Pelecehan Seksual yang Saya Alami di Agra, India

37


Kalian tahu? Menulis artikel yang ini berat sekali rasanya.

Saya sebenarnya tidak suka mengingat-ngingat hari itu.

Saya masih ingat amarah dalam diri yang memuncak ketika dilecehkan di stasiun Agra.

Saya masih ingat betapa saya kesal kepada si pelaku.

Saya masih ingat betapa saya tidak nafsu untuk melakukan apa pun sehari setelah kejadian itu berlangsung. 

Saya berantakan. 

Kekecewaan itu sempat saya ungkapkan via Instagram Story dan banyak teman-teman menanyakan detil kronologi kejadian yang saya alami. Saya berjanji akan menuliskan lengkapnya di artikel blog saja. Ya blog ini.

Butuh waktu agak lama hingga saya memutuskan untuk menuliskan artikel ini. Sebenarnya pelecehan seksual kepada wanita bisa terjadi di negara mana pun, di mana pun. Di Indonesia, tanah air sendiri, saya juga pernah dilecehkan dan sebenarnya lebih parah dari yang saya alami di India. Jadi saya tidak mengatakan bahwa India berbahaya untuk pelancong wanita dan tidak usah pergi ke sana. Tidak seperti itu. Bepergian ke mana pun kita harus waspada karena “kucing garong” selalu ada. Saya pun sebenarnya tidak setuju ketika ada yang bilang bahwa pelecehan seksual  itu terjadi karena perempuan memakai pakaian terbuka dan mengundang fantasi lelaki.

Hey! Saya dilecehkan ketika saya memakai celana panjang gombrong, jaket lengan panjang tanpa memperlihatkan lekuk tubuh, apakah itu terbuka? Kurang tertutup apa lagi? Apakah saya mengundang?

Kalau lelaki itu pikirannya kotor dan niatnya jahat ya memang begitu saja adanya. Jangan disangkut pautkan dengan pakaian apa yang dikenakan korban. Bahkan yang berhijab pun, yang tertutup dari ujung kepala sampai ujung kaki tidak luput dari kasus pelecehan seksual. Lalu, apakah masih salah si perempuan?

Namun perlu juga saya jelaskan tidak semua lelaki di India seperti itu. Saya tidak membuat stereotype tentang lelaki India. Di perjalanan saya kemarin, saya juga berjumpa dengan banyak lelaki India yang baik, ramah, sopan dan menjadi teman baik saya hingga sekarang. Saya menuliskan ini agar hanya teman-teman perempuan yang berencana ke India, mempersiapkan diri dengan baik agar terhindar dari hal-hal yang tidak kita inginkan. 

Baiklah, saya ingin bercerita tentang kronologi pelecehan seksual yang saya alami.

Kami tiba sekitar pukul 10 malam di stasiun Agra setelah menempuh perjalanan 5 jam dengan kereta api dari Jaipur. Kami turun dan sebelum keluar dari stasiun saya memutuskan duduk sebentar di kursi.

“Sebentar ya, tarik nafas dulu sebelum keluar, capek” kata saya pada Yusni, teman jalan saya.

“Oke” jawab Yusni singkat sambil mengecek ponselnya.

Selama di kereta, saya asyik baca buku dan tanpa sadar ketiduran. Jadi begitu saya tiba di Agra, saya mengecek ponsel saya dulu, membaca pesan masuk dan mengecek alamat hostel yang akan kami tumpangi malam itu di google maps.

Sekonyong-konyong seorang pria berusia sekitar 30an datang menghampiri kursi kami dan duduk di sebelah saya. Duduknya terlalu dekat dan menempel ke bahu saya. Saya heran karena di kursi panjang itu hanya kami bertiga dan masih ada banyak ruang yang tersisa, kenapa dia harus duduk bersentuhan dengan saya?

Sorry Sir, I’m not comfortable that you sit too close with me. Can you move?” ujar saya kepada pria itu yang hanya direspon dengan raut muka bingung.

Ah, mungki
n dia tidak mengerti bahasa Inggris pikir saya dan saya diamkan saja. Toh selama dia tidak berlaku aneh-aneh, biarkan sajalah ya. Anggap saja seperti sedang berdesak-desakan di Commuter Line Jakarta-Bogor. 

Lalu….

Dia berbisik di telinga saya “Hey, you are sooooo sexy. Sex is life you know” dengan nada mendesah.

IIIIIIIHHHH. SAYA JIJIIIIIKKKKKKKK!!!!!!

Saya memandangi dia dengan tatapan melotot tidak senang dan langsung mengajak Yusni berjalan cepat keluar stasiun.

“Ni, yuk keluar sekarang, bapak di sebelahku ini aneh dan menyeramkan sekali”, kata saya sambil menggendong carrier.

Saya menghidupkan GoPro dan bercerita tentang kejadian yang baru saya alami di depan kamera. Lalu entah mengapa saya merasa ada yang mengikuti kami dan bilang ke Yusni untuk menengok ke belakang, jangan-jangan pria itu memang ikut.

Yusni menengok ke belakang. Gambar ini di-screenshot dari video GoPro…



Benar saja, terekam di kamera dia mengejar kami dari belakang dengan setengah berlari.

Reflek saya mematikan kamera dan bersiap memasang kuda-kuda pertahanan jika pria ini kurang ajar melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. 

Salah Satya! Seharusnya kau nyalakan saja tetap GoPro nya agar muka si pelaku terlihat terekam jelas. Huh! (ujar saya pada diri sendiri setelah kejadian itu)

Ya, seharusnya dinyalakan saja ya. Namun waktu itu saya berpikir saya akan lebih awas dan bisa lebih siap untuk melawan / membela diri jika kamera dimatikan karena tangan saya lebih bebas karena tidak memegang apa pun. 

