Museum Affandi, Museum Cinta Sejati & Patah Hati

Lukisan-Affandi

Semua orang pernah jatuh cinta, semua orang pernah patah hati. Tapi pernahkah kau temukan kedua hal itu disulap menjadi seni? Pastinya pernah. Entah itu berwujud syair lagu, puisi atau lukisan. Karena baik hati yang berbunga-bunga ataupun berduka, keduanya punya kekuatan mencipta yang sama besarnya.

Kalau di India ada Taj Mahal yang menjadi perlambang cinta Shah Jahan kepada istrinya, Arjumand Banu Begum (Mumtaz Mahal), di Indonesia ada Museum Affandi yang aku sebut museum cinta sejati. Walau ada cerita patah hati juga sih di dalamnya.

Kenapa? Begini ceritanya…

Museum Affandi didirikan oleh seorang maestro seni lukis Indonesia yaitu Affandi (1907 – 1990) pada tahun 1974. Sebenarnya galeri I sudah dibuka untuk umum sejak tahun 1962, namun baru diresmikan tahun 1974 oleh Prof Ida Bagus Mantra, Direktur Kebudayaan Umum saat itu.

Di kompleks museum seluas 3.500 meter persegi ini terdapat tiga buah galeri, satu tempat pembelian tiket, dua studio dan bangunan rumah tinggal Affandi dan keluarganya yang kini berubah fungsi menjadi Kafe.

Museum-Affandi-Brosur
Setiap pengunjung mendapatkan booklet seperti itu. Oh ya, saya suka sekali pohon itu 🙂

Seluruh pengunjung museum ini akan diajak berkeliling museum sesuai urutan. Pertama-tama kita akan dipandu ke Galeri I baru ke Galeri II dan Galeri III. Saya senang sekali dengan keramahan seluruh pegawai di Museum ini. Mereka juga pintar menjelaskan makna dan latar belakang setiap lukisan Pak Affandi.

Etalase-lukisan-affandi

Di Galeri I kita akan disuguhkan lukisan-lukisan yang bercerita tentang kehidupan pribadi Pak Affandi. Lukisan pertama yang saya lihat adalah self-portrait Affandi ketika masih muda.

“Mbak Satya coba geser kesini sedikit deh, lihat dari sudut ini. Kasitahu saya apa yang Mbak lihat” kata Mas-mas Guide nya (maaf Mas aku lupa nama kamu)

Saya kemudian bergeser dari yang tadi melihat dari sisi kanan lukisan menjadi dari sisi kiri. Saya perhatikan seksama lukisan itu dan memang ada yang berbeda. Di belakang Affandi terlihat sesosok bayangan pria yang memang hanya terlihat dari sisi itu, Kalau saya bergeser lagi, bayangan nya tidak terlihat. Pastinya susah untuk membuat lukisan seperti itu ya. Keren bangetlah pokoknya.

Mas Guide nya bilang bahwa itu adalah sosok Bapak-nya Affandi (sopan nggak sih manggil Affandi aja? Nggak apa-apa ya?) yang tidak pernah beliau lihat sejak kecil walau disebutkan Bapaknya dulu adalah seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug, Cirebon.

Selain Bapaknya, Affandi juga melukiskan Ibu-nya. Ada satu lukisan yang membuat saya terenyuh yaitu lukisan seorang Ibu yang sudah tua lesu lunglai memasuki kamar. Walau wajahnya tidak terlihat seluruhnya, saya entah mengapa merasa sedih. Lukisan itu dibuat Affandi ketika akan berangkat melanjutkan sekolah ke India dimana ujung-ujungnya beliau kembali ke Indonesia setelah ditolak di India. Katanya Affandi sudah terlalu hebat dan tidak perlu lagi bersekolah disana.

Lukisan-Affandi-Ibu-Tua
Lukisan yang menggambarkan kesedihan Ibu Affandi ketika akan ditinggal pergi anaknya.

Beranjak dewasa, Affandi bertemu dengan perempuan asal Bogor bernama Maryati. Maryati adalah cinta pertama, cinta terakhir, cinta sejati Affandi. Buah hati pernikahan mereka adalah seorang perempuan yang diberi nama Kartika yang kelak menjadi pelukis hebat seperti Bapaknya.

Lukisan-Affandi-ibu-anak
Maryati dan Kartika. Mas-mas guide nya bilang ini adalah salah satu mahakarya Affandi karena berhasil membuat lukisan dalam lukisan, painting on painting.

Ada banyak lukisan dimana Maryati dan Kartika yang menjadi modelnya. Ada pula lukisan Maryati sedang telanjang bulat tetapi dari belakang. Lukisan itu dibuat ketika Affandi ingin belajar melukis anatomi tubuh tapi belum sanggup membayar model. Maryati kemudian menyanggupi namun karena merasa malu, hanya mau dilukis bagian belakangnya saja.

Seluruh lukisan di Galeri I adalah lukisan yang menceritakan sejarah hidup Affandi dan keluarganya. Oleh karena itu tak ada satupun lukisan di Galeri I yang dijual.

