Setiap kali melintas Surabaya Malang, aku penasaran dengan bangunan berlantai empat berwarna merah jambu bergaya klasik di bagian kanan jalan (kalau dari arah Surabaya). Bangunan berlantai empat itu ternyata sebuah hotel tua bernama Hotel Niagara.
Berhubung karena lokasi kerja saya selama 3 hari dekat Singosari, Pak Anto, supir kami di Malang memesankan satu kamar di Hotel Niagara.
Karena pernah membaca beberapa cerita tentang hotel ini saya merasa sedikit takut tapi juga senang. Entahlah. Rasanya campur aduk. Akhirnya saya dapat kesempatan juga untuk menginap di hotel ini. Semacam uji nyali.
Kami tiba sekitar pukul 7 malam. Seorang Mas-mas di meja resepsionis menyambut kami dengan ramah begitu kami memasuki lobby hotel.
“Langsung saya antarkan ke lantai 3 ya Mas dan Mbak. Mohon maaf lantai 2 lampunya sedang rusak, jadi tidak bisa ditempati kamar yang Mas pesan sebelumnya” kata Mas yang aku lupa tanyakan siapa namanya.
Saya bisa menangkap mimik keheranan dari Mas ketika melihat kedatangan kami berdua. Entah apa yang ada di benak pikirannya ketika melihat dua orang muda-mudi, lelaki dan perempuan, memutuskan menginap satu kamar di hotel yang (dia pasti tahu) terkenal dengan keangkerannya.
“Katanya di hotel ini suka ada kejadian aneh-aneh ya Mas?” tanyaku sambil menaiki tangga.
“Ah kata siapa Mbak? Nggak ada apa-apa kok. Sejauh ini pengunjung hotel aman dan merasa nyaman. Beberapa testimoni dari tamu kami pajang juga di dinding. Nanti Mbak bisa baca sendiri” jawab Mas nya sambil tersenyum.
Memang benar sih. Sepanjang lorong ada banyak kertas dengan coretan tulisan tangan yang dibingkai. Kebanyakan adalah testimoni wisatawan asing. Hampir semuanya bilang hotel ini antik, bagus dan mereka nyaman menginap di hotel ini. Apakah memang begitu adanya? Marilah kita buktikan sendiri.
Sesaat kemudian kami sudah berada di depan pintu kayu besar bernomor 305. Ruangan kamarnya besar dengan kasur ukuran King Size. Tadinya kami minta Twin Bed, tapi adanya di lantai 2 yang kata Mas nya lampunya rusak. Mau nggak mau ya harus tidur berdua di satu kasur malam ini. Saya sih santai-santai aja karena lebih baik berdua satu kamar dibandingkan harus sendiri-sendiri. Di adat Batak, Tober yang marganya sama dengan Mamakku, saya panggil Tulang (adiknya Mama). Jadi saya merasa aman tidur satu kamar dengan Tulang sendiri. Hehehe.
Saya senang melihat kamar yang tua itu bersih. Saya colek furniture yang ada di kamar dan tidak ada debu yang menempel. Kasurnya empuk dengan sprei yang bersih dan wangi. Berarti pihak hotel sebenarnya telaten untuk merawat kebersihan hotel walaupun mereka tidak mendapatkan banyak tamu setiap harinya. Seperti malam itu, tamu di hotel hanyalah Tober dan saya. Mantap kan?
Saya yang sudah tidak sabar berkeliling hotel, langsung mengambil kamera dan jeprat-jepret sana-sini. Sebagai penggemar bangunan tua, saya rasa saya datang ke tempat yang tepat. Saya terkagum dengan interior hotel yang didominasi oleh kayu dan marmer. Kayu yang digunakan pun kayu jati berkualitas tinggi karena hingga 100 tahun didirikan, kayu itu tidak dimakan rayap dan masih bagus sekali.
