Lawang Sewu tidak seseram dulu.
Itu kesan pertama yang saya dapat ketika menginjakkan kaki kembali ke gedung sarat cerita sejarah ini. Kunjungan saya terakhir pada 2012, Lawang Sewu masih memancarkan kuat auranya sebagai gedung (yang katanya) berhantu.


Ada yang pernah wisata ke bagian bawah tanah Lawang Sewu? Dulu saya tidak berani untuk masuk ke ruangan itu dan sekarang malah menyesal kenapa dahulu tidak dicoba saja karena kini ruangan itu ditutup selamanya untuk wisatawan.
“Kita sudah mau menghapuskan stigma bahwa Lawang Sewu ini adalah gedung berhantu”, ujar local guide yang memandu kami dari pintu masuk.
Ah, saya mengerti sekarang. Sejak setahun lalu, Lawang Sewu dalam proses pemugaran dan kini saya melihat sendiri hasilnya.


Suasana bagian dalam Lawang Sewu terlihat semakin cerah karena dicat ulang dan semua pintunya diplitur.
Oh ya, kalian tahu mengapa bangunan ini disebut Lawang Sewu?
“Lawang” sendiri berarti pintu dan “Sewu” berarti seribu.
Meski kata “Lawang Sewu” diartikan sebagai gedung dengan seribu pintu, jumlah sebenarnya tidak sebanyak itu.
Mungkin orang-orang zaman dahulu begitu melihat bangunan dengan banyak sekali pintu langsung spontan bilang jumlahnya seribu (sewu). Syukurlah disebutnya “sewu”, bukan “cepek”. Bayangkan jika nama bangunannya jadi “Lawang Cepek”. Hmmmm… Hahahaha….

Satu yang saya sarankan jika teman-teman berkunjung ke Lawang Sewu adalah melirik setiap detil bangunan yang menurut saya sangat cantik.
Apa yang cantik?
Semuanya.
Mulai dari lantai, dinding, kayu-kayu jendela dan pintu, langit-langit, kayu tangga, anak tangga, kaca patri.
Yang paling menarik perhatian saya dari semuanya adalah kaca patri di lantai dua yang sudah berusia lebih dari 100 tahun. Saya membayangkan datang ke sana saat matahari menelisik masuk, menembus kaca patri, mengeluarkan kilau yang memukau. Pasti indahnya luar biasa.


Proses renovasi Lawang Sewu yang memakan waktu lebih dari satu tahun ini memang menjadikan seluruh bagian gedung menjadi terang. Berbeda jauh dengan Lawang Sewu yang saya kunjungi terakhir tahun 2014.
Gedung Lawang Sewu dahulunya merupakan pusat kantor Kereta Api di Semarang. Salah satu kantor Kereta Api yang besar pada masa itu selain Kantor Pusat Kereta Api di Bandung. Gedung yang dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907 ini dahulunya bernama Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappijatau NIS.
Untuk mengembalikan lagi citra Lawang Sewu sebagai gedung perkereta apian, beberapa ruangan di lantai dasar Lawang Sewu dijadikan museum kecil yang menceritakan sejarah Lawang Sewu dan kereta api di Indonesia. Tidak hanya foto-foto jadul yang dipajang, tetapi juga video-video yang lebih menarik untuk ditonton.

Arsitek dari Lawang Sewu adalah Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Quendag, keturunan Belanda yang berdomisili di Amsterdam. Butuh 15 tahun untuk membangun Lawang Sewu yang merupakan gedung paling megah di Semarang kala itu. Lokasinya pun di pusat kota, bundaran Tugu Pemuda yang dulu disebut Wilhelminaplein.
Kerennya, seluruh proses perancangan Lawang Sewu dilakukan di Amsterdam. Gambar-gambar rancangan tersebut lalu dibawa ke Semarang. Dari Blue Print-nya, tertulis bahwa denah bangunan Lawang Sewu ini dibuat dan ditandatangani pada tahun 1903 di Amsterdam.


Kini, Lawang Sewu tidak lagi diperuntukkan sebagai gedung perkantoran namun sebagai museum dan masih dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia (PERSERO). Untuk masuk ke dalam Lawang Sewu, tiket masuk untuk Dewasa sebesar Rp 10.000,- ; Anaka-anak Rp 5.000,- ; Pelajar Rp 5.000,-.
Biasanya ada biaya tambahan lagi sekitar Rp 30.000,- untuk local guide di Lawang Sewu. Local Guide sudah siap menjelaskan setiap sudut dan berbagi cerita-cerita menarik tentang Lawang Sewu.


Keragaman alam dan budaya merupakan salah satu Pesona Indonesia. Termasuk pula di dalamnya gedung-gedung bersejarah yang seharusnya kita pelihara dan lestarikan.
Perjalanan ini adalah undangan dari Kementerian Pariwisata Indonesia. Saya dan teman-teman media serta blogger mengeksplor beberapa tempat wisata di Semarang. Silahkan juga cek foto-fotonya di Twitter dan Instagram dengan hashtag #PesonaSemarang #PesonaIndonesia #SaptaNusantara
3 thoughts on “Mengagumi Kemegahan Arsitektur Lawang Sewu”
Mba itu lho,, tiap hari ditawari togel.. wkwkw
Dulu waktu ke sini pas SMA. Pernah mau masuk ruangan bawah tanah pas malam hari. Tapi ga bawa duit. Sedih banget 🙁
Sekarang bahasa "seram" g lagi melekat d lawang sewu ya. Karena sudah jadi gedung serbaguna juga, kadang dipakai pameran.
Lawang Sewu bagus dan megah banget, ya. Aku pingin ke sana lagi 🙂
Ah, beberapa tahun lalu sudah pernah kesini, namun belum ada renovasi.
Rasanya, perlu mengulang perjalanan ke Lawang Sewu untuk menikmati suasana baru di dalam gedungnya…