Selain lukisan, di Galeri I juga terdapat mobil Colt Gallan tahun 1976 kesayangan Affandi, sepeda onthel, lemari kaca berisikan peralatan melukis Affandi mulai dari celana (Affandi memiliki kebiasaan mengelap tangannya sehabis melukis ke celana sehingga celananya warna-warni), kuas, cat, ember, kain sarung beserta piagam / penghargaan yang pernah beliau terima semasa hidup. Tak lupa ada 2 patung potret diri yang terbuat dari tanah liat dan semen menampilkan wajah Affandi, juga satu patung Affandi dan Kartika.

Mobil-Museum-Affandi
Colt Gallan 1976 dan sepeda onthel kesayangan Affandi yang dipamerkan di Galeri I.
Kursi-Barong-Museum-Affandi
Kursi yang dibuat dari gelondongan kayu ini ketebak banget datang dari mana. Yap, Bali 🙂

Puas berkeliling di galeri I, kita diajak ke galeri II yang berisi lukisan Affandi dan pelukis lain seperti Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Hendra, Rusli, Fajar Sidik dll. Sempat saya bertanya iseng-iseng harga lukisan di galeri II kepada Mas Guide nya. Kisaran harganya 3 miliar hingga puluhan miliar. Iya, miliar bro! Satu lukisan udah bisa beli berapa rumah ya kira-kira? Hahaha.

Galeri-II-Lukisan-Affandi
Galeri II yang berisi lukisan Affandi bersama sahabat-sahabatnya. Lukisan di galeri ini dijual untuk umum.

Di galeri III dikhususkan sebagai tempat memajang lukisan Maryati, Kartika dan anak dari istri kedua Affandi, Rubiyem yang diberi nama Juki Affandi. Tak kalah keren hasil lukisan mereka dibanding lukisan-lukisan Affandi. Ya, namanya juga sedarah, keluarga nyeni.

Galeri-III-Museum-Affandi
Galeri III yang berisi hasil karya istri dan anak-anak Affandi.

Maryati karena senang menyulam, membuat beberapa lukisan dengan teknik sulam. Sedangkan Kartika, putri semata wayang Affandi memiliki selera yang mirip dengan Bapaknya. Ada beberapa lukisan yang menurutku seperti coretan ngasal tetapi setelah diperhatikan seksama, ternyata bermakna dalam.

Ada beberapa lukisan yang menggambarkan luapan kesedihan, kekecewaan Kartika terhadap suaminya yang berselingkuh disaat rumah tangga mereka sudah dikaruniai delapan orang anak. Wajar ia marah, kecewa. Mungkin aku pun merasakan hal yang sama jika berada di posisinya. Semua wanita kurasa.

Lukisan-Affandi-Museum-Affandi
Salah satu lukisan kesedihan Kartika, “Tidak Adil” (Juni 1999)

Judul-judul lukisan itu adalah “Apa yang Harus Kuperbuat” (Januari 1999), “Apa Salahku, Mengapa Ini Harus Terjadi” (Februari 1999), “Tidak Adil” (Juni 1999) dan “Kembali Kepada Realita Kehidupan, Semuanya Kuserahkan Kepada-Nya” (Juli 1999)

Di Galeri III juga terdapat satu LCD TV yang memutar video dengan durasi 45 menit. Video itu dibuat dalam bahasa Inggris dengan subtitle bahasa Belanda. Aku rasa video itu dibuat tahun 80-an sebelum Affandi wafat pada tahun 1990.

Karena durasinya cukup panjang, saya hanya menonton setengahnya saja. Ada beberapa kursi di depan TV yang membuat kita bisa duduk nyaman menonton video tadi. Di video itu, diperlihatkan Affandi sedang melukis barong di Bali dan melukis di Parangtritis. Dibantu oleh beberapa asisten, Affandi terlihat sangat luwes memainkan tangannya di atas kanvas. Ya, Affandi memang lebih suka menumpahkan cat ke atas kanvas lalu tangannya sendiri menari-nari membentuk gambar yang beliau inginkan.

Namun, ada satu yang membuat saya terharu ketika menonton video itu. Dalam satu sesi, Affandi berkata seperti ini…

“Maryati is my one and only, I love her from the deepest of my heart. She’s my wife and my forever love”

Kemudian terlihatlah video Affandi dan Maryati yang sudah lanjut usia saling bersentuhan hidung ke hidung kemudian tertawa bersama sambil berangkulan mesra. Saya sebagai perempuan langsung meleleh… Siapa sih perempuan yang tidak bahagia jika dicintai sebegitu dalamnya oleh seorang lelaki, bahkan hingga Ia sudah kehilangan daya tarik fisik, ketika keriput sudah tak bisa dihindari. Maryati benar-benar beruntung memiliki seorang suami seperti Affandi.

Kolasi-foto-Affandi
Foto yang memperlihatkan Affandi sedang melukis dan kemesraannya dengan istri tercinta, Maryati.
Makam-Affandi
Makam Affandi dan Maryati berdampingan di antara Galeri I dan Galeri II

Lalu mengapa Affandi punya dua istri kalau memang dia sangat mencintai Maryati? Itu adalah pertanyaan yang mengusik saya ketika tahu bahwa istri Affandi ada dua.

