Jalan Suryakencana dan Siliwangi setiap satu kali dalam satu tahun selalu ditutup untuk perayaan Cap Go Meh di Bogor.
Jalan yang sehari-harinya memang satu arah ini adalah kawasan pecinan di Bogor sehingga pas dijadikan sebagai jalur festival Cap Go Meh. Cap Go Meh sendiri berarti hari kelima belas dari tahun pertama (hari Imlek / tahun baru).
“Cap” artinya Sepuluh, “Go” artinya lima dan “Meh” artinya malam. Artinya malam perayaan tahun baru Cina berlangsung selama 15 hari dimana kita masih boleh mengucapkan “Gong Xi Fat Chai” yang berarti selamat tahun baru.
Sore itu, saya tiba di stasiun Bogor pukul 5 sore dan memutuskan jalan kaki ke pasar Bogor, titik keberangkatan pawai CGM (Cap Go Meh).
Benar saja, karena jalan Suryakencana-Siliwangi ditutup, jalanan macet parah bahkan tidak bergerak. Apalagi Cap Go Meh tahun ini jatuh pada hari Jumat, 14 Februari. Sudah tahu kan kalau Jumat sore jalanan semacam neraka, ditambah lagi ada penutupan jalan. Kacau sudaaaaah…
Semua penumpang di angkot memutuskan untuk turun dari angkot dan berjalan kaki juga seperti saya. Asyik jadi banyak temannya.
Tak sampai 20 menit, saya tiba di Pasar Bogor dan melihat mobil-mobil pawai sudah bersiap. Bunyi-bunyian riuh terdengar menandakan pawai sudah dimulai. Pantas jalanan penuh sesak dengan manusia.
Titik berangkat pawai adalah Vihara Dhanagun di Pasar Bogor. Tahun 2014, peserta pawai semakin banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Semua perwakilan grup kesenian barongsai di pulau Jawa ikut berpartisipasi.
“Permisi…permisi Teteh, Kakang, Mas, Mbak” ucap saya berulang-ulang kali sambil merampingkan badan agar bisa lewat dari lautan manusia itu. Benar-benar padat.
Sambil jinjit saya melongokkan kepala untuk melihat celah jalan, tetapi tak ada. Semua orang tidak ada yang mau mengalah. Kesal tapi apa daya.
Kasihan anggota pawainya kejepit, cuma dapat satu jalur. Lihat saja itu banyak pedagang kaki lima nya tidak dirapikan. |
Peluh mengucur deras membuat kaos saya basah. Sesaknya jalanan tidak membuat saya saja yang merasa gerah. Anak-anak kecil banyak yang terjepit dan menangis di gendongan Bapak Ibunya. Saya kasihan tapi ya mau bagaimana berjalan di situasi seperti itu.
Saya jadi sedikit kecewa dengan panitia Cap Go Meh Bogor. Dari tahun ke tahun tidak ada perubahan yang signifikan untuk menertibkan acara pawai. Pedagang kaki lima tidak dirapikan, tidak ada pembatas antara peserta pawai dan penonton.
Saya sampai kasihan melihat peserta pawai yang hanya diberikan satu jalur dan jadi susah bergerak. Padahal kan barongsai dan liong (naga) harusnya bergerak lincah kesana-kemari.
Ketika terjepit di tengah kerumunan yang sesak, seseorang mencolek saya dan mengajak saya mengikuti dia. Berdua kami meliuk-liuk dan ujung-ujungnya nekat masuk ke rombongan pawai hingga menemukan jalanan yang sedikit longgar. Nama orang baik itu Bang Taufik. Terima kasih ya Bang!
Ah, akhirnya kami bisa berjalan bebas, sangat bebas karena jalan terbuka lebar. Kenapa ya orang-orang senang berkerumun di titik awal pawai tadi sehingga penuh sesak? Padahal mau lihat dari titik mana pun, sepanjang masih di jalan suryakencana-siliwangi, pasti kelihatan kok.
Pukul 6 kurang, bunyi tabuhan gendang dihentikan. Semua peserta pawai beristirahat karena menghormati saudara muslim yang akan beribadah sholat magrib. Toleran sekali 🙂
Pantat barong yang paling kuat pun harus istirahat. Pasti capai harus lari terus angkat orang melulu :p |
Setelah setengah jam rehat, pawai dimulai lagi. Makin malam makin meriah.
Cap Go Meh adalah hari panen bagi rombongan barongsai dan liong. Banyak penonton pawai yang memberikan angpao. Ada yang dimasukkan ke mulut barongsai, ada juga yang digantung pada pancingan sehingga barongsai harus melompat untuk mengambilnya.
Menjemput angpao di pancingan. |
Salah satu atraksi yang menarik adalah arak-arakan tandu dewa-dewi. Katanya, tandu itu sudah diisi roh nenek moyang sehingga tandunya bergoyang-goyang sendiri.
Bagi yang memanggul tandu harus kuat fisik menahan goyangannya. Wah, jadi seperti atraksi bambu gila di Ambon ya.
Tandu Dewa-Dewi. |
Tandu yang satu ini diangkut perempuan semuanya. Hebat yah! |
Goyangan tandu bambunya kencang sekali sehingga yang memegang kewalahan. |
Selain barongsai dan liong, ada juga rombongan pawai daerah, lengkap dengan delman dan iring-iringan musik khas Sunda. Ada setannya juga. Tiga tahun belakangan, Cap Go Meh dijadikan pesta rakyat Bogor dan menjadi agenda wajib daerah.
Setaaaaan….. |
Di setiap vihara, rombongan pawai harus mampir untuk sungkem atau memberi salam.
Tak hanya iringan barongsai dan liong, iringan sunda pun harus ikut sungkem. Tujuannya meminta restu dari nenek moyang agar acara pawai berlangsung lancar dan berkah mengalir sepanjang tahun.
Rombongan pawai berhenti di Vihara Dharmakaya untuk sungkem |
Jam menunjukkan pukul 8 malam dan rombongan pawai sudah mulai terlihat lelah. Barongsai dan liong yang tadinya lincah melompat dan berputar kini hanya berjalan luntai. Tapi mereka tetap semangat menjemput angpao kok. Hehehe.
Dari kejauhan terlihat kereta besar dengan lampu warna-warni berarakan.
Ah, kereta 12 shio. Kereta paling depan adalah shio kuda karena menurut tanggalan Cina tahun ini adalah tahun kuda kayu. Disusul oleh 11 shio di belakangnya, menjadi penutup pawai Cap Go Meh tahun 2014.
Rombongan kereta 12 Shio. |
Kereta terdepan adalah kereta dengan kuda. |
Sebelum pulang ke rumah masing-masing, banyak orang tua yang membelikan anak-anaknya mainan boneka Naga yang berlampu-lampu. Mainan itu dibanderol dengan harga Rp 15.000. Kreatif juga ya yang membuat mainan ini.
Saya senang melihat bapak-bapak pedagang mainan itu mendapatkan banyak untung dari festival Cap Go Meh. Peserta pawai senang dapat angpao, pedagang senang jualannya banyak laku, masyarakat senang dapat tontonan bagus dan gratis. Semua senang!
Sampai jumpa di festival Cap Go Meh tahun depan ya. Maunya sih nonton festival Cap Go Meh di Singkawang yang katanya punya atraksi debus dan Tatung yang hebat. Amin aja deh. Hahaha.
Ciao!