai z Mba. Gak usah nyampah di IG saya, klw gak suka tinggal unfoll z,, situ macam okay2nya z..”

Begitu jawabannya saat ditegur oleh akun @edelweiss_blogger.

Derawan Fisher 8

Oh, beginikah perangai dan mental trip operator di Indonesia? Tidak punya etika dan menghalalkan apa saja, termasuk abai pada peraturan lingkungan, untuk jadi keren, terdepan dan selalu kebanjiran wisatawan? Pantaskah pribadi-pribadi seperti ini menjadi pelaku pariwisata? Coba, kalian bantu jawab pertanyaan saya.

Derawan Fisher 9

Di salah satu foto yang ia unggah di akun Instagramnya, tertulis bahwa Ia mengucapkan terima kasih atas pemberian buku “Panduan Wisata Hiu Paus” dari BPSPL (Balai Pengelolaan Sumber Daya dan Pesisir Laut) wilayah Kalimantan.

“Semoga dapat bermanfaat untuk semua sebagai salah satu pedoman berwisata di Kepulauan Derawan” ucapnya.

Derawan Fisher 10

Bukunya kemana Mas? Sudah dibaca atau cuma dipakai buat ganjel pintu?

Seharusnya jika ia sudah membaca dan menelaah dengan baik isi dari buku tersebut, tentu saja ia malu dan tahu apa yang dilakukan terhadap hiu paus itu salah. Menyentuh dan berenang sambil memegang sirip hiu paus sama sekali tidak dibenarkan.

Bagaimana mau memberi contoh baik kepada wisatawan yang dia bawa jika dia sendiri melanggar peraturan?

Tujuan saya menulis ini, bukan semata-mata untuk menyerang Harry Gunawan. Melainkan memberikan gambaran kepada teman-teman tentang apa yang dimaksud pariwisata berbasis lingkungan, apalagi yang terkait dengan interaksi bersama hewan.

Tidak hanya hiu paus, tetapi juga penyu, manta, paus, lumba-lumba, pun semua binatang yang ada di darat dan di udara, tidak boleh kita sentuh dan eksploitasi.

Saya mengunggah foto-foto Harry Gunawan hanya untuk menunjukkan bahwa apa yang ia lakukan di dalam foto tersebut adalah salah dan tidak sepatutnya ditiru.

Saya yakin teman-teman yang membaca pasti bisa mengerti dengan apa yang saya maksud. Mari sama-sama saling mengingatkan. Pun dia tidak meminta maaf kepada saya atas perkataan kasarnya tak apa. Saya tidak meminta itu.

Update: Terhitung tanggal 14 Juni 2016, Pak Harry Gunawan sudah menghubungi saya via jaringan pribadi dan telah meminta maaf. Kami berdua sudah menyelesaikan masalah ini baik-baik. Semoga kedepannya lebih baik lagi. Amin.

Apa tujuan saya membuat tulisan seperti ini? Tak lain hanya ingin berbagi informasi yang baik. Tak ada niatan memboikot Derawan Fisheries atau bagaimana.

Sebagai lulusan sarjana Pariwisata, saya pribadi tentu ingin sekali pariwisata Indonesia terus berkembang dan membawa dampak baik dan kesenangan bagi semua kalangan. Saya ingin jumlah wisatawan meningkat tetapi tingkat pengetahuan akan peduli terhadap alam juga meningkat. Bukan untuk kebaikan pribadi, tetapi untuk seluruh khalayak di bumi.

Jika ingin tahu lebih lanjut tentang Whale Shark, silahkan kunjungi Facebook Page Whale Shark Indonesia. Bisa juga baca Panduan Teknis Pemantauan Hiu Paus yang dikeluarkan WWF dan Taman Nasional Cenderawasih. Bisa juga baca Leaflet dari WWF tentang Whale Shark.

Mari belajar menjadi pejalan bertanggung jawab, menjadi Tour Organizer yang bertanggung jawab yang paham bagaimana mengelola pariwisata yang berkelanjutan. Semoga kita tidak hanya berorientasi pada profit semata, namun juga mengutamakan konservasi hiu paus di mana pun mereka berada.

“Be kind to nature because nature is not to be raped and conquered. Nature is ourselves, to be cherished and explored”.

Satya Winnie - Travel Blogger

Satya Winnie, an adventurous girl from Indonesia. She loves to soaring the sky with gliders, dive into ocean, mountain hiking, rafting, caving, and so on. But, her favourite things are explore culture, capture moments and share the stories.