Jika diperhatikan secara seksama, setiap lantai memiliki motif lantai marmer yang berbeda, kecuali tangga yang sama motifnya dari lantai satu sampai lantai lima. Paling jatuh cinta deh saya sama lantainya, cakep pisan euy. Katanya bahan keramik dinding dan lantai ini diimpor langsung dari Belgia saat proses pembangunannya. Hmm, pantas saja bagus.
Hotel ini didirikan pada tahun 1918. Berarti tahun ini Hotel Niagara sudah berusia 96 tahun (sebentar lagi seratus tahun ya. Nanti kesana lagi ah pas perayaan 100 tahunnya ;p ). Hotel ini dirancang oleh seorang pria keturunan Brazil yang tinggal di Indonesia sewaktu masa Belanda berkuasa bernama Fritz Joseph Pinedo. Butuh 15 tahun untuk menyelesaikan bangunan setinggi 35 meter ini. Dulunya bangunan ini dibangun tidak diperuntukkan menjadi hotel melainkan villa peristhirahatan milik Liem Sian Joe, pengusaha kaya berdarah Tionghoa yang tinggal di Malang.
Zaman dulu, daerah Lawang (Lawang artinya pintu yang diartikan sebagai daerah gerbang masuk Malang) merupakan daerah yang sangat sejuk dan asri dan tentunya tidak seramai sekarang. Sehingga banyak rumah peristhirahatan yang dibangun di daerah itu.
Dari cerita di sini saya mengetahui bahwa pada tahun 1960 ahli waris Liem Sian Joe menjual bangunan villa nya kepada Ong Kie Tjay, salah seorang pengusaha yang tinggal di Surabaya. Setelah melakukan renovasi, bangunan Villa diubah fungsinya menjadi Hotel dan diberi nama Hotel Niagara yang diurus oleh Ongko Budihartanto, anak dari Ong Kie Tjay sekaligus General Manager Hotel Niagara.
Salah satu yang menjadi daya tarik Hotel Niagara ini adalah lift merk ASEA yang diproduksi Swedia pada tahun 1900-an. Sayangnya lift yang berpintu kayu ini sudah tidak berfungsi lagi padahal pengen nyobain.
Rumor yang beredar adalah hotel ini adalah salah satu hotel angker di Malang. Katanya banyak tamu-tamu yang suka digangguin oleh “penunggu” nya.
Banyak cerita berkembang mulai dari suara-suara musik klasik dan keriuhan seperti sedang pesta dansa, gadis-gadis berpakaian ala Victoria berjalan-jalan di sekitar gedung sampai gejala Poltergeist (istilah dalam dunia paranormal untuk suatu benda yang melayang namun tidak diketahui darimana kekuatannya yang biasanya dianggap sebagai ulah hantu)
Lalu adakah hal aneh yang saya alami selama menginap di Hotel Niagara ini?
Ada.
Apa?
Ceritanya begini. Jadi, malam itu kami mau mencari udara segar k
e Pasar Lawang sambil membeli Apel Malang. Sepulangnya dari Pasar yang jaraknya hanya sekitar 50 meter itu kami bebersih, menyiapkan barang-barang untuk pekerjaan esok hari dan beringsut ke tempat tidur untuk isthirahat.
Tober yang tidur belakangan kutitipi pesan agar jangan lupa mematikan TV. Dia hanya mengangguk dan kembali asyik dengan HP nya. Ternyata benar, Tober kelupaan. Sekitar jam 3 TV yang masih nyala membangunkan kami berdua. Karena tidak ada remote nya, Tober yang kedinginan mau tidak mau harus bangkit dan berjalan untuk mematikan TV lalu tidur lagi.
Sejam kemudian, saya kembali terbangun karena ada suara-suara dan kulihat TV kembali nyala. Kulirik sebelahku, Tober, yang sedang tidur ngorok saking pulasnya lalu melirik jam yang menunjukkan pukul 04.08 WIB. Sempat bingung juga siapa yang nyalain TV, tapi ya sudah, saya langsung bangun dan mematikan TV lalu tidur nyenyak lagi sampai pagi.
