Kuliner Ekstrim di Bandung, Ular Kobra!

Saya takut dan geli sama binatang melata yang bernama ular. Tapi itu dulu. Sejak rajin naik gunung, ular jadi terlihat biasa-biasa saja dan tidak menakutkan. Intinya jangan pernah mengganggu habitat mereka dan mereka (ular) tidak akan menganggu kita.

Tetapi tak terbayang oleh saya rasa daging ular hingga tak sengaja bertemu teman di Bandung yang mengajak saya mencicipi snake dishes. Dengan suara yang mantap, dia meyakinkan saya dan tiga orang teman lainnya untuk makan daging ular.

“Enak kok. Nggak amis. Dijamin deh” ujar Wena, sang provokator.

Tak terasa kami sudah sampai di restoran Naya di Jalan Dr Djundjunan No 14, Bandung. Lokasi restoran Naya tidak terlalu jauh dari pintu tol Pasteur.

Dari beberapa meja bundar di dalam restoran, hanya ada tiga orang bapak-bapak yang sedang bersantai setelah makan. Seorang Mbak dengan wajah ramah menyambut dan menyodorkan menu kepada kami. Macam-macam menu nya (lupa difoto) mulai dari Sup Ular, Ular Saus Tiram, Ular bumbu rica dan lain-lain. Harga menunya sekitar 30 – 60 ribu rupiah. Menu yang paling mahal adalah empedu dan darah ular segar yang katanya bisa menyembuhkan berbagai penyakit seperti stroke ringan, diabetes, asma, gatal-gatal di kulit atau alergi. Untuk menu yang satu itu, kami tidak siap mental dan tidak berani memesan.

Setelah si Mbak masuk ke dapur, kami harap-harap cemas dan bergidik geli menunggu pesanan datang. Lucunya ketika Mbak nya datang membawa makanannya, kami spontan berteriak kaget kok datang cepat sekali. Kami kan belum siap mental untuk makan. Hahaha.

Hingga akhirnya dua menu tadi, sup ular dan ular saus tiram, terhidang di atas meja, tidak ada yang berani mengambil duluan. Wena, yang sudah (sering) menyantap menu ular mempersilahkan kami untuk mencicipi terlebih dahulu. Tak ada satu pun dari kami yang berani dan ujung-ujungnya Wena yang menjadi orang pertama mengisi mangkoknya dengan sup ular.

“Ayo dong dicobain. Masa udah sampai di sini nggak dimakan. Enak kok, nggak pedes” ujar Wena sambil menyantap nikmat sup ularnya.

Melihat Wena makan dengan lahap, kami pun memberanikan diri untuk memakan hidangan itu. Saya mencoba menu Ular saus tiram terlebih dahulu. Ular nya dipotong dengan ukuran kecil, dilumuri tepung, digoreng dan diberi bumbu saus tiram. Rasanya enak, gurih dan benar nggak amis. Tapi kata Wena, ular saus tiram sudah terlalu banyak campuran rasa dan menyuruh saya mencoba sup ularnya untuk mengetahui rasa daging ular yang sesungguhnya.

Ular-kobra-saus-tiram
Ular Saus Tiram. Sudah diolesin tepung jadi teksturnya tidak kelihatan jelas. Kayak ayam goreng.
Ular-kobra-kecap-bandung
Yang berwarna hitam itu jamur. Enak!

Sup ularnya terdiri dari daging putih ular yang direbus pakai kaldu dengan campuran bawang putih dan jahe. Saya jadi sedikit geli untuk memakannya karena berasa mau makan daging mentah. Dengan pelan-pelan saya masukkan sup ke dalam mulut dan mencecapnya. Dagingnya lembut, tetapi masih ada rasa amis (menurut saya pribadi) namun tidak terlalu terasa karena sup jahe nya. Setelah makan dua mangkuk kecil sup ularnya, saya berhenti dan lebih memilih makan ular saus tiram saja. Hehehehe.

Sup-ular-kobra-bandung

Wena kembali menantang kami untuk melihat ular yang masih hidup di dapur Rumah Makan Naya. Penasaran sih, cuma agak nggak tega karena baru aja memakan ular. Siapa tahu yang kami makan barusan adalah saudaranya terus ular itu marah terus matok *halah, imajinasi berlebihan*. Hahahaha.

Ternyata rasa penasaran kami lebih besar dari rasa takut dan ikut masuk ke dapur dituntun oleh si Mbak. Ada satu lemari besi besar dan satu kotak besi yang katanya berisi 300an ular. Wow. Banyak sekali. Salah satu koki mengambil tongkat besi bercabang yang biasa dia pakai untuk mengambil ular. Dengan cekatan, dia memegang buntut ular lalu menekan kepalanya. Ular yang dia keluarkan adalah ular kobra berukuran sedang. Kami tak mau terlalu dekat, takut dipatok. Tak sampai satu menit di dalam ruangan itu, kami mengucapkan terima kasih dan pulang. Wisata kuliner ekstrim ternyata seru juga. Berikutnya cobain makan laba-laba atau tarantula ah. Hahaha. *kayak berani aja*

Tertarik mencoba daging ular, teman? 😉

Tim-pemakan-ular-kobra-bandung
Tim pencicip ular
About the author

An adventurous girl from Indonesia. She loves to soaring the sky with gliders, dive into ocean, mountain hiking, rafting, caving, and so on.

Related Posts