Dahulunya, Vihara Tri Dharma Bumi atau yang sering disebut Tua Peh Kong atau Toapekong atau disebut juga Tapekong, menjadi tempat persinggahan dan ibadah bagi orang Tionghoa yang bekerja sebagai penambang emas di daerah Bengkayang. 200 tahun lalu, vihara ini hanya berbentuk pondok kayu sederhana.
Menurut sejarah, vihara ini sudah ada sejak 1878, mengalami kebakaran hebat pada 1930 dan dibangun lagi menjadi vihara yang kita lihat sekarang di simpang lima Singkawang.
Legenda Tentang Tua Pek Kong
Di dalam Vihara, terdapat patung Dewa Bumi Raya, Dewa penjaga Kota Singkawang yang dikenal dengan Tua Pek Kong. Dalam legenda, Tua Pek Kong adalah seorang Raja yang adil dan bijaksana.
Beliau menjadi Raja saat berusia 36 tahun dan dikenal sangat dekat dengan masyarakat, baik itu kaya maupun miskin. Beliau selalu berbuat baik dan rajin beramal. Seluruh masyarakat menyayanginya dan hidup makmur sejahtera.
Memimpin selama puluhan tahun, beliau akhirnya meninggal di usia 102 tahun namun kebaikannya tetap diingat oleh rakyat. Masyarakat sempat heran karena jasad Tua Pek Kong tidak berubah sama sekali meski sudah wafat lebih dari 3 hari. Wajahnya tenteram berhias senyum.
Sayangnya, sepeninggal Tua Pek Kong, daerah itu dipimpin oleh seorang r aja yang sangat tamak dan membuat masyarakat melarat dan menderita. Mereka merindukan Tua Pek Kong yang memimpin dengan hati dan selalu berdoa agar Tua Pek Kong hidup kembali.
Satu keluarga miskin membuat altar sederhana dari batu dan menuliskan “Hok Tek Ceng Sin”, nama asli Tua Pek Kong, di dalamnya. Mereka berdoa di depan altar itu siang dan malam.
Tak lama, keluarga miskin tersebut mendapatkan berkah, hasil panen melimpah, hewan ternaknya bertambah. Mereka percaya bahwa Tua Pek Kong mendengarkan doa mereka.
Sejak saat itulah, masyarakat memuja Tua Pek Kong, memohon berkat untuk hidup yang damai dan makmur. Bahkan mereka membangun kelenteng khusus untuk Tua Pek Kong dan membuat altar Tua Pek Kong di rumah.Tua Pek Kong lalu dikenal sebagai Dewa Pelindung, penjaga bumi yang baik hati.
Tua Pek Kong di Singkawang
Lie Shie, orang pandai yang menjalankan ritual keagamaan dari Tiongkok adalah orang yang membawa patung Tua Pek Kong dari Tiongkok dan menaruhnya di kelenteng yang dibangunnya di Singkawang.
Patung tersebut terbuat dari kayu dan masih bisa kita lihat sampai sekarang. Sosoknya berupa kakek tua yang berjenggot panjang dan memegang tongkat serta ‘Ru Yi’ di tangan kanannya. ‘Ru Yi’ merupakan simbol keberuntungan dan kekuasaan.

Tua Pek Kong dipercaya sebagai dewa pelindung dan penjaga Kota Singkawang dari roh-roh jahat yang mendiami hutan di sekitaran Kota Singkawang waktu itu. Setiap orang Tionghoa yang melintas pasti akan memarkirkan kudanya di sekitar kelenteng dan mampir untuk beribadah dan memohon berkat kepada Tua Pek Kong.
Tua Pek Kong dan Cap Go Meh di Singkawang
Sebagai kelenteng tertua di Singkawang, Tua Pek Kong memegang peranan penting saat perayaan Imlek dan terutama pada Cap Go Meh.
Sebelum Tatung parade di Cap Go Meh, mereka harus datang ke kelenteng ini dan memohon restu dan berkat untuk keselamatan serta perlindungan dari roh-roh jahat.
Jika datang sebelum hari perayaan Cap Go Meh, cobalah menunggu di sekitaran Tua Pek Kong dan lihat sendiri saat para tatung datang untuk memohon berkat. Tidak hanya satu dua orang melainkan ratusan. Ritual ini dimulai dari pagi hingga sore.
Saya melihat sendiri ketika tatung datang ke kelenteng Tua Pek Kong dan dalam kondisi trance, mereka melakukan ritual di depan altar sambil membunyikan lonceng.
Jika sedang tidak ada ritual, kita bisa diramal oleh tetua di kelenteng. Sayangnya waktu itu tidak bisa karena ritual tatung akan berlangsung seharian penuh.
Tidak ada biaya yang dipungut untuk masuk ke dalam kelenteng, namun kita harus menjaga kelakuan dan perkataan. Berlakulah yang sopan karena itu tempat ibadah.


[gdlr_widget_box background=”#ffeff0″ color=”#22292f” ]
Perjalanan ini adalah undangan dari Kementerian Pariwisata Indonesia . Saya dan teman-teman blogger mengeksplor beberapa tempat wisata di Singkawang. Silahkan juga cek foto-fotonya di Twitter dan Instagram dengan hashtag #PesonaSingkawang #PesonaPontianak #PesonaIndonesia
[/gdlr_widget_box]
2 thoughts on “Vihara Tri Dharma Bumi Raya, Klenteng Tertua di Singkawang”
ulasan yang menarik diikuti sejarahnya, love it !
Awww thank you Kak Feb. Ke Singkawang yuk…