Jadi, siapakah yang menghidupkan TV yang tidak ada remote nya itu?
Entahlah. Hahaha.
Tapi secara pribadi saya tidak merasa itu sesuatu yang horror dan bisa membuktikan hotel itu ada hantunya. No, no, no, buktinya belum kuat. Bisa saja itu mimpi walau terasa nyata. Hehehe.
Begitu pagi, saya langsung bersiap diri karena kami akan check out jam 06.30. Setengah jam sebelumnya saya sudah siap dan berencana ingin berkeliling hotel. Begitu saya menaiki tangga ke lantai 4, saya kecewa karena ada teralis pembatas yang digembok. Pintu atas nya pun ditutup. Lantai 4 dan 5 ini katanya memang sudah lama tidak dipakai dan tidak ada yang diperbolehkan naik.
Dari total 26 kamar, yang digunakan sebagai kamar hotel hanya 14 kamar. Sebagian kamar, kamar mandinya di luar dan sebagian lagi di dalam. Namun kata petugasnya, aslinya semua kamar mandi Hotel Niagara di luar. Kamar mandi di dalam kamar itu semuanya tambahan, bukan gedung asli.
Setelah sarapan dengan roti plus teh manis dengan latar belakang Gunung Arjuno, kami pergi ke resepsionis untuk check out. Begitu tiba di luar, saya melihat banyak sekali burung walet beterbangan di atas gedung hotel yang keluar masuk dari lantai atas. Hmm, ternyata dua lantai teratas itu berfungsi jadi sarang walet. Tapi aku tetap masih penasaran kenapa dua lantai teratas itu tidak dipakai lagi.
Di sebelah samping hotel, ada juga bangunan pavilion kecil yang sekarang difungsikan sebagai parkiran dan mess pekerja Hotel Niagara.
Untuk saya pribadi, saya senang menginap di Hotel Niagara ini. Hotel antik bergaya klasik yang nyaman dan bersih. Kalaupun ada satu hal aneh yang terjadi, mari kita lupakan saja. Anggap saja itu beneran mimpi.
Harga hotel antik ini tergolong murah, mulai dari Rp 125.000,- untuk kamar standard (kamar mandinya di luar), Rp 175.000 untuk kamar deluxe (kamar mandinya di dalam) dan RP 250.000 untuk Suite.
Saya merekomendasikan sekali Hotel ini dan berharap akan ada banyak tamu yang datang demi keberlangsungan hidup Hotel Niagara. Sayang sekali kan kalau hotel ini bangkrut karena rumor-rumor negatif dan tidak beroperasi lagi padahal gedungnya begitu bagus.
Yuk nginap di Hotel Niagara dan rasakan sendiri sensasinya 😉
Hotel Niagara Lawang
Jalan Dr. Soetomo 63, Lawang, Malang, Jawa Timur
Telepon : (0341) 596612
42 thoughts on “Sensasi Menginap di Hotel Niagara, Hotel Antik Klasik di Malang”
Tiap kali pulang ke Malang pasti penasaran mw nginap disana, tp nyali masih ciut…. Padahal bagus banget ya
Klasik bangeet, tapi agak dag dig dug juga kayanya kalau nginap disana… Sepertinya seram
Sayang ya lantai 4 dan 5 tdk bisa diliat. Apa mungkin dijadikan sarang walet ya?
