Masih jelas terekam diingatan saya ketika menunggu kapal PELNI dari Ambon ke Banda Neira di pelabuhan Ambon. Dengan menggendong ransel besar di punggung dan ransel kecil di bagian depan, peluh tak berhenti mengalir di dahi karena berdesak-desakan dengan penumpang kapal lain yang tumpah ruah.
Jangankan untuk berselonjor, tempat untuk duduk pun tak ada. Saya edarkan pandangan di sekeliling terminal penumpang pelabuhan Ambon. Semua orang juga tampak kelelahan. Banyak penumpang yang membawa anak kecil, kewalahan meladeni anaknya yang menjerit-jerit karena sesak dan akhirnya diajak jalan atau beli jajan.
Baju saya basah karena keringat yang terus mengucur karena padat dan sesaknya manusia. Tapi itu belum seberapa. Masuk ke kapal juga jadi ujian berat dan membuat saya hampir menangis.
Sakit lho soalnya mau naik didesak, didorong-dorong atau diinjak kakinya. Dan itu yang saya rasakan ketika menaiki KM Tidar.
Bersama ribuan orang lainnya, saya naik tangga dengan kondisi seperti itu, tidak ada yang mau antre rapi dan akhirnya kepala saya beberapa kali terbentur barang-barang besar yang diangkat para porter/penumpang di atas kepala mereka.
Saya berpikir kejadian tadi akan jadi pengalaman yang menyenangkan untuk dikenang, namun sampai kapan kondisi pelabuhan di Indonesia seperti ini?
Saya senang naik kapal laut dan ingin juga mengajak teman-teman saya naik kapal. Tapi kondisi seperti itu kalau saya ceritakan pasti bikin beberapa teman ogah. Mending naik pesawat saja, pasti pikir mereka.
Waktu itu saya berangan-angan bahwa Indonesia akan memiliki pelabuhan dengan fasilitas yang baik, mengutamakan kenyamanan dan keselamatan penumpang. Biar kapal laut ke depannya tidak dipandang lagi menjadi transportasi kelas menengah ke bawah.
Daaaaann angan-angan saya menjadi kenyataan.
Saya melihat langsung terminal penumpang di pelabuhan Tanjung Perak, yang diberi nama Gapura Surya Nusantara, sesuai dengan apa yang dulu muncul di benak saya.
Bangunan terminal penumpang Gapura Surya Nusantara (GSN) ini modern dengan interior yang ciamik. Begitu masuk ke dalam gedung, udara sejuk dari pendingin ruangan membuat saya nyaman setelah menghadapi teriknya matahari Surabaya.

Terminal penumpang ini tak ada ubahnya seperti bandara-bandara modern. Ah, Terminal 1 Soekarno Hatta saja masih kalah sama GSN.
Seluruh penumpang yang akan naik kapal harus melewati mesin X-ray dulu seperti di bandara lalu menuju counter check-in kapal sesuai dengan tujuan masing-masing. Wah, canggih bener.


Selepas check-in, penumpang bisa bersantai jika masih ada jeda waktu hingga keberangkatan kapal. Dengan eskalator, penumpang bisa pergi ke lantai 3 terminal dimana terdapat food court yang menjajakan ragam makanan yang lezat dan pastinya bersih.
Sebut saja beberapa kuliner khas dari Surabaya seperti Lontong Balap Pak Gendut, Bebek Harisa, Rujak Cingur Bu Nur, hingga sajian seperti soto, bakso, dim sum, dan jamu bisa ditemukan di sini. Ada photo booth juga buat yang seneng narsis seru-seruan.


Masuk ke dalam kapal juga tidak perlu berdesak-desakan karena penumpang akan masuk ke kapal memakai garbarata, seperti layaknya masuk ke pesawat.
Dan tentunya malu dong ya kalau masuk pakai garbarata tapi nggak mau ngantre atau dorong-dorongin orang. Semoga dengan adanya garbarata ini, penumpang bisa jadi lebih tertib.

Tapi yang jadi favorit saya adalah roof-top area di Gapura Surya Nusantara. Wow! Pelabuhan mana coba di Indonesia yang punya roof-top seperti GSN?
Dan benar saja tempat yang dikenal dengan nama ‘Surabaya NorthQuay’ ini jadi tempat favorit seluruh pengunjung terminal.

