“Kita berangkat jam 8 pagi ya besok”, sebuah pesan singkat masuk ke ponsel saya. Itu pesan Bang Andi, teman saya yang akan mengajak saya jalan ke Sumba Barat Daya, tepatnya ke Laguna Weekuri. Tidak hanya kami berdua, ada beberapa teman-teman yang akan ikut ke sana.
Eh, keesokan harinya karena saling tunggu menunggu, keberangkatan ngaret hingga 1 jam. Siap-siap berpanas ria di perjalanan karena matahari mulai meninggi. Setelah mengenakan jaket, buff, kacamata hitam dan helm supaya aman, kami siap berangkat!
Lokasi Danau/Laguna Weekuri ini ada di Sumba Barat Daya dan menurut Bang Andi, kami akan menempuh perjalanan selama kurang lebih 2,5 jam dari Waikabubak, Sumba Barat. Jadi diperkirakan kami akan tiba tengah hari.
Saya berharap airnya belum surut karena berdasarkan penuturan Bang Andi, semakin sore, debit airnya semakin turun. Pagi hari adalah waktu yang terbaik untuk ke Weekuri sebenarnya tapi ya gimana dong. Masa ditunda ke Weekurinya? Ya sudah jalan aja yuk!
Belum ada petunjuk jalan ke Weekuri, jadi penting sekali untuk pergi bersama pemandu atau teman yang sudah kenal betul dengan jalur menuju Weekuri. Syukurlah ada Bang Andi dan Zindan yang entah sudah berapa puluh kali main ke Weekuri jadi sudah hafal sekali jalan ke sana.
Kami sempat berhenti di Waitabula untuk membeli makan siang (kami memilih untuk membeli nasi dan sate) dan air mineral. Pun tak lupa mengisi bahan bakar agar perjalanan lancar tanpa hambatan.
Peluh bercucuran dan membasahi kaus yang ada di balik jaket. Gibran yang membonceng saya tidak terlalu banyak bicara meski sesekali kami bercanda. Biar jauh dan panasnya jalan tidak terlalu terasa.
Kami mengarah ke daerah Kodi dan lalu di satu persimpangan jalan, Zindan memimpin rombongan dan berbelok ke kanan. Seterusnya, jalanan menembus padang rumput luas, belok kanan, belok kiri, kanan lagi, kiri lagi, rasanya kelokan ini tak henti-henti.
“Bagaimana cara menghafalkan jalan ini ya Ban?” celetuk saya ke Gibran.
“Itulah Sat, saya juga nggak hapal-hapal jalan ke Weekuri”, jawabnya terkekeh.
Motor kami terus mengikuti motor Zindan, menembus jalan kecil berbatu di tengah padang rumput dan tibalah kami di Weekuri menjelang tengah hari.
Saya cukup terkejut karena ada banyak pedagang begitu kami tiba di sana. Saya kira karena lokasinya jauh sekali dari pemukiman penduduk, bakal tidak ada yang berdagang. Eh ternyata ada.
Mereka menjual air mineral dan beberapa jajanan yang tentu saja harganya sudah berlipat ganda dibandingkan di kota. Ada juga yang menjual kain tenun. Ah, kalau mau lihat kain tenun, nanti di tempat lain saja, pikir saya. Saya lebih tertarik untuk segera menceburkan diri ke air biru jernih yang menggoda itu. Setelah berganti baju renang di semak-semak tertutup, saya siap untuk menyebur. Wuwuwu…

Sebenarnya, Weekuri ini bukan danau melainkan laguna. Dikelilingi tebing karang, air yang ada di laguna Weekuri ini datang sebagian dari laut dan sebagian lagi berasal dari mata air. Jadi airnya payau dan ada percampuran temperatur di sini, kombinasi air hangat dan dingin yang biasa disebut thermocline. Ketika pagi hari saat air laut pasang, air di laguna ini meninggi dan ketika air laut surut, airnya menjadi sedikit hingga sebetis orang dewasa saja.
Kita bisa naik ke atas tebing karang yang ada di perbatasan laut dan danau untuk mengambil panorama danau.


Begitu datang dan melihatnya, Danau Weekuri ini memang menggoda. Pantulan matahari mempertegas kombinasi warna biru muda dan biru tua di danau itu. Dasar dari danau pun terlihat sangat jelas. Jika ingin menggambil foto underwater, jangan bergerak terlalu banyak atau pasir-pasirnya akan membuat air menjadi sedikit keruh.