Apakah kalian melihat lelaki di tengah-tengah kami yang pakai baju merah garis-garis itu? Ya, dia pelakunya.



Tadinya dia berlari dari arah kanan saya sehingga saya bersiap untuk membela diri jika dia datang dari arah itu. Tahu-tahunya dia datang dari kiri dan langsung meremas kedua pantat saya bulat-bulat.

Saya kaget.

Saya berbalik badan ke arahnya dan mendapati dia menyentuh buah dada saya dengan cepat. 

Saya marah sekali dan ingin menonjok langsung di mukanya. Namun posisinya saya sedang membawa carrier yang beratnya hampir 20 kilogram dan posisi jalanannya menanjak. Saya kesusahan untuk bergerak mengejar dia dan hanya bisa berteriak “F*** YOUUUU!” sekencang-kencangnya. Laki-laki itu berlari keluar stasiun dan menghilang.


“Sekali lagi kau berani memunculkan wajahmu di depanku, kuhajar kau” teriak saya lagi. 

Saya marah, malu, kesal! Campur aduk. Kenapa saya yang kena? Kenapa dengan beraninya dia menyentuh saya?

Beberapa orang di stasiun mendekati saya dan bertanya apa yang terjadi. Saya jelaskan kronologinya dan mereka meminta maaf karena hal itu kerap terjadi kepada wisata
wan wanita di India, khususnya yang berjalan tidak bersama laki-laki. 

Air mata saya menetes sedikit saking kesalnya. 

Lelaki bajingan, umpat saya dalam hati.
Kami berdua lanjut berjalan keluar dari stasiun dalam diam. Yusni memandang saya prihatin dan pasti tidak tahu harus berujar apa. Saya juga tidak ingin berbicara apa-apa dan hanya ingin tiba di hostel secepatnya lalu tidur. 
Di Prepaid Taxi Booth saya menunjukkan alamat tujuan kami dan tanpa banyak bicara supir membawa kami ke sana. Kami menginap di Zostel Agra yang direkomendasikan teman. Chain-Hostel Zostel ini ada di hampir seluruh kota-kota besar di India. Saya pun merekomendasikannya kepada kalian jika kalian mencari penginapan murah, aman dan nyaman di India.

Begitu tiba di hostel, saya disambut ramah oleh pegawai Zostel dan langsung  saya menceritakan kejadian yang baru saya alami karena mereka pasti mengerti bahasa Inggris. Dengan wajah prihatin mereka mengatakan turut sedih atas kejadian yang menimpa dan mengucap syukur juga bahwa saya masih sehat, selamat dan tidak mengalami hal yang lebih dari itu. Ya, bisa saja saya dibekap, diperkosa, yang lebih buruk dari sekedar diremas pantat dan buah dadanya. 

Saya bisa merasakan ketulusan mereka saat mengungkapkan rasa prihatin dan mereka laki-laki juga. Jadi, tidak semua lelaki India bajingan kok. 

“Di negara kami, pelaku pemerkosaan bisa dihukum mati namun kasus pelecehan dan pemerkosaan tetap tinggi setiap tahunnya. Tidak hanya gadis, anak balita dan wanita lansia pun sering jadi korbannya” celoteh pegawai Zostel lagi sambil meng-copy passport saya. 

“Namun sungguh tak semua lelaki di India seperti itu. Mari, saya antar ke kamar kalian. Kalian dapat kamar paling besar malam ini. Semoga kalian bisa beristhirahat dengan nyenyak setelah kejadian yang tidak mengenakkan tadi” lanjutnya. 

Ya, memang setiap tahunnya ada ratusan ribu kasus pelecehan dan pemerkosaan di India.  Pemerintah sudah berusaha semampunya untuk membuat undang-undang terkait perlindungan wanita dan anak (hukuman terberatnya hukuman mati) tetapi tetap saja kasus itu masih sulit dikurangi. India benar-benar darurat kejahatan seksual. Coba kalian cari kasus pelecehan di India, pasti akan menemukan banyak sekali kasus yang bahkan membuat kita menangis saat membacanya. Biadab. 


Sapi dianggap suci dan tidak tersentuh, sedangkan perempuan hanya dianggap seonggok tubuh.


Namun dengan menuliskan ini bukan berarti saya tidak menyarankan teman-teman perempuan untuk tidak menjadikan India sebagai destinasi untuk plesiran. India itu indah, menawan sekali dan sempatkanlah minimal satu kali untuk mengunjunginya. 
Saya menyarankan teman-teman perempuan yang ingin ke India agar tidak mengenakan pakaian yang terlalu terbuka, pakailah outfit yang panjang dan agak longgar. Bawa syal untuk menutup dada dan bahu. Tidak usah yang tebal-tebal agar tidak berat dipakai dan dibawa.  

Juga jangan keluyuran malam-malam sendirian atau hanya dengan teman perempuan ya. Di atas jam 10 sebaiknya sudah di penginapan ya. 

Mungkin butuh ya bawa Pepper Spray atau alat-alat untuk melindungi diri di India? Selama ini saya tidak bawa karena barang-barang itu hanya akan membuat saya parno kalau dibawa. Bagaimana pendapat kalian? Apakah butuh sebenarnya? Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual? Saya mau tahu pendapat kalian dong…



Cheers (tanpa senyum),



About the author

An adventurous girl from Indonesia. She loves to soaring the sky with gliders, dive into ocean, mountain hiking, rafting, caving, and so on.

Related Posts