Kineruku, Kafe Baca Sejuk di Bandung

Kineruku Bandung

Saya pilih kursi di bagian belakang rumah yang menghadap halaman dengan buku “Perempuan di Titik Nol” di tangan. Tak lama seorang lelaki membawakan teh tarik kesukaan dan diletakkan di atas meja. Sore yang santai seperti sedang berada di rumah.

Mungkin bagi orang luar kota Bandung, perpustakaan atau taman bacaan bukan tempat yang menyenangkan untuk menghabiskan akhir pekan. Deretan café di kawasan Dago, Lembang agaknya lebih menarik perhatian.

Janatan adalah orang yang pertama mengajak saya ke tempat ini, toko buku di dalam rumah kecil nan apik, bernama Kineruku. Dari depan, pasti tidak ada yang mengira bahwa rumah tua bercat putih gading itu adalah surga penuh buku. Lokasinya juga ada di kawasan pemukiman berhawa sejuk di Jalan Hegarmanah.

Halaman Depan Kineruku

Di pintu masuk terdapat beberapa loker untuk menyimpan barang. Tercium bau buku-buku yang menarik aku agar segera masuk. Di dalam berjajar rak-rak buku dengan label masing-masing. Ada filsafat, sastra, budaya, seni, desain, fiksi, dan beberapa buku anak.

Di Kineruku, buku-buku ini boleh dibaca sesukanya tanpa harus bayar. Tetapi jika ingin menyewanya untuk dibaca di rumah, bisa juga (ada biayanya). Tiba-tiba terlintas di ingatan dulu saya suka sekali menyewa buku di taman baca dekat pasar. Sewa per bukunya seribu perak saja. Ada juga beberapa buku yang bisa dibeli di Kineruku namun jumlahnya tidak banyak.

Ruang Baca Kineruku

Selain rak buku, ada juga rak berisi CD dan film yang bisa disewa atau dibeli serta beberapa notes yang dikemas lucu. Album yang dijual kebanyakan adalah album band-band indie. Bandung sih memang terkenal sebagai tempat terlahirnya banyak musisi-musisi berbakat ya.

Koleksi Buku di Kineruku

Ada lebih dari 1000 judul buku yang ada di Kineruku. Saya suka sekali dengan pojokan buku novel berbasa asing yang kalau mau dibeli harganya selangit. Di Kineruku saya bisa baca dengan gratis. Senang sekali!

Selain Kafe Baca yang menyenangkan, ada juga “Garasi Opa”, toko barang antik yang ada di pavilion kecil tepat di halaman belakang Kineruku. Sebagai pecinta buku dan barang antik, saya merasa super gembira karena bisa mendatangi dua tempat favorit saya sekaligus.

KinerukuBuku Perempuan di Titik Nol

Di “Garasi Opa”, barang-barang antiknya bervariasi dan terawat dengan baik. Wajar saja jika harganya agak sedikit berat di kantong. Contohnya saja frame-frame kacamata antik, harganya berkisar Rp200.000,00-Rp500.000,00. Tetapi kualitasnya masih sangat bagus.

Selain itu ada cangkir, radio, cermin, telepon, mesik tik antik dan masih banyak lagi. Kalau kalian juga penyuka barang antik, bolehlah mampir sejenak untuk melihat koleksi “Garasi Opa”. Siapa tahu kalian tertarik, kan?

Saya sih betah banget seharian di Kineruku untuk baca buku dan menyesap teh tariknya yang enak sekali itu. Sempatkanlah untuk mencicipi menu-menu enak yang dimasak oleh koki di Kineruku.

Oh ya, Kineruku juga sering menjadi tempat untuk diskusi buku, peluncuran album. Kalian bisa pantau jadwalnya di website KINERUKU langsung ya. Kineruku buka setiap hari (Senin-Sabtu 10.00-20.00 WIB) (Minggu 11.00-18.00 WIB).

Jadi, kapan kita membaca buku bareng di Kineruku?

Satya Winnie - Travel Blogger

Satya Winnie, an adventurous girl from Indonesia. She loves to soaring the sky with gliders, dive into ocean, mountain hiking, rafting, caving, and so on. But, her favourite things are explore culture, capture moments and share the stories.

So, welcome and please enjoy her travel journal and let’s become a responsible traveler.

13 thoughts on “Kineruku, Kafe Baca Sejuk di Bandung”

  1. D Sukmana Adi

    sumpah saya heran sama orang orang bandung yang kreativ2 kayak gini, idenya sederhana tapi ngena banget, rumah gitu bisa jadi cafe buku..kapan main ke solo mbak?

  2. Satya Winnie

    Iyaaaaa Mas Dhanang. Aku itu memang jatuh cinta bangetlah sama kedai-kedai buku di Bandung. Rumah sekali :') Semoga dalam waktu dekat bisa ke Solo yaaa. Aku pasti kabarin 😉

  3. ajiiiibbb kereeeen..
    itu klo ngopi ala orang aceh malah jadi gagal konsep kak hahaha
    tapi memang harus di akui, bandung itu kreatif. desainnya aja udah kayak ala2 eropa gitu.
    seumur2 ke bandung cuma tahu BIP doang hahaha

  4. Satya Winnie

    Hahahhaa gagal konsep ya Bang. Aduh Bany Yudi bilang Kopi Aceh, aku jadi merindu sanger *jadi ingat tweetnya Kak Olive dan Bang Badai*. Aduh Abang nanti aku pandu deh di Bandung. Yuk. Hahahaha :p

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top