Sudah ada beberapa anak-anak yang sedang berenang dan bermain di air. Tak tahan lagi, saya dan teman-teman juga ikut nyebur. Sayangnya air sudah tinggal sepinggang saat kami turun ke air. Kalau datangnya lebih pagi, bisa loncat bebas dari tepian batu ke dalam danau. Tapi kalau airnya ‘cetek’ ya dengkul orang dewasa mentok kalau loncat. Saya jadi sedikit iri melihat anak-anak kecil yang oh tentu saja masih sangat bisa bergembira loncat-loncat ke dalam air. Hahahaha…

Matahari panas membakar ubun-ubun tetapi air yang segar bisa bikin adem. Ya jadi ada alasan untuk terus-terusan di dalam air. Bang Andi yang sudah sering ke Weekuri malah memilih tiduran di hammock yang dia pasang di bawah pohon. Mungkin Bang Andi lelah dan ingin beristirahat saja.
Kami berenang ke sana ke mari dan tidak menyangka sudah berenang dan foto selama lebih dari dua jam. Dijamin gosong kulitnya tapi senang betul hatinya.

Untuk menuju Danau/Laguna Weekuri, bisa mencari tiket pesawat ke Bandara Tambolaka di Sumba Barat Daya. Maskapai Lion Air yang paling sering melayani rute ke Sumba. Coba cek saja www.airpaz.com untuk melihat jadwal penerbangan ke sana. Selama di sana bisa menyewa mobil atau motor untuk berkeliling Sumba.

Jadi, kita pergi wara wiri ke Weekuri? Yuk mari…
Aku Cinta Indonesia…
30 thoughts on “Wara-Wiri ke Danau Weekuri”
Duhh aku tgl 24 besok ke sumba sat, pengen kesini tapi jauhnya itu yah..hwkwkkw
Wahahahaha iya jauh tapi terbayar kok capeknya. Hihihihi. Asyik ke Sumbaaaaa~
still on my to-visit list. dan kalo ke sana pastinya bakal bawa hammock juga :))
Warna airnya kece pisan.
Kayaknya belum begitu terekspos ya tempat ini.
salam
Sepi dan bisa masang hammock itu menyenangkan hehehheh. Jadi pengen beli hammock dan dibawa pas balik ke rumah 😀
Danaunya awesome banget :-O
Sumba sudah memanggilmu Kak. Hihihihi. Iyaaaahhhh kudu bawa hammock buat selow2 di sana 😉
Kalau yang pernah ke Sumba, pasti berkunjung ke sini. Spot ini memang menggoda sekali kan? 😉
Apanya yang dibawa ke rumah Nas? Hahahaha. Iyaaaaa kalau hari biasa sepi tapi kalau weekend lumayan ramai juga ☺️
Sumba memang awesome. Terima kasih sudah mampir yaaaa Eksa ☺️
cakep banget ini, beb, mirip kayak Danau Ngade di Ternate ya, airnya tembus dari laut ke danau. wajiblah ke sini. ��
Iya beb, tapi Ngade gak ketahuan berapa kedalamannya. Hahaha 😂 Kalau Weekuri enak buat berenang renang gembiraaaa~
Aku mau kesini, dek zidan ntar anterin abang cumi yaaaa #Kedip2Manja
Ke Weekuri nya maunya sama Zindan yaaa? Wissss nanti aku sampein buat nyambut kamu di Sumba ya 😉
warna lagunanya cantik bangeet 🙂
makin ke Timur Indo makin ciamik huhahaha
Jadi ke pengin ke sumba. Duhhh.. 🙂
Salam2 kenal. Thanks
Hai Santi, terima kasih sudah mampir ya. Iya aku senang sekali warna turquoise-nya. Cakep yaaaaa *love*
Iyaaaaaaaa banget. Timur Indonesia memang punya banyak kejutan 😉
Hai Lipul. terima kasih sudah mampir yaaaa. Yap Sumba akan penuh kejutan. Pergilah ke sana 😉
Tulisan menarik. Terimakasih atas partisipasinya dalam lomba blog Airpaz, semoga menang dapat tiket pesawat gratis dari Airpaz yah 🙂
Airpaz
[email protected]
https://blog.airpaz.com/id/lomba-blog-cinta-indonesia-total-hadiah-17-juta-rupiah/
Terima kasih AirPaz, wish me luck! 😉
oh iya juga, kayaknya Danau Ngade sih dalem banget hahahaha… Weekuri asyik banget bisa naik-turun airnya.
Traveling nya sangat menyenangkan…… 🙂
Terima kasih sudah mampir ke blogku Kak 😉
Wah iya, dulu aku ke sini pas menjelang sore, dan udah surut airnya. Eh tp dulu ga rame, byk pedagang sih — mungkin krn udah surut airnya hehe. N ga kepikiran juga untuk naik bebatuan pembatas antara laguna dan laut :-/
I learned so many things from your articles. Expect other contributions. Thanks for sharing
hotmail sign in
Hahahahaha makin ke sini emang makin komersil… Makin banyak wisatawan tentu membuka peluang buat pedagang….
keren, warna air danaunya jernih sekali ya dan indah berwarna biru..
Ada plan kesini…. ada contact no guide atau kamu yg bisa aku tanya2 gak ya… trimakasih….