So, welcome and please enjoy her travel journal and let’s become a responsible traveler.

128 thoughts on “Edukasi Whale Shark dan Arogansi Derawan Fisheries”

  1. Uhm, sedih mas. Awalnya salah satu traveller (ngakunya) dan udah jalan2 kemana-mana pokoknya post foto diakun IG pribadinya, parahnya traveller ini banyak followernya, ditegur malah PMS, dasar wanita. Terus post foto2 tentang Derawan Fisheries juga udah di cc. Ke pihak dibudpar via. Sosmed, kupikir sudah ada edukasi dan perbaikan, sekalinya teteup yak. Semoga beliau dapat hidayah, Aminn.

  2. Setuju banget belajar jadi pejalan yang bijak bertanggung jawab.
    Semoga kasus seperti ini ngak ada lagi dan semua bersama2 menjaga, saling mengingatkan kelestarian alam

  3. malesmandidotcom

    lafyuuu Satya, tulisannya keren, mencerahkan tp gak menggurui. Semoga dengan tulisan ini banyak yg sadar supaya gak menghalalkan segala cara demi profit atau jutaan likes di IG

  4. Sedih banget baca ini. Padahal aturannya udah jelas dan seharusnya gak boleh gitu ya. Kirain teh orang-orang pada upload foto bangga bener ini itu karena emang boleh. Ternyata… Hiks… Sedihnya kehidupan whale shark itu berubah dari kondisi aslinya… 🙁

  5. Semoga orangnya instrospeksi dan ke depannya penyelenggaraan pariwisata oleh operator sudah lebih baik dan peduli lingkungn Mz 🙏🏻

  6. Thank you Dita. Someone have to speak about this… Sudah terlalu lama kita abai. Semoga banyak pihak tercerahkan dan bisa lebih baik nanti ke depannya pariwisata berbasis lingkungan ini 🙂

  7. Karena ketidaktahuan mereka Mas Dani. Semoga kalau postingan ini dibaca banyak orang, jadi pada sadar dan ke depannya jadi lebih baik lagi 😉

  8. Aku gak berharap dia gulung tikat Git. Aku berharap dia tetap dapat rejeki dari penyelenggaran wisatanya yang nanti lebih peduli lingkungan dan bertanggung jawab 🙂

  9. Gila parah banget kelakuan mereka. Sebenernya kalo gak tau bilangnya aja sih ya, minta maaf & gak akan ngulang. Ini malah ngomel2 kasar, parah banget. Kelakuan = isi otaknya heuheuehu. Udah saya share di facebook, di twitter! share yang banyaaaaaaaaaaakkkkkkkk kalo perlu bikin petisi ajah biar jangkauannya lebih luas lagi heuheuheu 😀

  10. Itu yang sangat saya sayangkan dengan tulisan ini. Memang beberapa foto-foto yang ada di akun sosmed @fisheries.eco juga ada tag @derawanfisheries sebagai operator tour di derawan sebagaimana agen-agen wisata lain yang membuka destinasinya di pulau derawan. Adapun perihal whale shark permasalah ini sudah terjadi beberapa bulan yang lalu dan sudah dilakukan penyuluhan kepada ybs. Fisheries Eco Villa dalam hal ini juga sangat menyayangkan tidakan tersebut dan ingin mendapatkan perhatian dari pihak lain untuk memberikan masukan kepada tour operator yang ada di derawan (harap dipelajari semua postingan yang ada pada akun @fisheries.eco). Alhamdulillah dari berbagai pihak traveller, blogger dan penyuluhan langsung dari BPSPL walau dengan cara yang kurang baik. Adapun setelahnya sungguh sangat disayangkan adanya lagi respon2 kurang baik muncul dari @derawanfisheries.

  11. Biasalaaaah kadang2 aku esmosi liat orang bengak macam si harry gong gonh tu.. Puasa2 gini nyari ribot dia.
    Tp di aceh juga ada beberapa tour operator yg belum.mengerti prosedur keselamatan. Kenapa? Karena kebanyakan yg berkembang ya sambil jalan. Permintaan meningkat.. Supply datang. Sayangnya tanpa kapabiltas yg baik. Begitulah kak kira2..

