“Tooottt, tooooottt”.
Menggelegar bunyi bastom dua kali, menandakan kapal yang akan saya tumpangi dari Gorontalo ke Wakai akan berangkat setengah jam lagi.
Kami sudah duduk manis di buritan kapal belakang, memilih lokasi dekat kantin agar dekat jika ingin pesan teh dan kopi panas. Enak juga bisa menikmati semilir angin laut selama 12 jam ke depan.
Ferry, Ellen, dan Ika jadi teman perjalanan saya untuk mengeksplor Kepulauan Togean. Ferry dan Ellen sih sudah berkali-kali pulang pergi Gorontalo-Togean dan mereka adalah pemilik Warung Kita Travel Agency. Jadi, jangan meragukan mereka untuk eksplorasi Gorontalo dan juga Togean.
Ferry yang sudah kenal baik dengan seluruh awak kapal, mendapatkan satu karpet untuk digelar di lantai agar saya, Ika, dan Ellen bisa beristhirahat. Namun sebelum rebahan, kami menyempatkan diri makan malam dengan nasi lauk ikan yang dibungkus Elen dari rumah dan obrol-obrol santai dengan beberapa wisatawan asing yang juga sedang dalam perjalanan menuju Togean.
Saya sempat sedikit kaget lebih banyak wisatawan asing dibanding wisatawan lokal yang mengunjungi Togean. Katanya mereka banyak mendengar bahwa Togean sangatlah indah dan juga jadi tempat asyik untuk menyepi karena tidak ada sinyal internet. Bisa jadi tempat pelarian yang pas sepertinya kalau sedang galau atau patah hati. Hahahaha…
Ya, jangan berharap kamu bisa update status social media selama mengeksplorasi Togean karena tak ada sinyal internet. Hanya ada sinyal GPRS Telkomsel yang memungkinkan kita menerima panggilan dan mengirim sms saat kita di Wakai.
Kapal dari Gorontalo ke Wakai berangkat dua kali seminggu, Selasa dan Jumat. Jadi biasanya banyak wisatawan yang datang dengan kapal hari Jumat dan pulang hari Selasa. Waktu tempuhnya sekitar 12 jam dan jadwal keberangkatan dari Gorontalo ke Wakai selalu malam hari dan biasanya siang/sore hari dari Wakai ke Gorontalo.
Keesokan paginya kami tiba disambut hangatnya mentari, begitu silau namun membuat dirimu tersenyum sendiri. Rasa syukur terucap dari dalam hati hingga kami bisa tiba dengan selamat di Wakai.
Ransel sudah disandang namun kami tak tergesa-gesa turun dari kapal. Saya senang memerhatikan orang lalu-lalang, membawa barang dagangan yang baru saja dibeli di Gorontalo yang pasti akan dijual lagi di Wakai.
Beberapa Ibu terlihat membawa keranjang, menjajakan nasi hangat dengan ikan untuk sarapan pagi. Para lelaki bergantian memanggul karung-karung besar di pundak mereka. Semua orang terlihat sibuk pagi itu.
Setelah tidak terlalu banyak orang yang berdesakan keluar, turun dari kapal, barulah kami berjalan dari pelabuhan besar menuju pelabuhan kecil untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Kadidiri sekitar 1 jam.
Rencananya kami akan menginap di Kadidiri Paradise Resort. Selain Kadidiri Paradise, ada juga Black Marlin dan Pondok Lestari yang biasa disambangi oleh para pelancong.
Tidak ada sumber air dan pasokan listrik dari PLN di Kadidiri sehingga air harus dibawa dari Wakai dan dimasukkan ke dalam tampungan air di resort lalu disalurkan ke kamar-kamar. Jadi, harus hemat-hemat air ya selama di sana. Sedangkan listrik, hanya tersedia dari jam 6 sore hingga 12 malam.
Tapi saya akui fasilitas di tempat saya menginap, Kadidiri Paradise Resort memang bagus dan bersih. Sudah beroperasi puluhan tahun namun masih terawat baik itu patut diacungi jempol kan?
Untuk makanan, sudah tersedia tiga kali sehari dari resort, ditambah free flow tea and coffee.