Sayang ya lantai 4 dan 5 tdk bisa diliat. Apa mungkin dijadikan sarang walet ya?
wah seru ya nginep di tempat klasik seperti ini. tapi rada serem juga tuh yg lantai 4 bisa di gembok begitu. hehe..
salam kenal dan blog walking
http://www.shu-travelographer.com
Hai Cha. Terima kasih sudah mampir ya. Kamu cah Ngalam toh? Ayo dong coba nginap di sana dan kasitahu arek Malang kalau hotelnya bagus dan nggak seperti cerita-cerita horor yang beredar 😉
Halo Ranie. Makasih sudah mampir ya. Hahaha. Dag dig dug sih pasti tapi akan hilang ketika kamu sudah masuk ke dalam dan takjub lihat interiornya 😉
Hai Mutia, terima kasih sudah mampir ya. Bisa jadi ya. Kemungkinannya adalah setelah ditutup, burung Walet membuat sarangnya sendiri di sana atau ditutup untuk menjaga sarang burung waletnya. Entahlah yang mana yang benar 😀
Halo Kak Shu. Terima kasih sudah mampir yaaaa. Iya seram tapi tetap penasaran nih. Petugasnya juga tidak mau memberitahukan alasannya jadi membuat aku makin penasaran.
Wah, aku berkunjung ke blog mu juga ah Kak 😀
mbak kalo saya baca2 dikaskus hotel itu katanya memang agak spooky gmn2 gtu tp orang yg prnah nginep situ ad yg ngalamin kejadian aneh ada yg gak ngalamin juga,
Mba salam kenal, saya kemarin malam baru nginap di hotel tersebut. Uji nyali dadakan deh… mana saya bawa anak2 kecil.
Tp alhamdulillah tidak terjadi apa2.
Ohiya… kamarnya sama mba hahahaha
Kalo saya pribadi. Hotel itu ga bisa diliat angker dari "tampang"nya..ada hotel bagus tapi berhantu ,dan saya sudah biasa… kalo lewat lawang..pengen banget bisa nginep di Niagara..tp istri selalu menolak..hiks
Saya acungin jempol buat mbak yang satu ini, lolos uji nyali hihihi.. Btw, penasaran sewaktu kesana ramaikah? Berapa kamar yang keiisi?
tulisan dan foto fotonya bagus..
seru juga yaa pengalamannya nginap di hotel niagara
rumah ortuku tak jauh dari hotel itu, sekira 500 meter dari tempat sista sarapan pagi sambil memandang gunung arjuno itu
next time kalau ke lawang lagi boleh dicoba untuk mencicipi angsle yang dijual kakak saya di selatan pasar lawang, hehe
salam 🙂
Tulisan dan foto mengenai hotel niagara yang terbaik, salut, menyenangkan membacanya. Mungkin juga paling terbaru yah, tahun lalu, mari 2018 kita rame2 100 taunnya hotel niagara. Walopun saya baru mau nyoba nginep disana hehe, padahal saya tinggal di lawang.
Tulisan dan foto mengenai hotel niagara yang terbaik, salut, menyenangkan membacanya. Mungkin juga paling terbaru yah, tahun lalu, mari 2018 kita rame2 100 taunnya hotel niagara. Walopun saya baru mau nyoba nginep disana hehe, padahal saya tinggal di lawang.
Seru banget ya nginep disitu…sebagai pecinta bangunan tua, saya sudah lama punya keinginan nginap di hotel ini,…sayang nyali masih ciut ��
bagus skali ulasannya ttg hotel niagara ini. saya asli malang, tiap ke sby selalu lewat hotel niagara. sejak kecil selalu diceritain kalo ini hotel angker, sampai skrg penasaran pengen lihat dalamnya ini hotel dan rasa penasaran saya terjawab di cerita ini hehehe…
hotelnya benar2 mencerminkan zaman dahulu, klasik, unik
penasaran tapi takut juga 🙂
Pernah denger cerita serem dari om saya yg nginep di hotel ini sekitar tahun 2009, jadi saya penasaran sekali dengan hotel ini, trims mba winie buat artikel sekaligus photo nya, komplit banget.