  12. Indonesianholic

    Semoga dia cepat sadar bahwa yang dilakukannya itu hanya untuk kepentingan dan keuntungan sementara. Terkadang memang yang sering dilihat hanya di depan mata tapi jangka panjangnya tidak dipikirkan.

    Satya, You are not Alone.
    Tetap sabar yah, walaupun dimaki. Mungkin dia lagi butuh Aqua.

  13. Tukang Jalan Jajan

    Saya setuju kak. Perlu banyak edukasi buat penyelenggara wisata dan pelancongnya. Alam punya ekosistem yang ngga boleh diganggu gugat. Semoga segera sadar pengelolanya kak. Tulisannbagus dan mencerahkan bagi traveler wannabe 😄😄😄

  14. Padahal logika terhadap hewan liar yg baru kita kenal itu gampang. Kita, manusia, khan juga gak mau dicolek-colek sembarangan, diamati lekat-lekat, dipegang kaki yang kita gunakan untuk bergerak oleh orang lain yang gak kita kenal. Kurang lebihnya mereka juga begitu. Meskipun tampak jinak,tetap saja manusia -apalagi yg awan- tidak bisa menerjemahkan perasaan dan perubahan emosi hewan liar mahluk liar ini. Masa tour operator ini mau nunggu korban dulu?

    Sangat menyayangkan sikap dan komentar kasar yang dilakukan oleh tour operator tersebut. O iya, belakangan nama tour operator sekaligus penginapan itu marak dibahas di mana-mana. Awalnya saya mempertimbangkan akan menginap di sana dan menggunakan jasa mereka jika punya rejeki main ke Derawan. Tapi setelah kejadian ini, dengan pasti saya gak minat lagi menggunakan jasa mereka.

    Thanks Satya, karena sudah berbagi soal ini, saya juga jadi nambah ilmu soal bagaimana seharusnya kita berinteraksi dengan hiu paus. Sejauh ini, saya baru melihatnya beberapa kali dari atas anjungan saya bekerja aja. Fyi, di laut Natuna dan Anambas, jika cukup beruntung juga kita bisa berjumpa dengan hiu paus. Dan di sana mereka belum 'dieksploitasi' menjadi objek wisata.

    Semoga kita semua bisa belajar dari kejadian ini.

  15. Nasirullah Sitam

    Saya pernah mengalami hal yang sama (walau kasus berbeba); ketika kita berusaha mengatakan jika yang dilakukan itu salah, jawaban "sok tahu, sok benar," itu muncul dengan berbagai alasan yang panjang.

  16. Itulah… Pengen sekali ada pelatihan tentang pariwisata berbasis lingkungan ini ke operator tour. Karena mereka ujung tombaknya toh…

  17. Terima kasih ya Ulu sudah bantu share. Semoga bisa jadi informasi baik buat teman-teman yang ingin melihat Whale Shark. Saya pun ingin sekali suatu hari bertemu Whale Shark langsung 🙂

  18. Wah agen wisata Derawan kok arogan banget. Jujur gw juga baru ngeh nih soal etika ini. Mudah-mudahan masih bnayak yang ngasih edukasi. Ujung tombaknya sih sebenernya guide guide di lapangan. Sayang cuma modal selfie sama popularitas doang demi meraup banyak keuntungan.

  19. Hahahahaa Akbar ah! Masih di Luwuk kau? Iya aku cuma pengen kasih informasi baik aja. Biar makin banyak pihak yang mengerti sustainable tourism dan eco-tourism. Derawan itu cantik luar biasa, jadi kalau dikembangkan dengan tepat pasti tak berhenti rejeki mengalir ke mereka…

  20. Whale shark cuma suka ikan teriiii. Hahahahaha. Sama dia macam aku, sukanya ikan teri. Mana mau dia makan kita… 😂😂😂

  21. Bella Zadithya

    Aku sedih, liat Hiu Pausnya di naikin gitu, emang kendaraan… 🙁
    Terima kasih mas satya sudah menulis artikel ini, bermanfaat sekali untuk edukasi tentang Hiu Paus. Semoga dengan adanya tulisan ini, yang membaca jadi paham bagaimana seharusnya berinteraksi dengan hewan liar di habitat alaminya.

  22. Just info, fisheries eco vila beda kepemikikan dengan derawan fisheries yaaa..jangan salah kaprah dna jangan sampai merugikan pihak yang tidak ada hubungannya yaa gaess..