Lantai rooftop-nya dilapisi dengan rumput hijau sintesis jadi enak dan nyaman untuk anak kecil berlari kesana-kemari. Ya pastinya tetap dalam pengawasan orang tuanya ya.
Lalu ada kursi santai dan meja berpayung untuk santai-santai minum teh atau kopi dengan pemandangan laut. Ada juga bean bag warna-warni untuk yang mau santai selonjoran.
Saking asyiknya, tempat ini jadi tempat favorit nongkrong yang baru bagi arek-arek Suroboyo. Nggak harus jadi penumpang kapal juga bisa masuk kok. Sekedar untuk santai sama keluarga atau teman-teman. Tiap malam minggu juga ada pertunjukan live music lho.
Kami juga nggak mau ketinggalan dong. Kita asyik bersantai-santai dan sudah sah menjadi anak gaul ‘NorthQuay’, *hehehe*
Gapura Surya Nusantara ini dibangun oleh PELINDO III di atas lahan seluas 1,6 hektare dan mampu menampung hingga 4000 penumpang.
Tidak hanya kapal PELNI saja yang sandar tetapi beberapa kapal pesiar dari berbagai negara juga sering bersandar. Salah satu contohnya adalah Cruise MS Rotterdam yang memiliki panjang kapal 230 meter, bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak, turun di terminal GSN pada Februari silam.
Beberapa waktu yang lalu, saya dan beberapa teman blogger diajak untuk melihat-lihat kawasan kerja Pelindo dan salah satunya adalah Terminal Penumpang Gapura Surya Nusantara ini. Cerita lainnya juga bisa dibaca di sini.
Gapura Surya Nusantara yang lebih dikenal dengan nama Surabaya North Quay ini sudah sepatutnya diterapkan di seluruh pelabuhan Indonesia.
Ya mungkin sekarang terdengarnya muluk-muluk tapi bisa saja terealisasikan beberapa puluh tahun lagi. Pembangunan GSN menegaskan bahwa Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan di dunia maritim untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan.

Saya pribadi mengharapkan bahwa nantinya seluruh penumpang bersama-sama menjaga kebersihan dan keindahan Terminal GSN yang masih seumur jagung ini. Jangan sampai dirusak dan kotor oleh tangan-tangan jahil. Dijaga bersama ya 😉
23 thoughts on “Gapura Surya Nusantara, Terminal Penumpang Megah Nan Mewah”
Ini seriusaaaan tempatnya epic bangeeeet.
aaaahhh mau kesiniii sembari berlayar ke Indonesia Timur. *nengok celengan babik*
Wooooo ini kok keren banget 😀
Baru tau kalau kayak gini..
Ini mah bukan wajah Pelabuhan pada umumnya.
Sumpah, saya takjub banget dengan desain interiornya, cafe rooftopnya.
Salutlah buat gebrakan PELINDO, mengubah wajah pelabuhan tanjung perak.
Naik Kapal dari Makassar ke Surabaya, sepertinya seru nih.
kereeen bingiit ini mah,, pingin nyoba kesana 🙂
Dulu Tanjung Perak tidak begini. Seperti terminal bus Purabaya yang lama, kumuh, sesak, semrawut. Sudah lama sih tidak ke sana, tak seperti dulu saat sering antar jemput pakde yang naik kapal ke kalimantan. Kini sudah sebagus ini yaa, good job buat Pelindo dah 🙂
udah nggak solar lagi lah ya kak ya? 😀
Banget Tari. Kamu suka naik kapal laut juga kan? Cobain lah baik kapal ke Surabaya. Hehehehe…
Iya sekarang pelabuhan berbenah biar nggak ketinggalan sama bandara baru kita yang juga keren-keren 😉
Cobain deh Bar naik kapal dari Makassar ke Surabaya, nanti ceritain di blogmu yaaa…
Iya semoga dengan melihat gebrakan Pelindo 3, Pelindo yang lain bisa ikut berbenah….
Iya bagus banget ya tempatnya. Boleh yuk berkunjung ke Tanjung Perak 😉
Iyaaaaa, kita harus tetap optimis bahwa Negara kita akan terus berkembang dan berkembang. Kalau semua pelabuhan di Indoenesia begini, asyik juga ya 😉
Apanya yang solar nih Bang Yudi? 😉 Duh maaf ya kita nggak jadi bersua di Jakarta. Hiks :'(
Wah bagus yaaa…
Pelindo berbenah yaaa, semoga makin nyaman 🙂
Kalaus etiap tempat bisa berbenah seperti ini, jadi makin optimis kalau carut-marutnya percaloan dll bisa hilang. Setiap orang bisa lebih nyaman.
Nice!!
Nice!!
ya ampun terminalnya bersih sekali, nyaman banget ya..
Iya Kang Nana bagus ya 😉
Ya Kacum dan semoga merata ke seluruh penjuru nusantara 😉
Terima kasih Kak Asep 😉
Iya Kak. Berharapnya nanti semua terminal penumpang di Indonesia senyaman ini ya 😉
izin copy foto2x..
buat referensi skripsi..!!