Sejak dulu, Jawa memang terkenal sebagai ‘performer’, apalagi kalau kita berbicara soal tarian. Ada banyak sekali jenis tarian yang tentunya tidak mudah dipelajari. Butuh disiplin dan konsistensi sampai bisa benar-benar menguasai satu tari tradisional Jawa.
Kalau saya sih kepingin juga, kepingin menonton semua tarian maksudnya. Hahaha. Rasa-rasanya tak cocok saya jadi penari lemah gemulai seperti perempuan Jawa. Cocoknya menari penuh semangat dan enerjik seperti tari tor-tor dari kampung halaman saya di Sumatera Utara.
Makanya pas hadir di acara Festival Pesona Solo Adira Finance di De Tjolomadoe (Colomadu) kemarin, saya rasa-rasanya tak ingin pulang. Pengennya memandangi dan menikmati semua tari-tarian yang ditampilkan oleh seluruh daerah di Jawa Tengah. De Tjolomadoe dipilih jadi lokasi festival karena dianggap sebagai salah satu ikon dari Jawa Tengah, sebagai pabrik gula tertua yang kini sudah dipugar menjadi museum yang apik (nanti ada cerita sendiri soal ini ya).
Sedari pagi, semua peserta karnival sudah bersiap di sekitaran Tjolomadoe. Ada yang asyik berias, ada yang berlatih musik, ada yang berdiskusi dan berlatih gerakan bersama teman-teman tim-nya. Mereka pasti ingin memberikan pertunjukan yang terbaik. Ya tentu ya apalagi ini perlombaan dengan hadiah belasan juta untuk performer terbaik.
Ada Tari Topeng Ireng di mana semua penarinya mengenakan pakaian yang dilengkapi dengan banyak lonceng dan giring-giring. Kostumnya lumayan berat berdasarkan penuturan dari salah satu penari. Nggak kebayang sih gerahnya kayak gimana menari dengan kostum seberat itu dengan matahari terik Solo yang wuaw lumayan bikin berkeringat sebesar bulir-bulir jagung.