  23. Dear Mba Satya,

    Mohon maaf sebelumnya. Tapi setau saya, Derawan fisheries dan Fisheries Eco villa(FEV) itu beda kepemilikan walaupun berada dalam tempat yang sama. mungkin bisa hubungi Ricky +62812-8292-399, yang punya FEV nya untuk lebih jelasnya.

    salam kenal 🙂

  24. Saya juga tidak setuju dengan mbak Traveller satu itu tapi menggunakan kalimat 'ditegur malah PMS, dasar wanita' itu tidak bijak. Karena mau perempuan atau laki laki kalau gak peduli mah ya peduli aja gak Aa hubungannya dengan jenis kelamin

  25. Alangkah baiknya sebelum dipublish semua content di klarifikasi dulu kebenarannya. Apabila ada yang ingin ditanyakan bisa hubungi saya langsung secara pribadi.

    Ricky Adrian
    08128292399
    [email protected]

  26. Aarrrghhh…sebel gw sama orang beginian. Percuma juga udah dikasih buku panduan, mungkin dia gak bisa baca. Semoga aja dia ditegur sama yang Maha Kuasa.

  27. Agak shock ya baca tanggapan derawanfisheries nya. Pdhal ditegur dg sopan, kok justru frontal gt tanggapannya. Tulisan yg bagus mba, smoga banyak yg blajar dr kasus ini

  28. Astaghfirullah! bikin esmosi baca postingan ini, gemesss sama operator itu. Kasar banget tanggapannya. Terima kasih sudah berbuat yang terbaik kak Satya, kami bersamamu. Semoga nggak ada kejadian seperti ini lagi. #SaveSharks

  29. Ih anjyeeeeng, kok gua emosi baca ginian ka sat. Kok eek banget mereka yah.. hmmm, kaya nya buku panduan gak dibaca deh ah. Semoga mereka cepat sadaaar, Aamiin.

  30. Nouf Zahrah Anastasia

    so sad…. mentalnya perlu direformasi…
    terima kasih Sat, sdh menegurnya…
    smg mendapat pencerahan ia…
    geraaaaaaammmm sediiiihhhhhh

  31. Makasih banyak mba infonya. Terkait pernyataan "Tidak hanya hiu paus, tetapi juga penyu, manta, paus, lumba-lumba, pun semua binatang yang ada di darat dan di udara, tidak boleh kita sentuh dan eksploitasi." Saya mau tanya mba, apa itu juga berlaku untuk gajah di TNWK. Karena gajah2 disini juga digunakan menarik wisatawan dg kegiatan menjelajah hutan taman nasional dg menunggangi gajah dan tarifnya ditentukan perjam. Bukankah itu juga termasuk bentuk eksploitasi?

  32. Mantap mba. Semoga makin banyak tulisan2 yang mengedukasi seperti ini. Semoga tidak ada lagi kasus serupa 🙂

  33. Emosi jiwa baca balasan Derawan Fisheries, dikasitaunya baik2 lho padahal. Huft.

    Semoga kita bisa jadi pejalan dan penyedia layanan yang lebih hormat sama alam – juga manusia.

  34. Halo Mas Ricky, saya diberitahu oleh teman yang pernah menginap di sana, katanya pemiliknya sama. Di social media pun fotonya kurang lebih sama. Tapi kalau kamu memang klarifikasi bahwa kepemilikannya beda, saya minta maaf atas kesalahan penulisan dan akan saya ubah. Terima kasih banyak koreksinya ya 🙂

  35. Waduhhhh baru tahu kehebohan di IG itu. Nggak nyangka juga tanggapan terhadap komennya Winnie segitu kasarnya. Harusnya bisa diperdebatkan lewat jaringan pribadi atau cara lain yang tidak menjatuhkan imej dia juga ya. Semoga cepat ketemu penyelesaiannya. Semangat jalan, Win ^^

  36. Sama-sama ya Kak Bart. Aku pun tak mau sampai ada korban. Ishhh enaknya bisa lihat langsung dari anjungan tempat kerja. Aku pun mau suatu waktu nanti. Aminnn ya aminnn 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻

  37. Robi Erwin Setiawan

    Tulisannya bagus sekali kak win.

    Setiap traveler seharusnya tidak hanya memberikan pengalaman menarik ke orang lain berupa foto, video, atau tulisan di setiap destinasi wisata yang telah ia kunjungi.

    Setidaknya ia juga memberikan pengetahuan lebih, seperti pesan menjaga, menghargai, merasa memiliki, dst selama melakukan kegiatan traveling tersebut.