Saya lantas bertanya kepada si mas guide dan dia menjelaskan ada alasannya mengapa Affandi menikahi Rubiyem, istri keduanya.

Jadi, Affandi sangat menginginkan anak laki-laki. Namun karena Maryati tidak bisa mempunyai anak lagi, ia menyarankan Affandi untuk memperistri orang lain. Affandi yang sangat mencintai Maryati menolak mentah-mentah ide tersebut. Namun, Maryati terus memaksa Affandi sehingga Affandi tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan istrinya. Affandi menyetujuinya dengan beberapa syarat.

Pertama, perempuan itu tidak boleh lebih cantik dari Maryati. Kedua, tidak boleh lebih pintar dari Maryati dan ketiga tidak boleh mengatur keuangan rumah tangga mereka.

Lalu, dikenalkanlah Affandi kepada Rubiyem, gadis belia yang umurnya belum 18 tahun dan terpaut 40-an tahun dengan Affandi. Buset, muda banget si Rubiyem nya ya. Tanpa rasa cinta sebesar cintanya ke Maryati, Affandi pun mempersunting Rubiyem dan lahirlah Juki Affandi.

Jika ditilik, cukup rumit juga kisah cinta keluarga Affandi ya. Itu mengapa saya beri judul tulisan ini museum cinta sejati dan patah hati karena memang semuanya tergambarkan di museum ini.

Seni-rupa-museum-affandi

Selain ketiga galeri tersebut, yang menarik hati saya adalah gerobak besar yang kini difungsikan sebagai mushola. Sebelumnya, gerobak itu adalah sebuah kamar, lengkap dengan dapur yang dibangun Affandi untuk Maryati. Maryati awalnya menginginkan caravan agar bisa berpindah-pindah tempat namun Affandi berpikiran lain. Gerobak tersebut disulap menjadi sangat unik dan dipakai Maryati sebagai tempat isthirahat siang dan menyulam.

Gerobak-Affandi
Semula minta caravan, jadinya gerobak. Tapi gerobak ini keren menurutku 🙂
Lukisan-Maryati
Salah satu lukisan sulam yang dibuat oleh Maryati.

Selain keempat tempat tadi, ada dua studio yang terletak di dekat taman yang diberi nama Studio Gajah Wong (karena lokasi museum ini persis di tepian Sungai Gajah Wong), Studio Gajah Wong I dipakai untuk ruang pamer dan Studio Gajah Wong II dipakai sebagai tempat belajar melukis untuk anak-anak dan dewasa.

Studio Gajah Wong, tempat berlatih melukis untuk anak-anak.
Studio Gajah Wong, tempat berlatih melukis untuk anak-anak.

Jika sudah puas berkeliling, kita bisa bersantai di Kafe Loteng. Setiap pengunjung bisa menukarkan tiket masuk dengan sebotol minuman dingin atau es krim. Saya memilih es krim coklat yang rasanya enak.

Cafe-Loteng-Museum
Saya senang sekali dengan lantai di cafe Loteng. Cantik.
Boneka-Affandi
Boneka Affandi yang dulunya dipakai untuk arak-arakan acara kesenian di Jogja dan sekarang diletakkan di depan Kafe Loteng.
Tangga-tangan
Coba tebak ini apa? Tangga 😀
Jalan-jalan-museum-affandi
Terima kasih Finna dari Aceh (kiri) dan Kak Like (kanan) serta Hafiz (yang motoin) yang jalan-jalan bareng ke museum Affandi. That was fun 🙂
Foto-foto-di-museum-affandi
Ki-ka : Like, Hafiz, Finna, Satya 🙂

Museum Affandi ini berlokasi di Jalan Laksda Adisucipto 167. Jogjakarta. Kalau kamu mau tanya-tanya dulu boleh hubungi mereka di (+62) 274-562593 atau via email di [email protected] atau buka langsung website nya di sini.

Museum Affandi buka setiap hari dari pukul 09.00 – 16.00 WIB kecuali hari libur nasional. Tiket masuk untuk wisatawan domestik Rp 20.000,- (free softdrink / icecream) dan wisatawan mancanegara Rp 50.000,- (free softdrink & souvenir)

Oh iya, jika kamu ingin mengambil foto ada tambahan biaya lagi. Rp 10.000,- untuk kamera handphone dan Rp 20.000,- untuk kamera digital 🙂

Selamat menikmati museum Affandi 🙂

Satya Winnie - Travel Blogger

Satya Winnie, an adventurous girl from Indonesia. She loves to soaring the sky with gliders, dive into ocean, mountain hiking, rafting, caving, and so on. But, her favourite things are explore culture, capture moments and share the stories.

So, welcome and please enjoy her travel journal and let’s become a responsible traveler.

1 thought on “Museum Affandi, Museum Cinta Sejati & Patah Hati”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top