Kepulauan Togean sendiri sebenarnya sejak 2004 sudah diresmikan menjadi Taman Nasional yang terdiri dari 6 pulau besar yakni Pulau Batudaka, Pulau Waleabahi, Pulau Malenge, Una-Una, Talatakoh, Waleakodi, dan sekitar 50-an pulau-pulau kecil di sekitarannya.
Daya tarik utamanya adalah keindahan bawah laut. Masuk dalam area coral triangle, alam bawah laut Togean tidak perlu diragukan lagi. Jadi sayang sekali sebenarnya jika datang ke Togean dan tidak menyelam/diving. Tapi snorkeling sebenarnya sudah cukup. Saya sampai hampir lupa bernafas saking cantiknya.
Saya hanya punya waktu 2 hari saja untuk menikmati Togean dan sekitarnya. Di hari pertama kami mengunjungi Pulau Tangkian untuk berbagi dengan anak-anak di sana.
Saya membawa 100 paket buku tulis dan alat tulis untuk anak-anak di Togean dan memutuskan untuk membagi dua paket tersebut. 50 untuk anak-anak di Pulau Tangkian dan 50 lagi untuk anak-anak di Pulau Papan.
Sekitar 2 jam, kami menyempatkan bermain dan belajar dengan anak-anak di sana. Bertelanjang kaki, mereka masuk ke dalam ruangan kelas yang hanya ada 3. Jadi kelas 1 digabung dengan kelas 2, 3 dengan 4, 5 dengan 6.
Agak miris melihat kondisi kelas mereka seperti itu namun memang begitu adanya. Masih bersyukur bahwa bangunan sekolah mereka masih terbuat dari semen yang kokoh karena masih banyak gedung sekolah yang tidak layak di pelosok-pelosok negeri kita ini.
Yang paling senang saya lakukan saat bertemu anak-anak itu adalah menyanyikan lagu kebangsaan dan juga tanya jawab pengetahuan umum tentang nasionalisme dan patriotisme.
Saya terharu begitu mereka lantang menjawab pertanyaan-pertanyaan saya meski sebagian besar masih malu-malu. Namun begitu sudah diajak menyanyi, semuanya langsung menyanyi sekeras-kerasnya, penuh semangat hingga membuat saya tergelak.
Lambaian tangan penuh semangat dan pelukan hangat anak-anak mengantar kepulangan kami.
“Kakak, nanti kembali lagi ya”, seru mereka ketika kapal kami sudah mulai menjauh. Ya, tentu saja adik-adik manis, kakak-kakak ini ingin sekali kembali lagi.
Senyum dikulum, hangat menguar di dalam hati saat kami pulang dari Pulau Tangkian. Wajah ceria anak-anak masih tergambar jelas di ingatan.
Kapal kami melaju menuju lokasi berikutnya, Pantai Karina dan Stingless Jellyfish Lake atau yang juga dikenal dengan nama Danau Mariona. Nah cerita khusus tentang danau ini sudah bisa kamu baca di blogpost ini ya.
Kami kembali sore hari ke penginapan dan punya waktu bersantai sambil menunggu matahari terbenam. Saya mengambil buku dan music player, menggantung diri memakai hammock dan menikmati hangatnya matahari sore.
Saat sedang asyik membaca buku yang saya bawa, langit mulai merona jingga, berubah warna. Langsung bergegas saya keluarkan kamera untuk membekukan momen itu. Siapa yang tak suka melihat potret senja. Kamu juga suka kan?
Di hari kedua, kami pergi menjelajah lebih jauh, menuju ke Pulau Papan yang ditempuh kurang lebih 3 jam dari Kadidiri. Namun, sebelum mencapai Pulau Papan, kami snorkeling gembira di California Reef.
Tak ada yang tahu mengapa spot itu dinamakan California Reef, namun saya jatuh cinta dengan spot itu karena terumbu karangnya cantik dan banyak sponge corals.
Puas snorkeling, kami menyantap bekal makan siang kami dan berlayar lagi ke Pulau Papan.
Pulau Papan adalah kampung suku Bajo di mana orang-orangnya terbiasa di atas laut. Papan sepanjang 1 kilometer membentang membelah dan menjadi jembatan antar dua kampung.
Memang tetap ada rumah yang dibangun di atas daratan namun tidak terlalu banyak dan ada satu bukit batu kecil dimana kita bisa naik ke atasnya dan melihat panorama Pulau Papan 360 derajat.