    Semangat kak win!
    Semangat berbagi inspirasi di dunia digital! 😀

  38. Terima kasih sudah mampir dan membaca ya Mbak Bella. Semoga bisa diberitahu ke keluarga dan teman-teman juga 🙂

  39. Mas Ricky dari Fisheries Eco Villa sudah klarifikasi. Terima kasih banyak koreksinya Mbak Hanny 🙂

  40. Wandelust Rey

    Itu orang otaknya di pantat kalik ! Hiiih, dikasi tau yang baik malah jawabnya kaya gitu amat ! Sebar aja di medsos biar viral atau sekalian di grup besar semacam LP biar ga ada yang mau pakai jasa tour travel-yang-katanya-eco-friendly itu

  41. Kita berharapnya dia bisa ngembangin wisata di Derawan yg lebih sustainable biar rejeki dia ngalir terus ya 🙂

  42. Reformasi mental, revolusi mental ya Kak? 🙂 Iyaaa semoga bisa berubah ke arah lebih baik biar rejeki dia makin baik juga 🙂

  43. Setahu saya di TNWK sudah ditiadakan sirkus dan safari keliling dengan gajah Mbak. Terakhir saya ke sana Januari kemarin. Apakah sudah berubah lagi?

  44. Amin Kak Bulaaaaan. Pun kalau ada salah ya baiknya berbesar hati untuk terima dan memperbaiki yaa.. Aku pun banyak salah *udh kayak mau idul fitri*

  45. Sudah pernah ada yang DM tapi tak digubris dan tetap posting. Ya sudah aku coba mention sekali, begitu responnya :)))

  46. Makasih loh Robi sudah mampir. Jangan lupa dishare ke temen2 yaaaaa. Yapp, itu bukan tugas satu orang kan tapi tugas kita semuaaa…

  47. Aku sih maunya dia berubah dan bisa yakinin calon wisatawan kalau sudah beneran eco-friendly sekarang dan tentu saja dia akan mendapat rejeki yang berkepanjangan kan 😉

  48. semua demi eksis ya dan yang penting tournya laku, nyesek liat foto yang diatas kepala ikan itu…harap2 tuh orang dimakan ama pausnya..geraaammm

  49. Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua, baik tour operator maupun travelernya, yuk dukung gerakan #TravelerBijak

  50. Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua, baik tour operator maupun travelernya, yuk dukung gerakan #TravelerBijak

  51. Sedih banget baca ini 🙁
    Kelakuan orang kaya gitu yang bikin rusak alam. Udah salah, diberi tahu baik-baik malah nyolot, duh!
    Kalau pengada tournya saja kurang paham eco-tourism, gimana mau mengedukasi ke pengguna jasa tour mereka, ya?
    Pengada tour kaya gitu setahu saya enggak bakal bertahan lama, apalagi kalau sudah kepentok beginian dan masih ngotot.
    Btw tulisannya bagus, kak. Salam kenal dan saya ijin share ya 😀

  52. Rifqy Faiza Rahman

    Sebenarnya banyak yang ingin saya komentari untuk didiskusikan dalam tulisan ini. Namun, tentu dengan kedangkalan dan keawaman saya mengenai whale shark dan dunia bawah air, saya harus membatasi supaya tidak salah tafsir. Saya tak ada niat menggurui, tapi komentar ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman, saya mencoba menyikapi dari sisi bagaimana kita bermanusia 🙂

    Saya banyak mengamati, walau tidak seluruhnya. Saya suka mengamati manusia, mengamati sorot mata satwa, mengamati pertumbuhan tanaman. Sering saya menelaah, mencoba berimajinasi, ketika makhluk-makhluk yang berasal dari Pencipta yang sama ini saling berinteraksi. Interaksi yang baik akan menciptakan aura dan iklim yang baik. Interaksi yang buruk, yang selalu dimulai oleh manusia, akan memberikan dampak yang buruk, walau sering kita tak menyadarinya.

    Tapi yang ironis adalah ketika di antara kita mungkin tak mau mengakui jika itu salah. Bersikeras ketika ditegur dengan cara yang baik. Tidak mau tahu-menahu jika satwa dan tanaman pun memiliki ruh dan nyawa, yang hanya saja mereka tak berbicara dengan bahasa manusia.

