Berkunjung ke Ujung Langit Hong Kong bersama Ngong Ping 360



Hah? Ujung langit Hong Kong? Di mana itu Sat? 


Pasti kalian bertanya seperti itu sewaktu membaca judul artikel blog ku ini. Hahahaha.

Ya, kusebut ujung langit karena memang lokasi yang saya kunjungi ini jauhhhhhhhh sekali sampai melewati semua gedung pencakar langit di Hong Kong. Bayangkan, adakah tempat yang lebih tinggi dari itu? Ya ada, di pegunungan laaah.

Sebenarnya nama aslinya Ngong Ping Village, desa kecil yang terletak di area pegunungan di Hong Kong, tepatnya di Pulau Lantau. Negara ini ternyata tidak hanya terdiri dari bangunan beton saja kok seperti yang kita lihat di foto-foto. Masih terdapat area hutan hijau asri yang juga menjadi tempat favorit warga Hong Kong bersantai saat akhir pekan. Memang betul lari ke hutan itu nikmat kan?

Bersama dengan Firza dari Dwidaya Tour, saya, Yusni Mustafa dan Mega Iskanti, kami berempat berangkat ke Ngong Ping Village dengan naik MTR (Mass Transit Railway)  menuju stasiun Tung Chung dan lalu dilanjutkan ke terminal Ngong Ping 360 untuk naik cable car.

Kami tiba di terminal Cable Car Ngong Ping masih pagi, sekitar pukul 9. Namun antrian orang-orang yang juga ingin naik ke Ngong Ping Village sudah mengular padahal hari biasa, bukan akhir pekan. Makin-makinlah saya penasaran seperti apa Ngong Ping Village ini.

Hanya butuh sekitar 25 menit perjalanan naik Cable Car ke Ngong Ping Village. Ada dua pilihan Cable Car, Regular Cabin dan Crystal Cabin. Supaya lebih terasa serunya, kami naik Crystal Cabin yang lantai dasarnya kaca transparan. Jadi serasa terbang gitu. Saya senang banget menaikinya karena memang penyuka ketinggian. Jadi teman-teman bisa coba juga dan rasakan sensasi kaki melayang di udara hahahaha. Makanya disebut Ngong Ping 360 karena memang bisa lihat full view dari seluruh sisi karena transparan.



Tenang saja, pasti aman kok naik Cable Car-nya karena memang sudah memenuhi standar. Biasanya satu cable car diisi maksimal sepuluh orang, namun kemarin kami hanya berempat jadi bisa lebih leluasa untuk foto-foto. Meski begitu, 25 menit nggak cukup karena pengen foto dengan banyak angle di dalam cabin. Lagi asyik ambil gambar, eh tahu-tahunya sudah sampai. Hahaha.

View favorit saya adalah runway Hong Kong Airport yang terlihat jelas saat cable car sudah bergerak naik. Waw, bisa melihat pesawat-pesawat itu take off dan landing dari udara dan tidak jauh jaraknya bikin serasa lagi lihat kota mainan. 

Oh ya, untuk biaya naik cable car ke Ngong Ping Village ini sekitar Rp 426.000 untuk round trip standard cabin dan Rp 571.000 untuk round trip crystal cabin. Harga ini tentu bisa berubah sewaktu-waktu ya tergantung kurs Hong Kong Dollar terhadap Rupiah. Bisa cek juga di website Ngong Ping 360 nya ya.

Ngapain saja di Ngong Ping Village?

x
x

Nah, Ngong Ping ini meski disebutnya village / desa, dia bukan desa yang ada di gambaran umum, melainkan desa wisata buatan yang sudah ditata rapi dengan beragam atraksi dan juga kedai makanan. Tenang, banyak pilihan makanan halalnya juga kok.



Dikelilingi pegunungan, desa wisata Ngong Ping ini hawanya sejuk dan asri sehingga menyenangkan untuk dikelilingi berjalan kaki. Pantas saja banyak yang membawa anaknya ke sini karena pasti jadi area bermain yang menyenangkan untuk mereka. Bisa bebas berjalan tanpa harus takut tertabrak kendaraan. Begitu juga para lansia yang terlihat bahagia berjalan kaki pelan-pelan di sana.




Bagi kamu yang senang dengan beragam atraksi permainan, bisa cobain VR 360 yang ada di Ngong Ping Village. Dasar memang Indonesia ya, hebohnya nggak ada yang ngalahin. Saking serunya permainan di sana, semuanya teriak heboh dan tertawa-tawa. Mas dan Mbak operatornya pasti geleng-geleng kepala melihat tingkah kami. Ya habisnya seru!