Iya Mas Evo. Asyik lho sebenarnya bisa menginap di hotel unik ini. Bagus banget gedungnya kan? :))
Wah menarik ya :))
Salam kenal juga Mba Mia, maaf ya baru balas setelah 3 tahun. Hahahaha. Ampunnniiii aku yaa…
Kamarnya asyik kan? Nanti kalau balik ke hotel ini lagi saya mau menginap di kamar yang sama lagi :))
Hahahahhaa kenapa kok istri menolak Mas Galang? Padahal bagus lho kamarnya gedung zaman Belanda begitu. :)))
Hai Vikaaaa maaf ya baru balas komentarnya. Hahahaa kemarin itu yang menginap cuma kami berdua. Seru sih, berasa punya rumah gedong Belanda sendiri dengan banyak pelayan. *ngayal babu* hahahahaa xD
Terima kasih sudah mampir Kak Ponthels :))
Halo Mas Prajurit Kecil. Terima kasihhhhh banyak ya sudah mampir dan kasih komentar. Tentuuuu nanti aku mampir ke Lawang dan nyobain angsle nya ya xD
Halo Mas Bobby, enak banget tinggal di Lawang. Ademmmmm yooo. Hehehehe. Yaaaa aku juga mau datang ke sana tahun 2018, tahun depan ya berarti. Semoga hotelnya masih buka 😀
Katanya pecinta bangunan tua kok nyalinya ciuttt? Hahahaha xD
Makasih sudah baca dan mampir ya Mba Ria. Hohohooho, cobalah sekali aja Mba minimal nginep di hotel ini. Nggak usah mikir angkernya, tapi menginap di hotel unik yang klasik :))
Hai Witri, terima kasih sudah mampir. Iya, sebagai pecinta semua yang klasik dan tua, aku senaaaang betul menginap di sini dan kepengen lagi. Kamu juga cobain yuk 😉
Aww terima kasih sudah mampir ya inimytoko. Waahhh cerita serem dari Om nya gimana tuh? Jadi penasaran juga aku xD
Tulisannya bagus.
Agak merinding juga pas baca kamar mandi luar dan lantai 4, 5 yang tidak dipakai lagi. :))
Hai Kak Ivan! Makasih sudah mampir yaaa…. Wah makasih kalau tulisannya dianggap berguna. Hehehehe. Kapan-kapan coba deh nginep di Niagara Kak, seru lho! xD
hai mbak, wah setelah baca tulisannya aku gak penasaran lagi dengan suasana dalam hotel niagara, dulu sering pp pasuruan-lawang lewatin hotel yang katanya angker. tahun depan usianya 100 th, bagus ya bangunannya asli kayu jati jadi masih kokoh dengan desain klasik. ini aku baca ada lomba uji nyali nginep di hotel niagara
Duh… Kamar mandi luarnya serem amat 😁
Tetangga saya sewaktu perjalanan dinas menginap disitu. Padahal sudah diingatkan mending nginap di tempat lain tp kekeuh katanya pengen nyoba. Dan beliau meninggal di kamar mandi. Kejadian belum lama 2017.
Hai Kak Jude, terima kasih sudah mampir ya dan maaf juga baru balas komentar kamu… Hahahaa aku pun dulu baru mampir ke hotel ini setelah beberapa kali lewat di depannya… Iya tahun 2018 ini usianya 100 tahun dan aku mau menepati janjiku untuk datang ke hotel ini. Hehehehe….
Oh ya? Ada lomba uji nyalinya? Keren banget itu.. Hahahahahaa…. xD
Hai Kak Tari terima kasih sudah mampir yaa… Iya aku juga merasa bulu kudukku berdiri pas memandangi kamar mandi itu. Hahahahaha…. Aku nggak berani juga mandi di situ pas malam hari hahahaha…. Mau coba nginep di sini? 😉
Halo Kak Dewi terima kasih sudah mampir ya… Oh ya? Maksudnya meninggal di kamar mandi hotel ini atau bagaimana Kak Dewi?
kak ceritain lagi dong pengalaman nginep disana pas 100 thn nya, kan udh 2018 ini.. hehe
ditunggu lohh ceritanyaa kak~
btw sukses dan sehat terus ya kak :))