“Coba kopi di Kedai Lur yuk Mba Sat, enak kopinya”, ujar Rinda setelah kami makan malam bersama sedulur blogger di Jogja.
“Ayok banget, aku selalu percaya pilihanmu pasti enak”, ujar saya sambil terkekeh.
Setiap menyambangi Yogyakarta, pasti sudah ada saja tempat-tempat baru yang bisa dikunjungi. Kota pelajar ini berkembang pesat sekali, super pesat. Di tiap-tiap sudut kota bermunculan warung-warung kopi sedap. Banyak yang bertahan, namun tak sedikit juga yang “ngos-ngosan” dan akhirnya tutup.
Kami mengendarai sepeda motor kami masing-masing menuju Kedai Lur. Tak jauh dari Stasiun Tugu dan Jalan Malioboro. Selesai memarkirkan motor, kami masuk ke dalam dan saya langsung suka dan jatuh cinta dengan suasananya yang sejuk. Kursi-kursinya bukanlah bean-bags warna warni yang kekinian, melainkan kursi dan meja kayu tua yang semakin menambah daya tarik kedai ini buat saya. Katanya Kedai ini dinamakan “Lur” mengambil singkatan kata Bahasa Jawa “Sedulur” yang artinya saudara.
Kami duduk di satu meja kecil untuk dua orang. Memesan kopi hitam dan teh JJS, Jeruk Nipis, Jahe, Sereh (yang kemudian jadi teh jahe favorit saya). Dengan penerangan lampu yang temaram, Kedai Lur jadi tempat yang nyaman sekali untuk bertukar cerita. Saya dan Rinda mengobrol tak henti soal hidup kami sejak terakhir perjumpaan kami di perjalanan Saumlaki.
Karena perut kami sudah sama-sama kenyang, kami tak memesan makanan padahal Rinda merekomendasikan makanan di Kedai Lur ini yang sedap. Menu-menu makanannya memang sederhana seperti Bakmi Godhog Jawa, Tempe Mendoan, Ayam Goreng Kampung, Nasi Brongkos Koyor, Urap, Telo Goreng tapi rasanya top (katanya karena saya belum coba langsung).
Duh semua menu di atas itu favorit saya tapi tentu nggak bisa makan semuanya dalam sekali kunjungan kan?
Akhirnya keesokannya saya datang lagi namun sendirian saja dan karena masih bulan puasa, hanya saya tamu yang datang untuk makan siang hari itu. Mbak-nya menyapa ramah dan mempersilahkan saya untuk duduk di meja yang saya mau.
“Di depan sini saja Mbak, semilir sejuk, enak” ujarnya sambil menunjuk meja kayu besar dekat pintu masuk. Kami sempat mengobrol sebentar namun sayang saya lupa menanyakan namanya.
Semakin sore, suasana Kedai Lur makin enak, ditemani angin semilir dan bunyi “klintingan” kecil di pintu, saya menikmati “me time” saya. Saya melahap Bakmi Godhog yang saya pesan dengan dua porsi tempe mendoan yang dicocol sambal kecap. Lezat sekali!
Tak terasa saya duduk hampir 6 jam di Kedai Lur. Begitu jam berbuka puasa, semakin banyak orang yang datang ke Kedai Lur dan saya tak enak mengambil satu meja besar untuk saya sendiri sedangkan banyak orang lain yang mengantri giliran.
Kedai Lur Jogja ini buka dari jam 12 siang hingga jam 11 malam setiap hari kecuali hari Minggu. Hari Minggu tutup yaaaa gaes.
Selain makanan dan minuman enak, Kedai Lur ini juga menyediakan layanan wi-fi yang kencang. Tetapi saya sendiri lebih senang membaca buku sambil menikmati mendoan dan the jahe saya sih kalau ke Kedai Lur lagi.
Jadi, kalau ke Jogja kalian mau mampir ke Kedai Lur nggak?
Ya mau dong! Iya kan?
Ini dia alamatnya ya :
Jl. Gowongan Kidul No.29 A, Sosromenduran, Gedong Tengen, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55233
Cheers,