Selesai main VR 360, kami diajak untuk makan siang dengan menu kebab (tentunya halal) di Ebenezer’s Kebabs & Pizzeria. Porsinya besar dan enak. Saya hanya makan setengah dan sisanya dimakan sore-sore hahahaha. Firza, Mega pamit sebentar untuk ibadah sholat dan saat mereka kembali, kami sudah siap untuk ikut tur ke Tai O Fishing Village, desa nelayan di Pulau Lantau. Awalnya saya sangat bersemangat untuk foto-foto wajah penduduk di sana namun urung ketika mendengar arahan dari local guide kami. 

“Jangan mengambil foto-foto orang lokal di Tai O nanti ya, apalagi lansia. Mereka sangat tidak suka difoto dan merasa tersinggung jika ada yang mengambil foto mereka diam-diam. Jadi, berkeliling saja dan nikmati pemandangan ya” ujar beliau saat kami masih berada di perjalanan bus dari Ngong Ping ke Tai O. 

Yah. Sedikit kecewa saat mendengar arahan itu tapi ya tetap harus ditaati. Memang tidak semua orang suka difoto dan kita harus hargai.

Di Tai O Village, kami diajak berkeliling rumah-rumah nelayan yang dibangun di atas air. Bisa saya bilang ini desa nelayan paling bersih dan rapi yang pernah saya kunjungi. Biasanya kan bau amis ikan menyeruak di tiap sudut kampung nelayan, namun Tai O ini berbeda. Kampung nelayannya bersih sekali dengan banyak jajanan lokal di sepanjang lorongnya.




Lucunya, saat saya dan teman-teman sedang menyusuri kampung, ada suara yang tidak asing di telinga saya. Suara cekikikan perempuan yang tampaknya sedang asyik berseloroh dengan bahasa Jawa Timur. Lho kok di perkampungan Hong Kong ada yang ‘boso jowo’? Oh mungkin wisataw
an dari Surabaya, pikir saya.

Ternyata salah. Mereka adalah dua Mbak TKW yang berasal dari Jember dan bekerja di Hong Kong. Kami sempat ngobrol sebentar sebelum melanjutkan perjalanan lagi berkeliling kampung.

Oh iya, yang menyenangkan dari kunjungan ke Kampung Tai O ini adalah kita diajak naik kapal kayu ke bagian teluk untuk melihat White Dolphin yang juga dijuluki “Chinese Dolphin”. Saya kira maksud mereka adalah ‘Beluga’, namun setelah dicek, white dolphin itu memang ada dan ada di perairan Cina. Meski tak sempat melihat mereka berloncatan di permukaan air, kami sempat melihat bagian atas badannya sedikit. Memang putih warnanya. Waw keren betul…


Andai saja saya diperbolehkan menyelam, wah pasti senang banget bisa ketemu dengan lumba lumba putih. Tapi mereka pemalu, pasti tidak suka didekati manusia jika kita mendekat. Padahal sudah mengeluarkan jurus pemanggil lumba-lumba. Hahahaha. Mungkin harus dalam bahasa Mandarin ya, kalau siulan pakai bahasa kita gak dimengerti.

Selain lumba-lumba, highlight dari kampung Tai O ini adalah jajanan ikan asin-nya. Sekonyong konyong aku jadi ingat kampung halamanku, Sibolga yang juga jadi penghasil ikan asin terbaik di Sumatera Utara. Wah, wangi ikan asinnya itu lho. Jadi bikin pengen masak ikan asin goreng dimakan sama lalapan hahaha.



Waktu yang diberikan untuk keliling kampung Tai O ini tidak lama, jadi kami berjalan cepat agar bisa mengelilingi banyak tempat. Jam setengah 4 sore kami sudah naik bus lagi kembali ke Ngong Ping Village.

Lanjutlah kami menuju ke “Po Lin Monastery” yang ada di area Ngong Ping. Bangunan yang juga dikenal dengan nama “Big Hut” ini didirikan tahun 1906 oleh three monks di sana. Areanya cantik untuk dijelajahi dan ada patung dewa pelindung empat juru mata angin di gerbangnya. Sayang bagian dalamnya tidak boleh difoto jadi teman-teman langsung ke sana saja ya. Hahahaha…




Yang tidak boleh dilewatkan juga adalal patung Big Buddha yang ada di seberang Po Lin Monastery. Nama aslinya sebenarnya The Tian Tan Buddha of Po Lin. Ada lebih dari seratus anak tangga yang harus dinaiki untuk mencapai ke puncak patungnya.




