Segelas kopi dan teh panas menemani kami ‘ngemper’ di depan Pelabuhan Bakauheni. Baru juga jam setengah 6 pagi, tapi bus dan travel yang menuju ke Bandar Lampung sudah habis. Maklum, hari itu tanggal 31 Desember. Semua orang bedesakan, berebut tiba di rumah secepat yang mereka bisa. Bersiap untuk perayaan pergantian tahun.
Ada yang berbeda dengan perayaan tahun baru saya kali ini. Yang biasanya berkumpul bersama keluarga saat pergantian tahun, saya malah memilih jalan-jalan ke Lampung bersama travelmate saya, Janatan.
Perjalanan yang direncanakan mendadak membuat saya harus mencari info kepada teman-teman di Lampung bagaimana caranya menuju Way Kambas, berhubung lokasinya yang jauh dari pusat kota Bandar Lampung dan minim infromasi tentang transportasi umum.
Dari Instagram, saya berkenalan dengan Wahyu dan Dina, dua anak muda Lampung yang juga senang jalan-jalan dan lalu berbaik hati menjawab semua pertanyaan saya. Sampai bikin line group sendiri. Hehehe. Mereka juga menawarkan untuk menemani saya dan Janatan ke Way Kambas. Wah, senang sekali! Makin asyik deh perjalanan kali ini, pikir saya.
Dari Stasiun Tanah Abang, kami naik kereta “Krakatau” dengan tujuan akhir Merak (tepat di depan pelabuhan Merak) dilanjutkan menyeberang dengan Kapal ASDP (Ferry) yang berangkat setiap setengah atau satu jam ke Bakauheni, Lampung.
Setibanya di Bakauheni, perjalanan dilanjutkan ke Bandar Lampung, titik temu kami dengan Wahyu dan Dina. Meski belum pernah bertemu sebelumnya, Dina dan Wahyu menyambut kami seakan teman yang sudah lama tidak bertemu. Semuanya gara-gara social media. (Jadi siapa yang bilang social media itu dampaknya negatif? :p )
Setelah makan bakso Sony yang tersohor di Lampung itu, Dina menawarkan agar kami berangkat tanggal 1 ke Way Kambas. Dina bilang ada baiknya kami berangkat subuh agar tiba pagi-pagi sekali di Way Kambas untuk mengikuti aktivitas gajah-gajah mandi beserta pawangnya. Ide yang bagus sekali!
Kami bersepakat untuk mengendarai motor ke Way Kambas karena transportasi umum ke Way Kambas memang agak sedikit susah. Nanti akan saya tuliskan di notes paling bawah jika teman-teman ingin tahu transportasi umum apa yang bisa kita pakai untuk menuju ke Lampung.
Seharian kami city tour di Lampung, mencicipi makanan-makanan enak di Lampung dan main ke tempat pelelangan ikan, ngopi-ngopi dan makan durian sepuasnya. Kami berangkat ke Way Kambas sekitar jam 1 malam (pas jam 12, semuanya ketiduran). Wahyu menawarkan untuk berhenti dulu di rumahnya di Metro dan baru pagi-paginya berangkat ke Way Kambas.
“Masih banyak begal di daerah sana. Kita harus waspada dan hati-hati sekali jika mau berkendara malam-malam. Kalau ada mobil, kita pepet saja biar aman”, ujar Wahyu.
Dari Bandar Lampung ke Metro, dibutuhkan waktu berkendara sekitar 40 – 50 menit naik motor. Sepanjang jalan, Wahyu selalu memastikan agar motor kami selalu berdekatan dan melaju dengan kecepatan yang cukup (nggak ngebut macam lagi race) untuk mewaspadai kelompok begal.
Bisa rebahan sebentar setelah seharian keliling Balam (sebutan untuk Bandar Lampung) dan baru tidur sedikit, rasanya enak betul.
Saking enaknya, kami kesiangan…
Awalnya kami berencana berangkat jam setengah lima pagi, namun kenyataannya bangun pukul enam. Karena merasa waktunya tidak akan terkejar untuk ikut aktivitas gajah-gajahnya mandi pagi, kami sedikit santai dan berangkat jam 8.
Suasana hati kami semua sungguh baik pagi itu. Langit biru cerah dan arak-arakan awan menemani kami di perjalanan. Hari yang menyenangkan untuk memulai tahun 2016.
Jarang sekali kami berpapasan dengan kendaraan dalam perjalanan dari Metro menuju Way Kambas. Jalanan mulus dan lengang. Mungkin orang-orang lelah untuk bangun pagi di tanggal 1 Januari setelah semalaman party-party.
Tak terasa sudah 1,5 jam kami berkendara. Di tepi jalan ada patung gajah yang sedikit tertutup tiang-tiang listrik. Motor dibelokkan ke kiri dan terus menyusuri jalan kecil sampai tiba di pintu gerbang Taman Nasional Way Kambas.
Ah, saya sudah tidak sabar untuk Bermain Bersama Gajah Gemas di Way Kambas 😉
Cara menuju Way Kambas :
Kendaraan Umum
- Untuk menuju Pelabuhan Merak, bisa naik bus dengan harga Rp 50.000 – 75.000,- dari Kampung Rambutan
- Pilihan lain jika ingin menghindari macet, naik kereta api ‘Krakatau’ dari Tanah Abang. Jadwalnya satu kali per hari, pukul Rp 22.30 WIB. Stasiun kereta Merak berada tepat di pelabuhan Merak. Harga tiketnya Rp 30.000,-.
- Menyeberang dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni, dengan harga tiket Rp 14.000,- per orang. Jika ingin menempati tempat lesehan agar bisa tidur selonjoran, dikenakan biaya Rp 10.000,- lagi per orang.
- Dari Pelabuhan Bakauheni naik bus atau travel ke Rajabasa, Bandar Lampung atau langsung ke Metro. Harga tiket Bakauheni – Rajabasa ; Rp 25.000,- (kelas ekonomi) ; Rp 35.000,- (kelas AC) ; Rp 50.000,- (travel). Bakauheni – Metro ; Rp 40.000 (bus) ; 70.000 (travel).
- Dari Rajabasa, Bandar Lampung, bisa melanjutkan ke Terminal Tejosari naik minibus, Kota Metro lalu lanjutkan perjalanan dengan minibus ke Sukadana. Dari Sukadana, naik minibus ke Pasar Tridatu.
- Dari Pasar Tridatu, pilihan satu-satunya adalah naik ojek ke Way Kambas. Tarif ojeknya sekitar Rp 100.000,- hingga 150.000,-. Ya cukup mahal karena jaraknya jauh.
Selain Kendaraan Umum
- Sewa motor atau mobil di Bandar Lampung dan lalu menyetir sendiri ke Way Kambas.
- Naik mobil atau motor dari Jakarta (tempat asal). Rutenya adalah Bakauheni – Metro – Sukadana – Way Jepara – Way Kambas. Petunjuknya GPS-nya mudah kok.