    Ah, andai saja makhluk-makhluk itu bisa bersabda, memprotes, dan mengkritik manusia. Tapi mereka hanya 'diam', 'bersabar', karena mereka tahu bahwa Tuhanlah yang melindungi mereka, dan kita-kita yang peduli walau akan memercikkan perang dengan mereka yang berpikiran pendek seolah tiada hari esok.

    Well, secara keseluruhan saya sangat sepakat dengan tulisan ini. Mengetahui Mbak Satya adalah seorang sarjana pariwisata, saya menganggap tulisan ini sebagai panggilan dan amanat yang harus dilakukan, sebagai bentuk tanggung jawab dan kepedulian terhadap pariwisata yang berkelanjutan, di Indonesia khususnya. 'Ada yang harus kulakukan', 'Aku tidak bisa diam', gejolak batin seperti ini yang kerap saya tangkap dari orang-orang yang memiliki hasrat yang besar dan menginginkan perubahan yang baik pada bidang tertentu.

    Tentu, saya sangat percaya dengan niat baik Mbak Satya. Semoga yang bersangkutan, dan juga yang masih 'menyalahgunakan' status operator berbasis ekowisata untuk tergugah hati nuraninya, bahwa laut dan seisinya harus senantiasa lestari dan juga masih akan dinikmati oleh anak cucu kita kelak. Jikalau memang masih berdinding keras dan tak luluh, maka saya memilih alam dan Tuhan yang akan 'berbicara'.

    Eh, maaf ya Mbak Satya kepanjangan komentarnya, jadi curhat hehehe. Tetap tabah dan semangat memajukan dan menjaga pariwisata Indonesia yang berkelanjutan! 🙂

  53. Nurul Lathifah

    Hallo ka satya, salam kenal! Beberapa hari lalu aku sedih lihat foto2 penyu dan hiu paus ini 😭 tapi aku lebih sedih baca kamu diserang dan dicaci maki kaaa huhuhu.
    Semoga kamu gak sakit hati sama kelakuan org dangkal ini yaa kaaa semangat terusss😘😘
    Btw, mungkin gak sih operator atau apapun yg menjalankan bisnis pariwisata diberi semacam lisensi untuk beroperasi. Semacam dokter atau petugas kesehatan lainnya yg ingin buka praktek sendiri harus ada izin dan sertifikat gitu??

  54. Nggak hanya hiu saja yang dieksploitasi keberadaannya, apa-apa di Indonesia ini rasanya diperkosa tanpa melihat dampaknya. Thanks udah berbagi, semoga kita semua para traveler dan para tour operator makin cerdas ketika ngetrip. Semoga cepet bangkrut tour operatornya itu #eh

  55. Halo Mbak, sedih dan kaget saya bacanya. Mungkin operator wisatanya belum bisa menerapkan aturan dan bener-bener meng-"eco"-kan diri, memarketkan sebagai ekowisata tapi belum bisa disebut ekowisata.. Sayang, cara menanggapi sarannya itu kasar hehe.. padahal tidak semua tour operator seperti itu, bahkan banyak juga yg sudah mulai sungguh-sungguh berusaha menerapkan prinsip ecotourism ya. Mudah2an dengan concern banyak pihak ke pariwisata, semoga pengelolaan pariwisata khususnya ekowisata bisa membaik (normatip yak haha). Saya kepo IGnya tadi, sudah tidak ada foto elus-elus hiu paus lagi. Syukurlah, lumayan.

  56. Queen Of The Clouds

    Makasih buat artikelnya ya, kak 🙂 Aku bakal share artikel ini karena banyak banget orang2 yang mungkin kurang edukasi tentang gimana harusnya berinteraksi dengan hewan dilindungi, jadinya malah salah asuhan (apa sih) dari tour operator yang sama2 sotoynya…. Semoga setelah baca artikel ini mereka jadi lebih pinteran yaahh 😀

  57. Edelweiss blogger

    akhirnya berkesempatan ikut comment disini, Salam kenal semuanya ^_^ saya sih negur secara baik-baik ke mas Harry Gunawan bulan februari 2016 dan juga langsung mengirimkan screen shoot fotonya ke Whale Shark Indonesia (FB). alhamdulillah langsung di respon positif sama mas Adminnya, makanya ga saya lanjutkan melawan si Harry sama teman2nya yg menyudutkan saya sampe menstalking akun ig saya. intinya setelah dia minta maaf & menghapus foto-foto Rodeo Paus nya, bukan berarti dibiarkan berlalu saja, tetap harus di awasi agar jangan kebabblasan lagi untuk operator tour / guide yang mencari uang lewat wisata Hiu Paus. terima kasih

  58. Buat info aja, yang bersangkutan sudah meminta maaf dan juga belajar untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi.