“Kalian tahu patung Buddha itu menghadap ke mana? India? Nepal? Ayo tebak”, tanya local guide kami.

Saya tidak tahu mau menjawab apa karena sampai sekarang saya juga tidak tahu mana yang benar, Buddha lahir di India atau Nepal karena dua negara itu mengklaim negara merekalah yang menjadi tempat lahirnya Buddha.

Ternyata yang menjawab Nepal atau India semuanya salah. 

Jadi, menghadap ke mana?

Mainland China.

Hahahahaha, itu jawaban dari local guide saya karena katanya bagaimana pun, ekonomi Hong Kong berkembang karena negara induknya, jadi Buddha nya menghadap ke sana sebagai tanda penghormatan.

Yang membuat saya kagum adalah kawasan Ngong Ping ini semuanya bersih sekali dan tidak ada sampah yang saya lihat di tepi jalan. Semua orang berjalan santai, menikmati makanan dan minuman yang mereka beli namun juga tertib untuk membuang sampah pada tempatnya.

Oh iya, di kawasan Big Buddha ini juga ada lembu yang dilindungi. Katanya lembu-lembu itu suci dan tidak boleh disakiti atau diberi makan. Lucunya, semua orang ingin ber-selfie ria dengan para lembu tambun itu.

Setelah India, di Hong Kong lah saya melihat ada lembu yang hidupnya makmur, diberi makan dan dibiarkan hidup bahagia sampai tua dan tidak dipotong. Hahahaha.

Di Ngong Ping ini, saya sarankan kalian di sana sampai tutup. Hahaha. Bener lho, sayang sekali kalau ke sana tapi kita tidak menikmati total secara keseluruhan. Datang dari pagi sekali dan pulanglah ketika sudah menjelang tutup.

Cable Car terakhir itu jam setengah 6 sore jadi pastikan kalian sudah tiba di sana sebelum jam tutup. Antriannya panjang sekali namun karena kami dapat akses khusus, langsung menyeberang balik ke Tun Chung.

Satu yang tidak akan membuat kalian menyesal ketika naik Cable Car saat sore hari adalah kalian bisa melihat sunset keemasan menyinari perbukitan Lantau dan juga Big Buddha sera jembatan bawah air baru yang ada di Hong Kong. Jadi dari ketinggian, kita dapat menikmati view mahal yang memang bisa dilihat kalau cuaca sedang cerah. Bisa saya katakan ketika berkunjung ke Hong Kong kemarin kami sedang beruntung, dikaruniai cuaca bagus sepanjang perjalanan.



“Huuuu pas aku kemarin ke Ngong Ping kabut hujan, Sat. Hiks hiks” ujar teman saya ketika melihat update di IG Story. 

“Waaaaa itu artinya kamu harus kembali lagi ke Ngong Ping”, balas saya. Hahahaha.

Iya, sayang kalau kalian jalan-jalan ke Hong Kong tanpa mengunjungi Ngong Ping ini. Bisa dibilang ini atraksi yang paling saya suka dari semua atraksi wisata yang ada di sana. 

Apalagi buat kamu yang sudah berkeluarga dan masih punya anak balita, pasti senang sekali diajakin keliling ke Ngong Ping. Pertengahan tahun adalah bulan-bulan terbaik untuk berkunjung ke sana. 

Pssttt, kalau ke sana naik Crystal Cabin saja ya biar sensasinya menuju ke Ngong Ping nya makin terasa. Kayak terbang melayang. Hoohoohoho…

Jika teman-teman mau ke Ngong Ping bersama keluarga atau orang tersayang, bisa kontak Dwidaya Tour ya. Mereka akan dengan sangat senang hati menyusun perjalanan seru ke Hong Kong. Ajak aku lagi juga ya nanti. Hahahaha.



Cheers,









Satya Winnie - Travel Blogger

Satya Winnie, an adventurous girl from Indonesia. She loves to soaring the sky with gliders, dive into ocean, mountain hiking, rafting, caving, and so on. But, her favourite things are explore culture, capture moments and share the stories.

So, welcome and please enjoy her travel journal and let’s become a responsible traveler.

4 thoughts on “Berkunjung ke Ujung Langit Hong Kong bersama Ngong Ping 360”

  1. Waktu pertama kali gw ke HK gabut banget, gak jelas mau ke mana, hahaha. Akhirnya cuma ke The Peak dan muter-muterin MTR doang.

Comments are closed.

Scroll to Top