Meski saya non muslim dan tidak menjalankan ibadah puasa, saya senang menanti bulan yang penuh suci ini. Alasannya sih sederhana, karena banyak makanan enak saat berbuka puasa. Walaupun makanan ini juga bisa kita jumpai di pasar-pasar kue, kalau di bulan puasa itu terasa berbeda saja. Hehehe.
Sewaktu main ke Jogja 2 minggu lalu, saya diajak Kak Like ke Gang Kauman. Saya bertanya untuk apa kami kesana, Kak Like bilang bahwa disana kami bisa mencicipi buanyak sekali takjil.
Saya kira awalnya Gang Kauman itu adalah gang kecil biasa, eh ternyata pasar sore. Dari ujung depan hingga ujung belakang gang, berjejer meja-meja kecil yang dipenuhi kue-kue dan makanan seperti nasi gudeg, sate, nasi gulai dll. Sedap di mata dan sepertinya sedap di perut juga.
![]() |
Selamat datang di Gang Kauman |
![]() |
Berjejer meja-meja penuh makanan yang menggoda mata dan perut |
Lokasi Pasar Ramadhan di Gang Kauman tidak jauh dari Alun-alun utara Kraton. Tanyakan saja kepada Bapak atau Ibu jika kalian tidak tahu lokasi persisnya. Kami juga sempat berputar-putar jalan sebelum menemukan gang ini.
Ternyata pasar ramadhan sore Gang Kauman ini sudah ada dari tahun 1973 loh teman-teman. 41 tahun meeeen. Sudah lama juga ya.
Begitu masuk gang, adzan maghrib berkumandang. Tidak terlalu banyak orang lalu lalang di gang karena sudah tiba saatnya berbuka. Gang ini paling rame dikunjungi mulai jam 4 sore ketika banyak yang berbelanja makanan di sini untuk persiapan berbuka puasa.
Saya yang doyan makan ini pastinya langsung pengen nyicipin semua makanan yang ada di gang Kauman. Apa daya makanan sebanyak tak mungkin ditampung semua di dalam perut. Pilihan pun jatuh pada risol, kue lumpur, kue dadar gulung, kue jadah manten, dan beberapa kue lain yang aku lupa namanya.
![]() |
Kue ini namanya ‘Jadah Manten’ atau jadah pengantin. Namanya unik dan rasanya enak. |
![]() |
Ini salah satu kue kesukaan saya, kue ‘clorot’ dibuat dari tepung beras yang dimasak dengan gula merah dan santan. Lembut dan mengenyangkan. |
Saya dan Kak Like menyusuri gang Kauman hingga ke ujung. Beberapa pedagang sudah mulai membereskan dagangannya karena waktu berbuka sudah lewat yang berarti pasar akan segera tutup.
Makin ke ujung, makin banyak varian lauk-pauk yang biasanya jadi makanan utama. Yang tidak saya sangka-sangka ada beberapa wisatawan asing yang belanja nasi teri sambal pete, nasi jengkol atau nasi sambal ikan tongkol. Pada doyan betul. Hahaha.
![]() |
Karena sudah jam berbuka, sebagian lauk sudah habis dijual. Favorit nih kayaknya 🙂 |
Sedihnya, saya menemukan pepes ikan hiu di gang Kauman ini. Walaupun bukan siripnya yang diperdagangkan, melihat ada tulisan pepes “Hiu” saja sudah membuat hati saya miris.
FYI, daging hiu memiliki kandungan merkuri yang sangat tinggi dan berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia. Mungkin teman-teman bisa browsing di google tentang gerakan #SaveSharks dan kalian bisa lebih memahami kenapa kita harus menjaga keberlangsungan hidup ikan Hiu.
![]() |
Ada pepes ikan hiu nya :((((( |
Mata saya tertuju pada sate dan kuah kacang yang kelihatannya enak sekali. Saya beli satu porsi dengan harga Rp 5000 saja. Saya duduk di pinggiran gang dan mulai menikmati sate. Saking enaknya kuah kacangnya, saya tetap memakan kuah kacang walau satenya sudah habis. Karena gak punya sendok, aku memakan kuah kacang pakai tusuk lidi sate. Hahaha.
Mungkin kalian sulit membayangkan gimana makan kuah encer pakai lidi. Tapi saya melakukan itu. Mungkin pemandangan itu terlihat menyedihkan sehingga ada seorang Ibu yang juga berdagang di Gang Kauman melintas dan menanyakan kami sudah makan atau belum.
Belum sempat menjawab, Ibu itu sudah memberikan masing-masing dua kue lumpur kepada saya dan Kak Like. Kami lantas heran tapi tak juga menolak. Siapa juga yang menolak dikasih kue enak?
Tapi kejadian itu membuat kami geli. Si Ibu ternyata kasihan melihat kami, mungkin lebih tepatnya saya. Tapi toh tak apa. Dapat rejeki kue lumpur yang endes banget. Nyaaam…. Selain kue lumpur, kami juga diberikan es sirup kopyor. Segar 😀
![]() |
Kue Lumpur yang enak banget. Gratisan pula. Hehehe. |
Saya sempat menanyakan nama beliau dan dijawab Ibu Haji Ridwan. Oh, beliau mungkin memakai nama suaminya ya karena Ridwan itu nama cowok kan?
Terima kasih banyak Ibu Haji Ridwan yang baik hati.
Walau bulan puasa tinggal tersisa beberapa hari lagi, yang sedang di Jogja bisa menghampiri pasar ini dan cobain ribuan takjil nya. Hati-hati kegemukan ya :p