    Saya sendiri juga kenal secara pribadi dengan beliau, diluar kesalahannya yang itu sebenarnya beliau juga punya concern lebih terhadap issue lingkungan misalnya bagaimana menghadapi masalah sampah di Derawan. Beliau adalah orang Bajau asli, penduduk Derawan asli, mungkin lebih baik daripada kita terus menyudutkan orang yang sudah tersudut ada baiknya dirangkul, diberikan pelatihan langsung oleh para profesional mengenai do and dont nya terhadap lingkungan dan satwa sekitar. Bahkan kalau perlu bekerja sama buat pilot project pelatihan, biar nanti malah beliau bisa menularkan ilmu pada tour operator lain dan guide lokal disana

  59. Buat info aja, yang bersangkutan sudah meminta maaf dan juga belajar untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi.

    Saya sendiri juga kenal secara pribadi dengan beliau, diluar kesalahannya yang itu sebenarnya beliau juga punya concern lebih terhadap issue lingkungan misalnya bagaimana menghadapi masalah sampah di Derawan. Beliau adalah orang Bajau asli, penduduk Derawan asli, mungkin lebih baik daripada kita terus menyudutkan orang yang sudah tersudut ada baiknya dirangkul, diberikan pelatihan langsung oleh para profesional mengenai do and dont nya terhadap lingkungan dan satwa sekitar. Bahkan kalau perlu bekerja sama buat pilot project pelatihan, biar nanti malah beliau bisa menularkan ilmu pada tour operator lain dan guide lokal disana

  60. Selaluu bikin sedih kalo baca yg begini. Semoga ada tindakan hukum dr aparat terkait mengenai hal ini. Aamiin…

  61. Halo Mba, salam kenal sebelumnya.

    Mei lalu sewaktu long weekend saya ke Derawan. Banyak hal-hal yang mengganggu saya, diantaranya:
    – Di depan Sangalaki (tempat snorkeling yang banyak coral), perahu yang saya naiki buang jangkar pas di atas coral. Ditambah awak kapalnya yang berjalan di atas coral.
    – Awak kapal buang sampah sisa makanan (termasuk gelas air mineral) di laut.
    – Di sekitar perairan Derawan, penyu ditarik-tarik untuk ditunggangi (oleh seorang awak kapal dan seorang wisatawan).
    – Di Danau Kakaban, jellyfish diangkat oleh wisatawan dan dilempar ke temannya.
    – Masih di Kakaban, ada yang berenang dengan Fin, dan ternyata katanya dia guide.

    Mungkin saya lagi apes sehingga melihat hal tersebut. Ngobrol dengan salah satu tokoh di sana, ternyata kondisinya memang seperti itu, ditambah lagi peran dari pemerintah daerah yang minim. Pelaku pariwisata (guide, awak kapal, hingga wisatawan) di Derawan masih banyak yang belum sadar lingkungan. Jadi, gak heran waktu post tentang whale shark ini mencuat.

  62. Sinyo @kopertraveler.id

    Wah satya winnie, kaget juga ada org bisa jawab koment di IG seperti itu, belum tahu bahwa apa akibatnya dengan jawaban ala orang yg "berpendidikan" seperti dia ya. Selamat menuai saja akhirnya ya. Kapan jalan bareng lagi nih

  63. Indonesianholic

    IYa, masih di Luwuk Sat, Tapi tiap Off Duty saya balik ke Makassar.
    Apa yang kamu lakukan itu sudah benar Sat, Setidaknya ini juga buat kita semua terutama saya pribadi dengan adanya postingan ini malah banyak tau tentang whale shark

  64. Pausnya mah ogah makan orang Mbak Sarah. Hahahaa. Dia sudah minta maaf dan semoga ke depannya lebih baik lagi 😉

  65. Halo Mas Lintang, terima kasih sudah baca dan mau share. Hehehe. Iyaaaa, semoga setelah kejadian ini, semua tour operator lebih peduli sama lingkungan 🙂

  66. Nanti kita diskusi pas ketemu langsung ya Ki. Hehehehe. Iya, i do believe in Karma. You do good, you receive good. Vice versa. Aminnn! Kita doakan masa depan pariwisata Indonesia akan semakin cerah jika dari pihak wisatawan dan pelaku pariwisata nya saling bersinergi menjaga lingkungan. Pasti sangat menyenangkan 😉

  67. Salam kenal Nurul. Makasihhh banyak lhooo sudah mampir baca. Aku nggak sakit hati dan dia sudah minta maaf kok kemarin. Sudah damai sudah damai.

