Hari kedua mengunjungi Dieng, saya dan Ju pergi menyewa motor untuk pergi photo-hunting. Karena Mbak Resi (pemilik homestay Dieng Pass) kami mendapatkan penyewaan motor yang murah, hanya Rp 100.000 selama dua hari.
Setelah sarapan, kami bertolak menuju gardu pandang Dieng di ketinggian 1789 mdpl (dari tulisan yang tertera di gardu pandang). Kalau dari arah Wonosobo, gardu nya ada disebelah kanan jalan, sedangkan kalau dari Dieng ada di sebelah kiri.
Jalanan masih sepi dari kendaraan, hanya beberapa penduduk terlihat berjalan kaki menuju ladang mereka di lereng-lereng perbukitan sambil tersenyum ramah ketika berpapasan di tepi jalan.
Sepanjang jalan langsung bersenandung kiri kanan kulihat saja banyak pohon dan sawaaaahh….
Sejuk sekali udara pagi itu. Mata segar, badan segar, hati segar. STRESSFREE!!
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit dari homestay, tibalah kami di Gardu Pandang Dieng. Entah kenapa yang tertulis “Gardu Pandang Tieng” (seharusnya Dieng, bukan Tieng) seperti dibawah ini.
Setiba di gardu, tidak ada wisatawan lain selain saya dan Ju. Yang ada hanya dua orang tukang parkir, dua kios indomie, 1 orang bapak pedagang kue pukis kelapa dan satu lagi pedagang edelweis. Iya edelweiss, yang katanya bunga abadi itu.
Entah kenapa saya dilema melihat bunga edelweiss diperdagangkan bebas seperti itu. Di satu sisi, memetik bunga edelweiss (bunga abadi) dilarang. Di sisi lain, bunga itu menjadi mata pencaharian bapak tua yang saya jumpai. Bahkan beliau cukup kreatif dengan membuat vas bunga dari batang pohon yang diberi lubang di tengahnya. Yah pada akhirnya saya tidak membeli bunga itu. Saya lebih senang melihat bunga edelweiss yang bermekaran di habitat aslinya ketika mendaki gunung 🙂
Yasudah, daripada beli bunga edelweiss, mending uangnya dipakai untuk beli pukis kelapa yang enak sekali. Harganya 2000 perak satu renteng kuenya. Rasanya bikin ketagihan banget. Kue nya juga fresh from the oven, jadi makin mantap disantap di cuaca yang anginnya semriwing.
Mari duduk manis sambil makan kue pukis dan memandang Dieng….sejauh mata memandang 😉