Inggil Museum Resto Malang. Makan Sambil Belajar Sejarah.

4

diboeka roema makan baroe! namanja…
“INGGIL”
hidangannja pasti memoeaskan selera dan
tempatnja laen daripada jang laen
toean-toean dan njonja-njonja silaken mentjoba

19-20 Januari kemarin saya mendapatkan tugas kantor ke Malang. Karena waktunya singkat, sebelum berangkat dari Jakarta, saya sudah browsing beberapa culinary spot yang wajib dikunjungi di Malang. Berdasarkan rekomendasi pacar, Rumah Makan Inggil ini adalah rumah makan yang menyediakan makanan enak dan ada museumnya. Berkunjung kesini membuat perut saya kenyang dan mata saya “kenyang” dengan barang-barang antik di dalamnya, serasa masuk museum. Pantaslah resto ini dinamakan “INGGIL MUSEUM RESTO”.

Inggil-Museum-Resto

Lesehan-Resto-Inggil
Untuk interior resto, Inggil menawarkan bangku dan meja atau lesehan. Lantainya masih ubin abu-abu yang dingin dan dindingnya semi permanen. Uniknya, mereka memasang foto Gunung Arjuno super besar di dinding dan membuat gubuk lesehan dari bambu. Jadi rasanya seperti makan di bawah kaki gunung Arjuno.
Gamelan-Inggil-Museum-Resto
Wayang-Museum-Inggil
Di bagian tengah resto terdapat panggung tradisional yang cukup besar, tetapi sewaktu saya berkunjung kesana, panggungnya lagi direnovasi. Padahal biasanya ada pertunjukan gamelan, ketoprak, keroncong sampai dangdut campur sari. Sedangkan di luar restoran juga terdapat panggung wayang. Sedang tidak ada pertunjukan juga hari itu.

Jangang salah, walaupun restoran ini seperti rumah tradisional, ternyata disediakan Wi-Fi gratis loh. Dari depan pintu kita sudah diberitahu “dateng mriki saget hotsepot”. Hahahaha. Hotspot maksudnyaaa…
Hotspot-Museum-Inggil
Sambil menunggu makanan yang dipesan datang, saya pun berkeliling restoran dan tercengang dengan koleksi pemilik restoran yang cukup beragam dan tua. Katanya sih pemilik restoran ini adalah anak dari Walikota Malang terdahulu yang memang suka mengoleksi barang antik. Tidak cuma barang antik, disini ada koleksi uang lama, poster-poster tempo doeloe hingga potongan merk-merk rokok kretek zaman dulu. Yuk, keliling-keliling Inggil Museum Resto.

Topeng-Museum-Inggil
Ragam Raut Topeng, ikon Inggil Museum Resto.
Poster-Iklan-Jadul
Saya selalu senang melihat poster-poster jadul ini. Tagline merk Rokok dan Bier zaman dulu itu memang unik-unik ya.
Kolase-Foto-Museum-Inggil
Ini gak kalah menarik, foto-foto gedung bersejarah di Malang.
Sebagian memang sudah berubah bentuk tetapi tidak signifikan.
Jam-Jadul-Museum-Inggil
Mayoritas jam disini sudah tidak berdetak lagi. Tapi bentuk weker kuno ini selalu menarik perhatian pengunjung.
Mesin-Tik-Mesin-Jahit-Inggil
Saya menghabiskan waktu yang tidak sebentar untuk memandangi rak ini. Ada mesin tik tua, setrikaan arang sampai mesin jahit tua. :O
Radio-Tua-Museum-Inggil
Kurang keren apa coba radio-radio ini? Sayangnya sudah tidak berfungsi lagi.
Uang-Kuno-Museum-Inggil
Koleksi uang kertas nya unik dan ada “gulden” juga loh
Naskah-Kuno-Museum-Inggil
Coba deh baca poster yang ditengah. Pusing tujuh keliling. Tulisannya sudah samar dan dicetak miring pula. Hehehe.
Phonograph-Museum-Inggil
Ini Phonograph. Bener gak? 🙂
Alat-Keriting-Rambut
Alat yang paling mencuri perhatian. Alat keriting rambut yang berasal dari Belanda tahun 1930 ini bermerk INDOLA. Merupakan pemberian dari Tante Tan (putri Ong Kian Bie Studio Malang)
Rambut-Keriting-Satya
Gimana ya cara pakai alat pengeriting rambut ini? Begini? *nyobain sendiri*
Pengeriting-Rambut-Museum-Inggil
Kalau saya melihatnya seperti sepatu-sepatu kecil. Hehehe. Ini rumpun tali dari alat pengeriting rambut tadi.
Telepon-Kuno-Museum-Inggil
Ahhh, telepon puter-puter. (itu panggilan saya untuk telepon ini dari kecil)

Telepon-Tua-Inggil

Merek-Kretek-Museum-Inggil
Ada >100 jenis merk rokok kretek zaman dulu. WOW!!

Iklan-Rokok-Museum-Inggil
Setelah puas berkeliling dan memotret barang-barang antik tadi, saya kembali ke meja makan dan ternyata makanan sudah dihidangkan. Yummy. Menu andalan di Inggil ini adalah Gurame goreng /bakar dan Ayam Bakarnya. Begitu mencoba Ayam Bakarnya saya langsung kebingungan sendiri, menerka-nerka bumbu apa saja yang ada di dalam masakan ini. Soalnya dagingnya empuk dan harum dan tidak ada sisa hitam arang walaupun dimasak dengan cara dibakar. Ada dedaunan wangi dan rempah yang kuat terasa di mulut saya. Saya semakin ketagihan dan akhirnya menghabiskan 3 potong ayam untuk saya sendiri. (doyan apa rakus, Sat?)
Makanan-Resto-Inggil
Awalnya was-was karena resto ini bagus baik dari bangunan, pelayanan dan makanannya, pasti harganya mencekik dompet. Eh, ternyata dugaan saya salah. Makanan di Inggil sangat bersahabat dengan kantong. Ada Sate Ayam (Rp 15.000), Tempe Penyet (Rp 10.000). Aih, makin suka deh sama Resto yang satu ini. Kalau kembali lagi ke Malang, wajib hukumnya makan di sini. Hehehehehe.

Nah, kalau jalan-jalan ke Malang cuma punya waktu 2 hari dan mungkin gak sempat beli oleh-oleh, tinggal belanja di depan Inggil saja. Ada toko pernak-pernik dengan harga yang tidak mencekik. Biasanya toko souvenir di dekat resto terkenal akan menaikkan harga, ternyata disini tidak. Saya membeli topi kompeni yang lucu hanya seharga Rp 30.000. Murah bukan?
Museum-Malang-Tempo-Doeloe

Toko-Souvenir-Malang
Makan sudah, belanja sudah. Ah, saatnya kembali ke Jakarta. Buat teman-teman yang ingin berlibur ke Malang, jangan lupa masukkan Inggil Museum Resto ke dalam itinerary kalian ya. Tempatnya dimana? Ini dia :

INGGIL MUSEUM RESTO
Jl. Gajahmada No.4 Malang Kota/Klojen
Telp : (0341) 332110
Fax : (0341) 712026

Lokasinya tidak jauh dari stasiun kota baru dan berada dibelakang gedung Balai Kota Malang dan berseberangan dengan Hotel ALOHA Malang. Selamat menikmati 🙂

About the author

An adventurous girl from Indonesia. She loves to soaring the sky with gliders, dive into ocean, mountain hiking, rafting, caving, and so on.

Related Posts