“I left my heart in East Nusa Tenggara” jawab saya acap kali teman-teman bertanya bagaimana perjalanan saya ke Nusa Tenggara Timur. Meski belum menjelajah keseluruhan bagian daerah hingga ke pelosoknya, saya sudah jatuh cinta dengannya sejak pertama kali jumpa. Oleh karena itu saya selalu berharap punya kesempatan untuk kembali ke NTT, lagi dan lagi.
Hingga tibalah kabar gembira bahwa saya mendapatkan hadiah dari CAPA Maumere untuk eksplor keindahan Maumere dan menginap di CAPA Resort, hotel bintang empat yang baru diresmikan 1 Juli 2015 lalu.
Penerbangan jauh dari Jakarta transit Bali lalu ke Maumere benar membuat saya letih dan tertidur selama penerbangan. Apalagi, saya baru pulang dari Ternate saat itu. Tapi rasa letihnya kalah sama rasa senang akan bisa mengeksplor Maumere dan sekitarnya.
Di Bandara Frans Seda Maumere, dua laki-laki sudah menunggu saya, Mbak Fika dan Fadhil, teman seperjalanan saya ke Maumere. Mereka berdua adalah Mas Felix dan Pak Sam dari CAPA.
‘Uhe die dang hading Maumere’, selamat datang di Maumere.
Begitu urusan bagasi selesai, kami meluncur untuk makan siang dan lalu menuju ke CAPA untuk rehat sejenak sebelum berkeliling ke beberapa spot menarik di Maumere.
Bagian lobby CAPA yang didominasi kayu dan batu. Suka! |
Dengan senyum teramat manis, seorang pria muda menghampiri kami dan menyodorkan baki berisi welcome drink dan cold toweldi lobby. Langsung saja saya teguk jus jeruk yang segar itu dan menempelkan handuk dingin di wajah.
Manis banget ya Abangnya ya…. |
Aduh… Enak yang teramat sangat…
Resepsionis dengan ramah menyodorkan kartu kunci dan dengan sigap seorang pria muda lain mengantarkan saya ke kamar 117, tempat saya menginap beberapa hari ke depan. Begitu masuk kamar, semilir sejuk dari pendingin ruangan menyapa kulit. Makin makin deh enaknya.
Kamar Deluxeyang saya tempati ini luas dan jadi bikin sedih karena saya tidur sendirian. Andai saja saya bawa teman (atau keluarga suatu hari nanti) pasti lebih seru ya.
Ruang kamar tidur besar dengan kursi rotan untuk bersantai dan bantal bersarungkan kain tenun. Jatuh cinta deh sama kamarnya. |
Saya berkeliling hotel dan dari seluruh bagian CAPA Maumere, saya paling senang dengan infinity pool-nya. Kita bisa menikmati sejuknya berenang di kolam sambil memandang lautan dan pulau-pulau yang ada di seberang.
CAPA Infinity Pool. Yang di kejauhan sana namanya Pulau Pangabatang. |
Jika cuaca sedang cerah, kita bisa menyaksikan semburat jingga menghiasi permukaan kolam renang saat matahari terbit. Duh pasti cantik sekali ya. Kalau giliran saya kemarin, dapatnya refleksi langit biru dan gumpanan awan terpantul di permukaan kolam.
Jika dirasa sudah terlalu panas, kita bisa bersantai di ‘Bale Bengong’ yang ada di tepi kolam. Bisa sambil baca buku dan mendengarkan musik. Sekedar menyaksikan perahu nelayan yang lalu lalang juga menyenangkan. Tinggal pesan jus segar ke restoran CAPA biar bersantainya makin asyik!
Kalau cuaca sedang cerah dan panas, enaknya sih berenang di kolam. Segar! |
Mas Fadil mah senengnya bertapa dalam air. Hehehehe… |
Awalnya saya mengira “CAPA” itu berasal dari bahasa Maumere. Ternyata berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya pelangi. Pelangi itu menggambarkan jembatan yang menjadi penghubung bumi dan langit, merepresentasikan harapan. Pak Melchi Markus Mekeng, sang pemilik hotel, berharap CAPA akan menjadi tempat singgah yang terasa seperti rumah. Mewujudkan keinginan tamunya yang mengharapkan momen liburan yang santai di tepi pantai ujung timur Flores.
Meski tak seberapa luas, namun CAPA benar-benar terasa nyaman sejak pertama kali kaki diinjakkan. Unsur bangunannya banyak menggunakan batu dan kayu. Di depan bangunan terdapat patung lelaki memakai setelan jas yang ternyata kakek dari Pak Melchi Mekeng, Petrus Yakobus Bapa. Di bagian kanan hotel juga terdapat patung Bunda Maria.