Selain Bukit Sikunir, Telaga Warna juga merupakan primadona pariwisata di Dieng.
Masyarakat lokal memberi nama Telaga Warna karena air telaga ini suka berubah-ubah. Kadang berwarna biru, hijau atau coklat jika langit sedang cerah.
Telaga Warna ini dikelilingi oleh bukit kecil yang ditumbuhi pohon rimbun. Adem banget.
Untuk menikmati keindahan Telaga Warna, tiap wisatawan dikenakan biaya Rp 6.000 untuk dewasa dan Rp 3.000 untuk anak-anak. Tapi saya dan Juju masuk dari sisi lain telaga warna, jadi kami tidak membayar tiket masuk. Hehehe.
Awalnya kami mencari pintu masuk lain karena kami melihat foto Telaga Warna yang dipajang wisatawan di RM Bu Djono.
Kemudian aku bertanya pada Mas Dwi (pengelola RM Bu Djono) dimana bisa mendapatkan foto dengan view seperti itu. Mas Dwi lalu memberi kami petunjuk arah.
Jadi untuk mencapai tempat itu, kita akan melewati lokasi loket resmi Telaga Warna. Kita jalan terus saja sampai melihat plang Dieng Plateau Theater (DPT), lalu belok kiri dan jalan menanjak sedikit.
Tak jauh dari DPT, kita akan menjumpai jalan setapak di sebelah kiri jalan yang membelah ladang kentang warga sekitar. Itulah jalannya.
![]() |
Ini jalan masuk menuju DPT dan jalan setapak ke Telaga Warna |
Saya dan Juju sempat tersesat di jalan ketika mencari jalan setapak ini. Setelah lewat jauh dari DPT, kami bertanya pada penduduk lokal dan ternyata jalan setapaknya ada di belakang kami. Hahahaha.
Setelah putar balik, akhirnya ketemu juga jalan setapaknya. Katanya sih kita cukup menyusuri jalan setapak itu dan sampai di titik untuk memandang Telaga Warna.
Seorang bapak yang lagi memanggul kentang mengantarkan kami ke tempat yang kami tuju karena lokasinya bersebelahan dengan ladang kentangnya.
Hebatnya di Dieng, para petani menanam kentang sampai di sudut, sela-sela batu. Pokoknya gak mau rugi lahan deh sampai semuanya mesti ditanam kentang.
![]() |
Di balik batu itu, kita bisa melihat telaga warna dari ketinggian. |
Tidak sampai 15 menit, kami melihat batu yang cukup besar.
“Tuh Mbak, sudah sampai. Kalau mau lihat telaga harus manjat batu itu dulu” kata Bapak Kentang sembari menunjuk batu tadi.
Setelah batu itu dipanjat, saya pun terperanjat. Bagus banget dan bikin saya bengong beberapa saat. Rasanya seperti mendaki gunung terus tiba di puncak dan melihat pemandangan bagus.
Rasanya perjuangan kita terbayarkan (halah, padahal jalannya cuma sebentar dan gak menanjak banget :p ).
Saya dan Juju duduk di atas bongkahan batu yang besar, beristirahat sambil menikmati snack yang kami bawa.
Walaupun udara cukup dingin, matahari menyengat banget coy! Tapi tidak terlalu berasa karena disuguhin pemandangan yang bikin mata dan hati adem.
![]() |
Enak banget nih memandang telaga warna dari sini 🙂 |
![]() |
Di kejauhan terlihat pemukiman penduduk dan kawasan Candi Arjuna. |
![]() |
Spot foto yang paling asoy. |
Puas jeprat-jepret Telaga Warna, kami langsung berjalan cepat menuju tempat kami memarkir motor karena langit sudah gelap sekali.
Kami sempat bertemu dengan sekelompok bapak-bapak yang sedang beristirahat siang dari memanen kentang di ladang.
Mereka bercerita tentang perubahan cuaca yang tidak menentu berimbas pada hasil panen kentang. Pendapatan mereka menurun drastis dan banyak yang beralih ke sektor pariwisata.
Tuh kan, pariwisata itu jika dikembangkan dengan baik dan didukung sama Pemda, pasti bisa jadi mata pencaharian yang baik untuk masyarakat lokal.
![]() |
Bapaknya lagi isthirahat siang di ladang kentang. Senyummmm dong 🙂 |
Usai berbincang-bincang, kami pamit pulang dan bergegas menuju penginapan sebelum hujan.
Hari yang melelahkan tapi sangat menyenangkan! Yuk jalan-jalan ke Telaga Warna Dieng 🙂
Happy Traveling!
Enjoy Indonesia!
5 thoughts on “Melihat Sisi Lain Telaga Warna, Dieng”
Asyik nih lokasinya 🙂 perlu dicoba …..
Iya asyik banget kok. Selamat jalan-jalan di Dieng ya 😉
wahh saya melewatkan telaga warna dari sisi yang ini, ternyata keren banget
satyong kalau jalan2 skali2 ajakin aku dong. jd pengen banget lihat postingan blog kamu.:)
Kak mau tanya nih, dari penginapan buat jalan-jalan ke tempat wisatanya gimana? nyewa mobil kah? atau ada kendaraan umum?