Leave your fear behind and fly! |
Jantung deg-degan seperti mau copot, perut mules nggak karuan sejak subuh. Itu yang saya rasakan sesaat sebelum melakukan first jump paralayang / paragliding di Bukit Gantole, Bogor.
“Ingat ya Sat, fokus dan rileks. Konsentrasi penuh” ujar Opa David Agustinus Teak Instruktur ku.
Opa David Agustinus Teak adalah penerbang paling senior di Indonesia. Belum ada pilot paralayang yang jam terbangnya melebihi Opa David.
Opa yang berasal dari Nusa Tenggara Timur ini sangat menggemari dua hal, Paralayang dan Radio. Di usianya yang sudah menginjak 56 tahun, Opa David sudah menghabiskan setengah hidupnya untuk terbang, kurang lebih 25 tahun.
Ini Opa David Agustinus Teak. Suatu saat saya pasti punya foto selfie seperti Opa David. Hahaha. |
Sehari-hari Opa David bekerja sebagai Pilot Tandem professional di Bukit Gantole, Puncak. Ini sewaktu Opa tandem tiga dengan penumpangnya. |
“Opa akan tetap terbang sampai Tuhan memanggil” jawab nya tegas ketika aku tanya kapan Opa mau pensiun dari Paralayang.
Atas dedikasinya yang begitu besar itu, bangga saya menjadi muridnya.
Beliau cek setiap detil tali risers, mengecek harness, memastikan aku aman dan siap terbang. Beberapa penerbang lain membantuku mengangkat payung agar terisi angin dengan sempurna.
Perlengkapan pribadi seorang pilot paralayang adalah helm, quick-dry shirt / windbreaker jacket, celana, alat komunikasi / HT, anti-slip shoes, buff untuk melindungi wajah dari paparan sinar matahari yang kuat, kacamata hitam untuk melindungi mata agar tidak silau dan sarung tangan.
Opa sedang membantu proses ‘pilot check’. Beberapa teman di belakang saya membantu untuk mengangkat payung. |
“Go, go, go” teriak Opa.
Tarik, lari dan terbang… |
Sekuat tenaga kutarik payung, kupanjangkan langkah, badanku terangkat dan terbaaaaaaanggggg….
Seketika jantung yang berdegup tak karuan langsung tenang. Tadinya sempat berpikir aku akan terjatuh karena penunjuk angin atau wind stock tidak menunjukkan bahwa angin sedang kencang.
Di ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut, saya membetulkan harness dan mencoba posisi duduk yang nyaman, menikmati hembusan angin yang berderu di telinga.
Sudah mulai rileks tapi begitu ke bawah, deg deg ser lagi jantungnya. Hahahaha. Ingin sekali saya mengambil foto saat terbang.Namun karena masih junior, saya belum diperbolehkan untuk itu.
I did my first jump… |
Saya mengikuti setiap instruksi dari Opa via HT yang terpasang di dada.
Selain Opa, Bang Umay, salah satu pilot paralayang senior juga membantu mengarahkan saya. Saya diarahkan untuk terbang 90-180 derajat kiri dan kanan. Maklum, untuk pilot pemula, belum diperbolehkan untuk mengarahkan payung sendiri.
Setelah kurang lebih 15 menit berputar-putar di udara, posisi saya sudah tidak jauh dari tanah dan bersiap untuk mendarat.
“Tension and………. full break, Sat” kata Bang Umay.
Kutarik toggle payung sekuat tenaga dan kakiku mendarat dengan mantap di tanah. Pendaratan pertama lancar. Yahuuuu…
Begitu menginjak tanah rasanya WOW. Mission accomplished.
Sempat tak percaya bahwa akhirnya salah satu keinginan besar dalam hidup saya tercapai. Terbang Rasa cemburu kepada layangan yang saya mainkan bersama teman-teman sewaktu kecil, yang menjadi salah satu motivasi saya untuk terbang, hilang sudah.
“Good landing. Well done, Sat” terdengar suara Opa dari radio.
Pastinya beliau cemas apakah aku bisa mendarat dengan baik di penerbangan pertama. Tapi begitu melihat pendaratanku mulus, saya mendengar sedikit suara rasa bangga di atas sana
Hari itu, saya bolak-balik terbang hanya 4 kali karena cuaca tidak terlalu mendukung. Tapi saya ketagihan. Mau dan mau mau terbang lagi….
Untuk menjadi pilot paralayang, saya harus mengikuti ujian lisensi yang dibuat oleh Persatuan Olahraga Dirgantara Layang Gantung Indonesia. Syaratnya harus 40 kali terbang dan terbang di tiga tempat yang berbeda.
Sebelum melakukan first jump, saya harus mengikuti kelas materi Paralayang terlebih dahulu dari Instruktur yang kemudian dilanjutkan dengan ground handling.
Ground handling adalah latihan untuk mengontrol payung paralayang dan belajar dasar-dasar payung, mulai dari bagian-bagian payung, cara take off (ada dua yaitu Alpine dan Reverse), cara menyeimbangkan payung dll. Sama seperti sedang terbang, tetapi kakinya menjejak di tanah.
Cerita ini adalah cerita perkenalan saya dengan olahraga Paralayang. 15-5-14 kemarin menjadi salah satu hari bersejarah dalam hidup saya karena sudah bisa terbang sendiri.
Sekarang aku kecanduan. Tak hanya ingin terbang di tempat-tempat terbang yang indah di Indonesia seperti Batu, Samosir, Painan, Parangtritis, saya juga ingin terbang keliling dunia. Semoga bisa terwujud. Amin.
Untuk teman-teman yang ingin jadi pilot paralayang bisa loh datang ke Bukit Gantole, Puncak.
Cobain terbang tandem dulu dengan instruktur paralayang professional. Kalau kamu merasa sudah siap fisik dan mental, daftar kelas paralayang saja biar bisa terbang kemana-mana. Untuk terbang tandem, biayanya Rp 350.000 per satu kali terbang. Tenang, pasti aman kok terbang dengan pilot-pilot handal.
Hati-hati aja, sekali nyoba Paralayang nanti ketagihan 😉
Let’s fly high!