    Iya ada sertifikasi untuk operator dan tour guide yang dikeluarkan oleh HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) dan ASITA (Association of The Indonesian Tour and Travel Agencies) tapi ya begitu. Belum merata dan menjangkau sampai daerah-daerah….

    Semoga ke depannya ada kelanjutan dari proses sertifkasi pariwisata ini ya 🙂

  68. Iya Mas Alid, saya berharap pariwisata kita lebih baik ke depannya jika pejalan dan operator sama-sama cerdas dan bertanggung jawab pada lingkungan.

  69. Jonathan Bayu

    Makasih infonya kak Winnie, sekarang udah siap kalo nanti berenang sama hiu paus 🙂
    Sedih ya melihat tur operator itu, itu saja baru di derawan, apalagi ditempat-tempat lain. Pasti banyak kok yg seperti itu. Bagus juga dengan adanya IG/medsos kita jadi tau bagaimana perilaku wisatawan. Contohnya, waktu itu saya pernah melihat video ada sekelompok orang yg sedang snorkeling di Raja Ampat dan mereka semua yg jumlahnya banyak kompak berdiri di atas karang! sedihh 🙁

  70. vani oktaviana

    Saya juga tidak setuju dengan mbak Traveller satu itu tapi menggunakan kalimat 'ditegur malah PMS, dasar wanita' itu tidak bijak. Karena mau perempuan atau laki laki kalau gak peduli mah ya peduli aja gak Aa hubungannya dengan jenis kelamin

  71. Satya Winnie

    Halo Mbak Chairumi, terima kasih sudah bersedia membaca. Kita tentunya berharap kedepannya penyelenggaraan pariwisata di Indonesia lebih ramah lingkungan. Tentu saja butuh kesadaran dari semua pihak. Yang terpenting dimulai dari diri kita sendiri ya 🙂

  72. Satya Winnie

    Terima kasih Kak Ratri sudah bersedia membaca dan berbagi dengan teman-teman yang lain. Semoga bisa lebih baik ya pariwisata kita kedepannya. 🙂

  73. Satya Winnie

    Hai Mpooo! Maaf ya baru balas komentarmu. Iyaaa semoga kedepannya nggak ada yang begini lagi ya. Amin….

  74. Satya Winnie

    Sudah kok Din. Dia sudah meminta maaf dan semoga bisa lebih baik kedepannya. Untuk semua 🙂

  75. Satya Winnie

    Huhuhuhuu sedih bacanyaaaa. Semoga setelah kasus ini, segala pihak lebih tersadarkan yang Mas / Mbak. Karena tentu butuh kerja sama dari semua pihak untuk bisa mewududkan pariwisata yang ramah lingkungan…

  76. Satya Winnie

    Makasih udah mampir ya Kokoh. Hahahaha. Yang bersangkutan sudah minta maaf dan semoga kedepannya dia bisa mengedukasi teman-teman operator di Derawan. Amin 🙂 Yuk jalan bareng yuk!

  77. Satya Winnie

    Nggak perlu Mas / Mbak. Yang bersangkutan sudah sadar dan minta maaf. Semoga kedepannya bisa lebih baik yaaa 😉

  78. Satya Winnie

    Waktu itu beliau mungkin sedang emosi Mbak Vika. Sudah sadar dan minta maaf kok yang bersangkutan. Semoga jadi pelajaran untuk semuanya…

  79. Satya Winnie

    Itulaaaah Jo! Kita punya peran penting juga untuk share info dengan teman-teman di social media untuk tidak memegang karang apalagi menginjaknya. Semoga makin banyak yang punya kesadaran sayang sama lingkungan yaa 🙂

  80. Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai "EDUKASI WHALE SHARK DAN AROGANSI DERAWAN FISHERIES".
    Indonesia memang mempunyai berbagai tempat wisata yang menarik

    Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Indonesia yang bisa anda kunjungi di Informasi Seputar Pariwisata

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top