Beberapa anak mengikuti kami dan sepertinya tahu kami membawa sesuatu. Bersyukur matahari tidak terlalu terik waktu itu alias mendung jadi kami tidak harus kepanasan saat belajar dan bermain dengan anak-anak di Pulau Papan.
Bayangkan saja betapa panasnya duduk di atas batu dan tak ada pohon rindang di sekitarannya ketika matahari terasa ada sepuluh. Pasti gosong terbakar kalau tidak pakai sunscreen. Hahahaha….
Anak-anak di Pulau Papan menunjukkan senyum lebar mereka ketika mendapat buku dan bolpoin baru. Memang tak seberapa namun saya berharap itu akan berguna buat mereka, agar lebih semangat lagi menuntut ilmu.
Rasanya masih ingin berlama-lama di Pulau Papan namun waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore dan kami harus bergegas pulang agar tidak kemalaman.
Meski sebentar, kami menyempatkan diri untuk snorkeling di bawah jetty (papan dermaga) Pulau Papan dan saya sampai berteriak kegirangan di dalam air yang semoga tidak mengagetkan ikan-ikan di sekitar saya.
“Cantikkkkk sekaliiiiii”, pekik saya dalam air meski yang terdengar mungkin hanya blububub bububu blubuubbbub…
Saya sangat suka seafan dan ternyata di Pulau Papan kita bisa menemukan banyak seafan cantik beragam warna dengan kedalaman tak sampai 10 meter.
Tentu saya dengan gembira meminta bantuan Ferry untuk mengambil foto di bawah air yang keahliannya tentu tidak usah diragukan lagi. Meski retake berkali-kali Ferry tetap biasa saja karena dia memang punya insang dan kaki katak alami. Hahahaha…
Keesokan harinya kami bersiap untuk naik kapal jam 1 dari Kadidiri Paradise menuju Wakai dan melanjutkan perjalanan ke Gorontalo dengan kapal besar.
Meski hanya punya waktu setengah hari, kami menyempatkan diri untuk bersantai di Pantai Barracuda di bagian belakang Kadidiri Paradise.
Kami diantar pakai speed boat dan kembali ke penginapan dengan berjalan kaki membelah hutan. Seru sekali karena kau berjalan membelah hutan selama setengah jam dengan bikini dan tanpa alas kaki. Sungguh suatu petualangan yang menyenangkan, kan?
Adik-adik manis yang menjajakan penganan di Wakai. Enak-enak semuaaaa jajanan kue yang mereka jajakan.
Tiba di Wakai, kami langsung mengambil tempat yang nyaman di dek teratas, di tempat yang sama ketika kami berangkat.
Kapal bertolak sekitar pukul 3 sore dan tiba sekitar pukul 4 pagi keesokan harinya. Perjalanan kapal Wakai–Gorontalo waktu itu termasuk yang paling menyenangkan buat saya karena bisa menikmati senja dan juga jutaan bintang bertabur di langit.
Saya menarik kasur untuk tidur di bagian buritan yang tak beratap dan sambil diayun-ayun ombak, saya menikmati pemandangan malam yang sangat menakjubkan…
“Twinkle, twinkle litte stars. How I wonder what you are. Up above the world so high. Like a diamond in the sky”.
Sampai jumpa lagi Togean!
Special Notes:
- Untuk ke Togean dari Gorontalo bisa terbang dari Jakarta–Gorontalo. Lalu lanjut naik kapal menuju Wakai selama 12 jam. Dari Wakai tinggal menentukan pulau mana yang akan diinapi. Kadidiri, Ketupat, Bomba, Wakai, Malenge, Una-Una.
- Bisa juga terbang dari Jakarta–Palu–Ampana lalu naik kapal cepat selama 4 jam menuju ke Togean.
- Bawalah uang tunai karena tidak ada ATM di Togean.
- Jangan lupa bawa lotion anti nyamuk karena nyamuk di Togean banyak sekali.
- Untuk island hopping di sekitaran Togean. Harga sewa kapalnya tergantung pulau-pulau tujuan kamu.
- Jika kamu mau semuanya sudah well-arranged, terima beres dan duduk manis, bisa kontak Ellen dan Ferry di nomor +62-813-4227-5551 & +62-821-8895-5811 atau cek Instagramnya Warung Kita Travel Agency.
Cheers,